Mohon tunggu...
Cuker
Cuker Mohon Tunggu... -

Not everyone will understand your journey. That's okay. You're here to live your life, not to make everyone understand.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar dari Mario Teguh

13 September 2016   21:05 Diperbarui: 14 September 2016   02:07 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Salam Super..."

Mungkin hampir semua pembaca tulisan ini pernah mendengar dan hapal dengan salam di atas yang diucapkan oleh motivator handal Mario Teguh dalam acara "Mario Teguh Golden Way" yang ditayangkan oleh Metro TV. Yang belum pernah mendengar salam super tersebut bisa dimengerti, biasanya karena alasan-alasan berikut : gak punya TV, gak ada waktu nonton TV atau memilih menonton sinetron dibanding acara-acara motivasi yang menurut mereka isinya omong kosong belaka alias bulls**t.

Saya menjadi saksi mata bahwa banyak teman-teman yang tersihir oleh kata-kata (mantra) yang diucapkan oleh Mario Teguh. Kalimat-kalimat sakti (quote) dari Mario Teguh banyak dicopas lalu dijadikan status seseorang di akun media sosialnya. Tak menunggu lama, banyak 👍 atau LIKE menghampiri status copas yang inspiratif tersebut. Saya sendiri gak pernah bikin status yang mengutip kata-kata bijak dari siapapun, karena saya orangnya gak bijak, jadi buat apa pakai status-status yang malah membuat teman-teman saya tertawa dan membully rame-rame dengan mengatakan "So bijak lo Cuk, salah minum obat atau karena tanggal tua?"

Saat ini, motivator nomor wahid tersebut sedang dilanda masalah serius, tampaknya gusti Allah sedang memberikan cobaan, yuk kita saksikan sama-sama apakah seorang Mario Teguh bisa melewati cobaan ini dengan baik, sehingga namanya makin berkibar dan motivasi-motivasi darinya makin di dengar dan diikuti banyak orang, atau justru namanya akan tenggelam di telan ombak kehidupan, namanya tinggal kenangan dengan kalimat sederhana "Hidup tak seindah cocotnya Mario Teguh."

Masalah serius tersebut adanya tudingan serius bahwa Mario Teguh tidak mengakui anak kandungnya yang bernama Mario Kiswinar Teguh. Bukan cuma tidak mengakui, MT juga menelantarkan dengan tidak memberikan biaya hidup dan biaya sekolah anak kandungnya tersebut.

Sengaja saya menulis ini, terkait pelajaran-pelajaran yang bisa dipetik dari Mario Teguh menunggu berakhirnya hiruk pikuk berita terkait yang diawali oleh munculnya Ario Kiswinar Teguh di acara TV Hitam Putih yang dipandu Deddy Corbuzier. Hiruk pikuk ini saya perkirakan berlangsung paling lama 1 minggu, dan ternyata perkiraan saya benar adanya, masyarakat mulai bosan membahas tentang Mario Teguh, yang diyakini beberapa kalangan merupakan pengalihan isu dari tertangkapnya Aa Gatot Brajamusti dan berubah-ubahnya hasil tes urine Reza Artamevia, sampai ada keputusan paling lucu sedunia yaitu Reza wajib ikut rehab (rawat jalan) di Mataram, padahal statusnya hanya saksi dan hasil test akhir negatif.

Sudah terlalu panjang pembukaan tulisan ini, sudah waktunya masuk ke pembahasan pelajaran-pelajaran apa yang bisa dipetik dari Mario Teguh, sama seperti hubungan suami istri di ranjang, terlalu lama pemanasan tidak baik, nanti anak-anak keburu bangun, atau pasangan resminya keburu pulang. Yuk, kita simak sama-sama pelajaran tersebut :

1. Hujatan dan kritik keras dari banyak pihak yang membuat kepala pusing dan rambut keriting dihadapi Mario Teguh dengan tenang, tetap tersenyum dan tidak menunjukan emosi berlebihan atau kemarahan dengan menyerang balik. Di sini Saya memuji Mario Teguh, saya sendiri kalo ada di posisi itu mungkin tidak bisa setenang Mario Teguh, mungkin saya akan segera melapor ke polisi atas dugaan pidana pencemaran nama baik atau perbuatan tidak menyenangkan.

Reaksi Mario Teguh mengajarkan kita untuk selalu tenang dan berpikir jernih dalam menghadapi permaslahan, jangan mengambil keputusan saat emosi atau marah, karena biasanya keputusan tersebut adalah keputusan salah.

2. Untuk tenar mesti punya nama panggung, yang membawa hoki dan tentunya easy listening. Demikian juga dengan Mario Teguh, yang bernama asli Sis Maryono Teguh. Andai Mario Teguh tetap pakai nama Sis atau Maryono, mungkin ia tidak akan sesukses saat ini.

Abaikan kata-kata dari Shakespeare yang mengatakan "apalah arti sebuah nama?" Karena saat mengatakan hal tersebut, Shakespeare belum bertemu saya, sehingga ia tidak mendapatkan penjelasan yang memuaskan mengapa sebuah nama sangat penting dan sangat berarti bagi seseorang. Apakah Shakespeare Berani menjamin IBAS akan bisa duduk di kursi empuk DPR RI jika tidak ada nama YUDHOYONO di belakang namanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun