Realitas
Pada era modern ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan begitu pesat, manusia dituntut untuk menjalankan segala agenda modernisasi agar bisa disebut manusia modern, lalu muncul istilah hedonisme dan konsumerisme.
Masyarakat dituntut dan dijejali berbagai macam rona produk hasil dari perkembangan teknologi dan industri, semakin terlena masyarakat dibuai oleh produk-produk tersebut mengakibatkan terbengkalainya penanaman spirit pancasila bagi generasi muda.
Pekerjaan rumah tersebut semata-mata hanya dibebankan dalam bangku pendidikan formal saja, dalam kehidupan sehari-hari hanya segelintir anak muda yang menerapkan, sebagian lagi fokus pada game online, balapan liar, tawuran, bersolek dan lain-lain.Â
Degradasi moral begitu terasa menyengat, haus untuk segera mendapatkan penyegaran, saat inilah perlu adanya revitalisasi pendidikan pancasila.
Baca juga : Menyiapkan Generasi Emas Indonesia di Era Globalisasi Melalui Pendidikan Pancasila
Dasar Hukum
Pendidikan Pancasila sangat penting diselenggarakan di perguruan tinggi. Berdasarkan SK Dirjen Dikti No 38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3, Ayat (2) bahwa kompetensi yang harus dicapai mata kuliah pendidikan Pancasila yang merupakan bagian dari mata kuliah pengembangan kepribadian adalah menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, serta berpandangan luas sebagai manusia intelektual dengan cara mengantarkan mahasiswa:
- agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai hati nuraninya;
- agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya;
- agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni;
- agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional, mempunyai tujuan mempersiapkan mahasiswa sebagai calon sarjana yang berkualitas, berdedikasi tinggi, dan bermartabat agar:
- menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur;
- memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai hari nurani;
- mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni; serta
- mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan berkesejahteraan bagi bangsanya.
Baca juga : Menghidupkan Kembali Pendidikan Pancasila sebagai Dasar Negara
Secara spesifik, tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi adalah untuk:
- memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.
- memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, dan membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
- mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945.
- membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai- nilai ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air, dan kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal masyarakat bangsa Indonesia (Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2013: viii).
Pengalaman
Pengalaman saya dalam mengenyam pendidikan pancasila di bangku universitas merupakan pengalaman yang tidak bisa dilupakan, dalam kelas yang sesak berisikan 30 lebih mahasiswa, bapak Edi Purwanto beliau dosen mata kuliah Kewarganegaraan, dengan gaya khas anak muda dan berlatar belakang pendidikan psikologi, beliau sangat memahami karakteristik generasi saat ini.Â
Baca juga : Â Pendidikan Pancasila Sekadar Pendidikan Sejarah dalam Kemasan Baru Tanpa Implementasi Nyata Hanya Formalitas
Beliau sangatlah sadar bahwasannya model pendidikan yang sesuai dengan SK Dirjen Dikti No 38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3, Ayat (2) tidak bisa dicapai hanya dengan presentasi dan tanya jawab saja.
Beliau menawarkan sebuah metode out of the box dan berusaha menyegarkan sistem pengajaran yang awalnya adalah mengikuti silabus perkuliahan menjadi tanpa mengikuti silabus perkuliahan.
Rentetan materinya dibuat mengikuti minat mahasiswa, beliau berusaha agar pendidikan pancasila yang dienyam lebih dari 12 tahun pada bangku sekolah mendapatkan penyegaran, melihat realitas hari ini dan berusaha memecahkannya bersama-sama.
Hasilnya mahasiswa merasakan betul perubahan suasana kelas dari yang monoton menjadi penuh semanagat untuk menggali masalah-masalah yang tengah dihadapi bangsa ini.
Tulisan ini bukan saja untuk menceritakan pengalaman saya tapi juga untuk memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap bapak Edi Purwanto.
Terima kasih banyak atas apa yang telah bapak berikan.
Semoga ilmu yang bapak sampaikan menjadi lantaran terpacunya mahasiswa dalam membangun bangsa ini, serta menjadi amal ibadah yang tidak putus. Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H