Tanpa listrik, aktivitas masyarakat tentu sangat terbatas. Begitu pula dengan aktivitas ekonomi. Sebelum listrik menyapa, pencaharian masyarakat Batam adalah bercocok tanam, berladang, dan mencari ikan.
Hasil laut dan bertani tersebut kemudian dijual ke Singapura dan Malaysia tanpa dokumen resmi yang dikenal dengan istilah smokel.
Kondisi pulau juga masih memprihatinkan. Sebagian besar lahan masih hutan belantara. Jangankan ada resort dan pusat perbelanjaan, jalan pun masih tanah merah. Masyarakat Batam yang saat itu jumlahnya masih bisa "dihitung jari" umumnya tinggal di daerah pesisir pantai.
Saking masih terisolirnya, Pulau Batam kalah ramai dari Pulau Sambu dan Pulau Belakangpadang. Dulu, Pulau Belakangpadang bahkan sempat menjadi induk dari Pulau Batam. Pulau Batam menjadi bagian dari Kecamatan Belakangpadang.
Seberapa Penting Listrik untuk Pembangunan Kota Batam?
Otorita Batam, selaku instansi yang bertanggung jawab mengembangkan Pulau Batam menjadi daerah industri, sangat menyadari betapa pentingnya listrik sebagai penunjang untuk meningkatkan infrastruktur. Apa jadinya membangun sebuah daerah tanpa listrik?
Itu makanya, saat kebutuhan dan pelayanan listrik terasa semakin kompleks, perpanjangan tangan dari pemerintah pusat tersebut kemudian menyerahkan pengelolaan kelistrikan kepada PLN. Tepat 1 Januari 1993, Otorita Batam mengalihtugaskan pengelolaan ketenagalistrikan kepada PT PLN (Persero) Wilayah Khusus Batam.
Utilitas Krusial Kota Industri
Sudah menjadi rahasia umum, kota industri tanpa listrik yang mumpuni merupakan omong kosong. Investor mana yang mau berinvestasi bila pasokan listrik tidak andal?