Hitung berapa zakat dan infak yang akan dikeluarkan, kebutuhan makanan dan minuman untuk berbuka puasa dan sahur, keperluan untuk membeli perlengkapan ibadah, kepentingan untuk membeli pakaian untuk hari raya.
Hitung juga berapa pendapatan yang akan kita terima. Berapa yang akan kita anggarkan untuk memenuhi keperluan selama Ramadan? Bila pengeluaran masih lebih besar dari pendapatan, revisi ulang. Pangkas yang tidak begitu perlu.
Kalau bisa, pendapatan yang kita terima jangan dihabiskan seluruhnya. Sisakan beberapa persen. Percaya deh, saat Hari Raya Idulfitri nanti, pengeluaran pasti tidak kalah banyak. Terlebih bila kita mudik ke kampung halaman.
Meski katanya rezeki itu sudah sunatullah, dijamin oleh Allah SWT, akan tetapi tetap saja, pengeluaran harus direncanakan.
Jangan sampai, kebutuhan pokok dan pengeluaran wajib justru tidak terpenuhi karena terlalu boros memanjakan diri untuk memenuhi keinginan-keinginan yang tidak begitu penting.
Kita harus pintar mengelola keuangan keluarga. Tidak hanya pandai menata pendapatan, tetapi juga cerdas mengatur kebutuhan dan keinginan.
Nabi Muhammad SAW saja terbiasa terencana dalam setiap urusan, termasuk dalam hal mengelola keuangan.
Dalam salah satu hadist, beliau bahkan menegaskan:
 "Allah akan memberi rahmat bagi hambanya yang mencari rezeki yang halal dan menyedekahkan dengan kesengajaan, mendahulukan kebutuhan yang lebih penting, pada hari di mana ia dalam keadaan fakir dan memiliki hajat." (Muttafaq 'alaih).
Jangan Lapar Mata
Saat perut kosong karena sedang berpuasa Ramadan, kita umumnya lebih impulsif membeli beragam barang. Itu makanya tak heran, saat berburu takjil, kita umumnya ingin membeli beragam makanan dan minuman untuk berbuka puasa dalam jumlah banyak.