Mohon tunggu...
Cuk Riomandha
Cuk Riomandha Mohon Tunggu... -

Selalu; aku gamang ketika akan menuju ke tempat suci, lantaran aku tahu pasti ketidaksucianku. (Gus Mus)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Silaturahmi Situs di Akhir 2010: Lima Jam di Sidoarjo (Part 3)

9 Januari 2011   23:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:46 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ketiga di Jawa Timur 27 Desember 2010, di Manukan Tandes Surabaya, ya betul di Tandes seperti sebuah judul film di tahun 80-an yang dibintangi oleh Meriem Bellina dan Rico Tampaty: Tandes, Sorga Dunia Di Pintu Neraka he he he Aku molor dirumah ibuku ... bangun sekitar jam 10 pagi. Awalnya sih hanya mau istirahat di rumah saja, tiduran dan sore menuju makam ayahanda di Babat Jerawat, namun entah ibu kedatangan tamu dan kemudian mengurus pajak tanah entah kemana. tawangalun Ya sudah, sekitar jam 12 siang aku mulai blusukan di sekitar rumah untuk mencari Candi Lontar sayang aku tak menemukan situs disana. Hingga akhir 80an, situs Candi Lontar masih ada, dipagar bambu. Kini sepertinya semuanya sudah jadi rumah: Perumahan Candi Lontar. Kemudian aku memacu motorku menuju Juanda, dan kemudian sampailah di kompleks TNI AL. Namun tak ada situs disana, tapi tak jauh dari sana ternyata ada Candi Tawangalun letaknya di Kampung Baru, Buncitan, Sedati di bukit yang juga digunakan sebagai makam. Bukit ini ternyata adalah bekas semburan lumpur jauh sebelum ada Lapindo, saat ini di sekitar Candi masih terlihat semburan-semburan sangat kecil di beberapa titik, dan diyakini Candi Tawangalun-lah yang menyebabkan semburan itu berhenti. Candi Tawangalun sendiri diyakini didirikan pada 1292 pada masa Raja Brawijaya II (Resi Tawangalun) sebagai persembahan kepada sang selir: Putri Alun. Candi Tawangalun ini dibangun dengan penuh pengabdian dan cinta oleh warga atas perintah Raja. medalem Tak lama berselang aku kemudian telah berada di kota Sidoarjo, malah kebablas ke pertigaan jalan Tol selepas Sidoarjo. Tulangan dilalui setelah pertigaan pasar ke arah Krian, jadi aku kemudian berbalik. Di Tulangan tepatnya di Medalem terdapat Candi Medalem dan Sumur Tua. Situs ini ditemukan melalui mimpi oleh Tamaji pada sekitar 1991. “Nak, kamu rawat baik-baik apa yang ada di bawah pohon-pohon besar itu. Dirawat dengan baik, jangan dirusak,” ujar Tamaji menirukan pesan nenek tua dalam mimpi itu. Candi ini berada di Desa Medalem Tulangan, persis setelah Pabrik Gula Tulangan anda akan menemukan jalan yang berada di sebelah sungai, ikuti saja jalan tersebut sampai anda menemukan Langgar Wakaf, masuklah jalan itu sampai menemukan pertigaan lagi, ikuti jalan ke kiri ... mentok, disanalah Candi Medalem berada. Sementara Sumur Tua Medalem letaknya sekitar 30 meter ke arah grumbul-grumbul bambu ditepi sawah. toelangan Mengingat ada Pabrik Gula tua ada didekat situ, maka aku kemudian mampir. Sekuriti yang masih muda mengapresasi dengan mengijinkan aku blusukan motret dari depan bangunan tua yang konon didirikan 1850 itu. Dan akupun tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan menjepret dengan IXUS-ku. Namun sesuatu kemudian terjadi, kantor baru PG Toelangan yang berada di seberang, terlihat beberapa Satpam berdiri mengawasi kehadiranku. Dan kemudian ketika aku sudah berada di pos satpam muda itu, mereka satpam seberang itu bertanya penuh selidik, "Buat apa mas? Mas-nya darimana? Seharusnya lapor dulu ke sekuriti" dst. Akupun kemudian diperintahkan menulis nama, alamat, no ktp, no motor he he he sempat terdengar satpam muda itu berbisik, "Sori yo mas, iku satpam-satpam tuwek kakehan cocot". Akupun kemudian pamit, dan satpam muda itu masih menunjukkan arah menuju Wonoayu-Krian. Aku berharap semoga ia tak mendapat masalah serius, karena naga-naganya ia kemudian di "briefing" oleh 2 satpam tua kantor seberang. Maturnuwun dan maaf. dermo Sekitar jam 4 Sore aku tlah tiba di desa Candinegoro kecamatan Wonoayu Sidoarjo, bertemu dengan pak alias muda yang berbaju biru. Beliau sangat terbuka menceritakan mengenai Candi Dermo. Candi yang mempunyai tinggi 13,5 meter, panjang 6 meter dan lebar 6 meter. Secara arsitektur, Candi Dermo berbentuk gapura paduraksa, yakni gapura yang bagian atasnya terdapat atap. Bangunan terbuat dari batu bata. Ia mengatakan pula sempat studi banding ke Prambanan, meski aku berujar ke beliau kalau candi bata studi bandingnya mestinya ke Trowulan. Meski terlihat agak miring, candi ini masih cukup kokoh, asal tak ada gempa tentu saja. Di sebelah candi aku juga ditunjukkan mas alias sebuah makam yang dicurigai menggunakan batu yang umurnya tua, "Makam Mbah Kuning" sesepuh dari dusun tersebut. Senja telah tiba, Candi Wangkal, Candi Watu Tulis dan Prasasti Klagen semoga bisa di datangi lain waktu, dan sebelum maghrib aku tlah tiba di Tandes, setelah memacu motor melalui Krian-Kedurus-Wiyung-Citraland. Istirahatlah daku ... karena besok pagi kembali menuju arah Jogja dengan cita-cita mampir ke Trowulan (lagi), Anjuk Kladang dan Ngawi ! To Be Continued ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun