Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Target Bulan Suci Ini, Sukses Dampingi Si Kecil Belajar Beribadah Ramadan

12 Maret 2024   14:20 Diperbarui: 12 Maret 2024   14:30 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memberi pengertian mengani ibadah wajib dan sunah. | Foto Dokumentasi Pribadi.

 

Sejak dua tahun lalu, saya sebenarnya sudah mulai memperkenalkan ibadah-ibadah di bulan Ramadan kepada si kecil. Hanya saja, karena waktu itu usianya masih tiga tahun, saya hanya mengenalkan sepintas lalu.

Saya mengajaknya sahur, berpuasa, berbuka puasa, hingga salat tarawih di masjid dekat rumah. Namun, tidak serius. Hanya asal dia tahu saja. Ooh... selama Ramadan itu, harus begini dan begitu.

Saat dia meminta makan dan minum karena haus dan lapar, saya tetap memberikannya kapanpun ia minta. Tidak tega rasanya meminta anak balita berpuasa. Lagi pula belum saatnya.

Nah, Ramadan tahun ini, saat usianya sudah semakin besar dan sudah bersekolah di TK A, saya mulai serius mengajarinya beribadah Ramadan. Target saya tahun ini, ia mulai belajar beribadah Ramadan dengan lebih serius.

Bila tahun-tahun sebelumnya ikut sahur suka-suka, tahun ini diusahakan setiap hari harus sahur. Kalau pun masih mengantuk ya harus bangun, memaksakan diri untuk makan dan minum sebelum waktu imsak tiba.

Kalau tahun-tahun sebelumnya bisa makan dan minum kapan saja, meski usai sahur diniatkan untuk berpuasa Ramadan, tahun ini diupayakan ada target tertentu. Setidaknya setengah hari. Usai azan zuhur berkumandang. Namun, bila tidak kuat bisa berbuka lebih cepat dari itu.

Setidaknya ia mulai belajar berkomitmen. Tahu bahwa saat menjalankan ibadah puasa, kita tidak bisa makan dan minum kapan saja. Ada waktu tertentu yang memperbolehkan kita makan dan minum.

Jika tahun-tahun sebelumnya saat salat tarawih lebih banyak bermain dengan teman-teman sebaya, dan lebih sering berlari-lari di pelataran masjid, tahun ini diupayakan untuk lebih tertib. Setidaknya, bila letih ikut salat tarawih dan witir karena rakaatnya lumayan banyak, bisa duduk diam, tidak mengganggu jamaah yang lain.

Lalu, apa yang saya lakukan agar target mendampingi si kecil beribadah lebih serius di bulan Ramadan ini tercapai?

Memberi Pengertian kepada Si Kecil Sejak Jauh Hari

Beberapa minggu sebelum Ramadan tiba, saya sudah memberi pengertian mengenai ibadah-ibadah yang harus dijalankan selama bulan suci.

Memberi pengertian mengani ibadah wajib dan sunah. | Foto Dokumentasi Pribadi.
Memberi pengertian mengani ibadah wajib dan sunah. | Foto Dokumentasi Pribadi.

Salah satunya harus berpuasa, tidak makan dan minum selama waktu yang ditentukan. Sarapan diganti dengan sahur. Makan dan minum setelah magrib dan sebelum waktu salat subuh tiba.

Namun, khusus untuk dia, karena statusnya masih belajar, saya bilang boleh berbuka puasa setelah zuhur, atau semampunya. Boleh lebih cepat, boleh lebih lambat.

Selain itu juga ada salat sunah muakad yang dijalankan usai salat isya, yakni salat tarawih. Saya juga memberi pengertian untuk lebih rajin berinfak. Nah, kebetulan dari sekolah anak saya ada program infak setiap hari selama bulan Ramadan.

Beberapa hari sebelum Ramadan, guru dan siswa membuat kotak infak dari botol bekas kemasan air mineral. Satu siswa satu. Botol tersebut dibentuk seperti mobil-mobilan. Nah, siswa setiap hari selama Ramadan harus memasukan uang infak ke dalam botol tersebut. Nanti usai Ramadan, uang tersebut akan di berikan ke anak-anak yatim dari panti asuhan.

