Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dilema Ibu Milenial, Masak Malas, Beli Boros

7 Mei 2024   08:50 Diperbarui: 7 Mei 2024   08:54 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi milenial yang tidak pintar memasak. | Foto Shutterstock diambil dari detik.com

Memasak adalah sebuah keterampilan dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Keterampilan alamiah untuk bertahan hidup. Tidak terbatas gender dan generasi.

Namun sayangnya, tidak semua orang hobi memasak. Ada yang baru memikirkannya saja sudah sakit kepala. Belum apa-apa sudah terbayang ribetnya. Harus menentukan menu, mengiris dan menghaluskan aneka bumbu, hingga menyiapkan bahan utama.

Saya salah satunya haha.

Dan, ternyata, sebagian besar generasi milenial mengalami hal seperti itu. Generasi yang lahir awal tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an itu memang malas dan tidak mahir mengolah makanan.

Hal tersebut terungkap dalam survei yang dilakukan sebuah situs dari Amerika Serikat, Porch. Pada survei tersebut Porch melakukan jajak pendapat pada 750 orang yang berbeda usia untuk mengetahui keterampilan memasak lintas generasi. Generasi baby boomers, generasi X, dan generasi millenial. 

Hasilnya?  Hanya lima persen dari generasi milenial yang mengaku dapat memasak. Itu pun hanya memasak makanan sederhana, seperti menggoreng telur dan membuat sandwich.

Selain itu, dibanding generasi baby boomers dan generasi X, generasi milenial adalah kelompok usia yang paling jarang memasak. 

Sekalinya memasak, itu pun lebih banyak menggunakan makanan beku atau bahan makanan setengah jadi. Tinggal goreng, kukus, atau panggang. Fakta ini juga pernah disampaikan oleh Food Institute.

Mengapa Generasi Milenial Seperti Itu?
Ada banyak faktor yang menyebabkan generasi milenial enggan dan tidak pandai memasak dibanding generasi-generasi sebelumnya. 

Aplikasi online yang membuat generasi milenial semakin malas memasak. | Foto shutterstock diambil dari kompas.com
Aplikasi online yang membuat generasi milenial semakin malas memasak. | Foto shutterstock diambil dari kompas.com

Alasan pertama karena kelompok usia milenial adalah generasi yang hidup di lingkungan yang relatif lebih mudah dan modern dibanding generasi-generasi sebelumnya.

Ada banyak tempat makan yang menawarkan beragam menu yang bisa kita kudap tanpa perlu repot-repot memasak terlebih dahulu. Apalagi beberapa tahun ke belakang muncul aplikasi online yang memungkinkan kita memesan makanan tanpa perlu keluar rumah. Semakin lah generasi milenial malas memasak.

Selain itu, kaum perempuan yang selama beberapa dekade ke belakang sangat identik dengan tanggung jawab menyiapkan aneka makanan untuk disantap oleh seluruh anggota keluarga, tidak lagi melulu berkutat dengan urusan domestik.

Kini kaum perempuan juga banyak yang berkarier di luar rumah. Bahkan saat masih berstatus pelajar, mereka tidak diwajibkan belajar mengolah makanan di dapur seperti umumnya para perempuan dari dua generasi sebelumnya.

Mereka cenderung dimotivasi oleh orang tua untuk belajar dan meraih prestasi seperti halnya kaum laki-laki. Tidak bisa memasak bukan aib. Tidak dosa. Alhasil, urusan dapur menjadi nomor dua. Atau bahkan nomor sekian.

Nah, efek tidak terlatih memasak, ujung-ujungnya memasak jadi malas. Terlebih memasak memang membutuhkan keterampilan, latihan, dan pengetahuan. Bagaimana menyiapkan perlengkapan memasak, meracik bumbu, hingga mengolah makanan tersebut menjadi makanan layak santap?

Terkadang, karena tidak ahli memasak, bahan makanan yang sudah diolah hasilnya tidak sesuai harapan dan selera. Ujung-ujungnya jadi terbuang dan mubazir. Padahal bahan makanan tersebut juga tidak murah, belum lagi waktu yang terbuang selama proses memasak.

Alhasil, banyak generasi milenial yang lebih memilih membeli makanan siap santap dibanding memasak sendiri. 

Menguras Isi Dompet
Namun, sering-sering membeli makanan di luar juga terkadang bukan pilihan tepat.  Bukan apa-apa, lumayan menguras isi dompet. Apalagi untuk menu-menu makanan yang lumayan premium yang dibeli dalam jumlah lumayan banyak karena untuk seluruh anggota keluarga.

Hal ini juga yang menjadi dilema untuk ibu-ibu milenial seperti saya. Masak malas karena tidak ahli, beli boros hehe. 

Akan tetapi, beruntung beberapa waktu belakangan ini ada lauk siap santap yang diproduksi salah satu UMKM Kota Batam, Kepulauan Riau. Bisa diandalkan sebagai lauk utama tanpa harus menguras dompet.

Abon ayam dan ikan Uray Food. | Foto Dokumentasi Pribadi
Abon ayam dan ikan Uray Food. | Foto Dokumentasi Pribadi

Ada abon dari Uray Food yang dijual di beberapa supermarket di Kota Batam, salah satunya di Supermarket Bengkong Indah.

Rasanya enak dan agak beda dari abon-abon kemasan yang biasa ditawarkan. Mungkin karena ini homemade dengan bahan alami dan tanpa pengawet. Selain itu, bahan utamanya juga bukan daging sapi, tetapi daging ayam dan ikan tongkol putih.

Ada yang rasa original, ada juga yang pedas. Kalau saya pribadi lebih sering membeli yang original karena bisa disantap oleh seluruh anggota keluarga, termasuk anak bungsu saya yang masih berusia lima tahun.

Ibu-ibu memang harus pintar menyiasati isi dompet dengan selera lidah hehe. Kalau teman-teman tinggal di Batam, bisa juga mencoba abon ini untuk teman sarapan, makan siang, atau malah makan malam.

Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun