[caption caption="Liputan6.com I Ahok yang tak bisa main Golf"][/caption]Walikota Jakarta Utara Rustam Effendi mengundurkan diri dari jabatan walikota. Sebab ia mundur kabarnya karena dikatakan tak becus kerja oleh gubernur DKI Jakarta Ahok, mendukung Yusril Ihza Mahendra sebagai calon gubernur DKI di Pilkada 2017, dan termasuk anggota geng Golf yang terdiri dari kumpulan pejabat-pejabat teras Pemda DKI Jakarta sebelum masa Gubernur Ahok dimana genk Golf tersebut dijadikan ajang kumpul-kumpul dan lobby-lobby sehingga mempengaruhi kenaikan pangkat dan jabatan di Pemda DKI Jakarta.
Pernyataan Ahok tentang geng Golf, saya kutip dari Kompas.com "Waktu kami lantik 2 Januari 2015, begitu selesai lantik, sudah pada bisik-bisik tuh, termasuk dia (Rustam) juga tuh, 'Mau main golf di mana nanti? Mau main golf di mana?' Ini nih geng golf sebetulnya. Dulu ya, eselon II pada suka main golf. Sekarang tinggal Si Jakarta Utara (Rustam) aja. Ini bukan soal mahalnya. Perkumpulannya kalau main golf kayak lobi kan, jadi deket, ngobrol. Akhirnya lebih kenal. Bayangin, satu bola dipukul jauh. Waktu jalan ke bola kan mau ngapain? Ngobrol kan? Itu kan namanya mukulbola sendiri, nyari sendiri. Udah mukul jalan, terus ngomong. Itu dulu pejabat kita rata-rata main golf. Ya semua main golf. Bang Yos (Sutiyoso) main golf, Foke (Fauzi Bowo) main golf. Saya enggak. Waktunya enggak ada dan mahal juga." http://kom.ps/AFuwPP
Namanya disebut oleh Ahok sering main Golf, mantan gubernur DKI Jakarta Sutiyoso yang saat ini menjabat Kepala BIN menjawab santai. Jawaban Bang Yos saya kutip dari Merdeka.com "Pikir saja sendiri apa masuk akal?" http://mdk.to/0Y8x
Â
[caption caption="Kompas.com : gaya ahok saat membuka turnamen golf pantai indah kapuk"]
Saya berpikir mana mungkin ada geng Golf di kalangan pejabat pemda DKI Jakarta, seperti halnya geng motor di kalangan anak muda Bandung dan Jakarta, atau geng Mobil yang biasa nongkrong di Parkir Timur Senayan, atau geng Ges yang terdiri dari kumpulan preman-preman di terminal Blok M dan Pulogadung yang hobinya ganggu penumpang dengan mengamen, mencopet, memalak dll.
Atau geng-geng lain yang ada di luar pengetahuan penulis, yang intinya berisi orang-orang kurang kerjaan, tak ada kesibukan, sehingga waktunya diisi dengan hal-hal tak produktif seperti kumpul-kumpul, gosip-gosip sampai bikin rencana-rencana yang berpotensi mengganggu ketertiban umum karena geng-geng ini senangnya ada keributan dan mereka jadi ada kesibukan jika ada keributan. Jika orang banyak kegiatan dan sibuk pasti gak akan sempat ikut geng-gengan.
Pejabat pemda DKI Jakarta pasti sibuk mengurus ibukota dengan segala kompleksitasnya, terutama macet, banjir, tata kota, perijinan, administrasi perkotaan dll. Kalo sudah padat kerja dan tekanan kerja tinggi, kapan sempat main golf? Dan permainan golf itu butuh kinsentrasi tinggi sehingga seorang pemain golf bisa mencetak eagle atau birdie sebanyak-banyaknya sehingga total pukulan selalu dibawah PAR.
Setuju kata bang Yos, pernyataan Ahok adanya geng Golf di DKI JAkarta gak masuk akal. Tapi kalo Ahok mengatakan "Ada geng Pijat di kalangan pejabat pemda DKI Jakarta yang sering pergi pijat bareng, keliling tempat-tempat pijat di Jakarta saat jam kantor, bukan cuma untuk hilangkan pegal, buang tai macan, tapi untuk lobi-lobi jabatan dan tender proyek." Saya 100% setuju, karena saat saya memyambangi tempat-tempat pijat tersebut, saya sering sekali bertemu pejabat-pejabat pemda DKI Jakarta menyambangi tempat yang sama, dari seragamnya yang di lepas di mobil di parkiran, dan obrolannya yang saya curi dengar saat berendam di pool atau di sauna, mereka adalah pejabat-pejabat pemda DKI Jakarta.
Dari awal tulisan sampai akhir tulisan pembaca tidak menjumpai daftar nama anggota geng golf di kalangan pejabat pemda DkI Jakarta, memang tidak ada daftar itu. Saya setuju dengan tanggapan bang Yos, apa yang dikatakan Ahok tak masuk akal, saya sih udah biasa mendengar celotehan, ocehan atau candaan Ahok yang seperti itu, dalam hati saya cuma mengatakan "Mungkin Ahok lelah."
Ya sudah gini aja dulu,
Salam sayang,
Cuker
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H