Kebetulan anak saya bersekolah di TKIT, sehingga lebih mudah memberi pengertian karena dibantu oleh guru-guru sekolah. Program dari sekolah juga sejalan dengan itu. Sebelum Ramadan juga sempat ada tarhib Ramadan dan melaksanakan acara manasik haji. Sehingga, dijelaskan apa saja ibadah-ibadah wajib dan sunah untuk umat muslim, termasuk salah satunya adalah berpuasa di bulan Ramadan.

Untuk pembayaran zakat fitrah anak-anak juga akan dilakukan di sekolah. Sehingga, anak-anak diharapkan tahu bahwa setiap Ramadan, sebelum Idulfitri tiba, setiap umat muslim wajib membayar zakat fitrah, kecuali orang yang tidak memiliki sisa makanan bila ia memaksakan membayar zakat fitrah.

Mengatur Waktu Tidur

Saat berpuasa ini kita bangun tidur dan makan lebih cepat. Untuk anak-anak juga jadi tidur lebih lambat karena sehabis isya masih harus menunaikan ibadah sunah tarawih. Bila dilakukan secara berjamaah di masjid, umumnya baru selesai menjelang pukul 21.00.

Saat sahur jangan sampai begini, atur waktu tidur anak. | Foto Dokumentasi Pribadi.
Saat sahur jangan sampai begini, atur waktu tidur anak. | Foto Dokumentasi Pribadi.

Apalagi terkadang setelah salat tarawih tidak langsung tidur, tetapi melakukan kegiatan lain. Entah makan lagi, mengobrol, hingga bermain atau menonton beberapa tayangan terlebih dahulu.

Waktu tidur yang berkurang mungkin bisa disiasati dengan tidur siang, atau menerapkan aturan harus langsung tidur sehabis salat tarawih. Tidak boleh melakukan kegiatan lain lagi. Namun, memang agak sulit, dan ini juga masih menjadi PR saya. Terlebih setelah mulai sekolah, anak saya jadi jarang tidur siang.

Maunya main dan melakukan kegiatan lain. Dia lebih suka tidur cepat. Terkadang sehabis magrib sudah mau tidur.

Bila anak tidak memungkinkan salat tarawih setiap hari di masjid mungkin tidak harus memaksakan. Bisa juga kan salat tarawih di rumah dengan rakaat salat yang lebih sedikit.

Libatkan Anak Memilih Menu Sahur dan Berbuka Puasa

Meski masih kecil mereka umumnya sudah memiliki selera sendiri. Nah, agar mereka lebih bersemangat menjalani ibadah puasa Ramadan, ada baiknya kita melibatkan si buah hati untuk memilih menu untuk sahur dan berbuka puasa.

Libatkan anak untuk memilih jajanan dan makanan untuk menu sahur dan berbuka puasa. | Foto Dokumentasi Pribadi.
Libatkan anak untuk memilih jajanan dan makanan untuk menu sahur dan berbuka puasa. | Foto Dokumentasi Pribadi.

Saya biasanya mengajak si kecil ke supermarket dekat rumah. Saya biarkan dia memilih jajanan sendiri untuk sahur maupun berbuka puasa. Sesekali juga saya ajak anak ke pasar tradisional. Memberi kesempatan untuk memilih sendiri lauk yang akan dimasak untuk sahur dan berbuka puasa.

Kebetulan pasar tradisional yang biasa saya kunjungi lumayan aman dan nyaman. Anak bisa leluasa berkeliling pasar melihat-lihat aneka sayuran, ikan, seafood, daging, makanan beku, dan jajanan basah yang dijual.

Anak saya yang saat ini masih berusia lima tahun tersebut biasanya sangat senang bila saya ajak ke pasar tradisional. Ia juga biasanya membantu saya memilih bumbu-bumbu dapur seperti tomat, cabai, bawang merah, dan bawang putih.

Ah, semoga target saya mendampingi anak belajar beribadah Ramadan di tahun ini berhasil dicapai.

Nah, kalau teman-teman Kompasianer apa target Ramadan untuk tahun ini? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar.

Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun