Mohon tunggu...
Cumi Keriting
Cumi Keriting Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kadang.. hidup itu cuma mimpi.. tapi mimpi kadang juga bisa hidup\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, yang Pernah Kau Taklukan

7 Februari 2012   05:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:58 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hitam manis membalut tubuh, tampak eksotik bila ku lihat. Mungil, tipis bibir mu, menambah indah dipandang mata. sepasang mata indah ala sri devi, artis dari Bollywood yang tersohor itu menempel pada wajah mu. Seperti apa rupa mu bila kiasan-kiasan indah itu digabungkan? ah.. tentu sebuah wajah  sederhana yang dimiliki oleh seorang gadis bernama laila.

seorang gadis yang sejatinya adalah seorang petualang. mencari apa yang kamu namakan cinta sejati, hanya itu? tidak, kamu bilang ingin mencari cinta hakiki yang membuat mu hinggap dari satu tempat, ke tempat lain. layaknya kupu-kupu, mencari apa yang kamu ingin dapatkan, lalu pergi setelah tak mendapatkan pencerahan apapun, yang malah membenamkan mu ke dalam lembah gulap gulita tentang makna cinta.

banyak sudah kau di dekati para pria pemuja mu. sekedar ingin mendapatkan cinta, atau tubuh mungil mu? entahlah. Atapun mungkin untuk sekedar membuang sampah bernama sperma. tapi apa jawab mu ? sekali kau berkata tidak, tak berkutiklah para pria itu, diam, kaku lalu membisu. Kau pandai menebar pesona, menjerat lalu kau taklukan banyak pria, Kau keras kepala tapi juga lembut bertutur sapa yang menggoda. kau ahli dalam memanipulasi sebuah alur cerita tentang hidup mu di hadapan lawan bicara mu.

banyak lelaki yang tak pernah bisa mengerti apa yang kamu inginkan, karena memang kamu tak pernah mengungkapkan lewat bahasa lisan, lebih banyak bermain kiasan. menggambarkan lewat gambaran-gambaran yang kadang, tak semua bisa memahami apa mau mu.

tapi bagiku, kamu sedikit dari sedikit wanita yang mampu memberi ku inspirasi untuk menulis. hadir mu laksana hujan, yang membasahi tanah tandus.  bertemu dengan mu menyalakan lampu pijar di atas kepalaku. membuat tangan ini cekatan memencet tombol-tombol keyboard untuk sekedar menggambarkan isi kepala ku.

laila, dahulu juga pernah menaklukan aku, lewat senyuman dan tatapan mata nakalnya.  Yang pernah ku minta menjadi jodoh ku di hadapan Tuhan di tengah malam panjang di hamparan sajadah dengan menangis. yang pernah ku usap dahinya sambil berkata :

"kelak.. lelaki sejati yang mencintai mu, akan hadir mencintai apa adanya dirimu..mungkin aku, walau bukan aku, mungkin juga sahabat aku, entah siapa pun itu.. tetaplah berharap pada Nya"

dan hanya aku, dari banyaknya mantan pacar mu yang hingga kini masih mau bersahabat. Karena banyak dari mantan pacar mu yang tak lagi mau menyapa. Entah mengapa.

saling bertukar cerita walau tak lagi ada rasa cinta. saling menyapa walau sekedar bertanya kabar. ketika kita suatu hari bertemu. tawa mu tetap khas, senyum mu tetap renyah, pandangan mata mu tetap menggoda, tapi aku sudah tidak tertarik secara naluri dan emosi. aku hanya tertarik mendengar semua cerita mu tentang laki-laki yang kau pacari, yang pasti telah kau jatah 2 bulan untuk kemudian kau putuskan. Lalu kau pergi mencari petualangan baru.

laila, hentikan sejenak langkah mu di tengah penatnya beban mu, coba kau tanya lagi pada bathin mu, sudahkah kau temukan apa yang kau cari selama ini lewat petualangan cinta mu?  jika belum dan kau sudah merasa lelah, tidurlah dalam pangkuan bunda mu. Yang senantiasa menanti kedatangan mu pulang yang tak tau kapan engkau akan pulang ke rumah. tidurlah.. agar engkau mengerti arti petualangan cinta mu.

-aku, yang pernah kau taklukan-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun