Saya mulai rutin menggunakan Commuter Line jurusan Bogor-Jakarta-Bogor saat duduk di bangku kuliah sekitar dua dasawarsa lalu. Alasannya karena mudah dan murah. Rumah saya tidak begitu jauh dari stasiun Bogor, Jawa Barat. Jarak tempuh dengan menggunakan kendaraan umum sekitar 20 hingga 30 menit.
Sementara kampus tempat saya belajar hanya berjarak beberapa meter dari stasiun Pondok Cina, Depok, Jawa Barat. Untuk kampus utama bisa ditempuh dengan berjalan kaki, sedangkan dua kampus lainnya tinggal menggunakan angkutan umum dengan jarak tempuh sekitar lima hingga 10 menit.
Durasi perjalanan dari Stasiun Bogor ke Stasiun Pondok Cina juga hanya sekitar 45 menit. Jauh lebih cepat daripada saya menggunakan bus atau turun-naik angkutan kota (angkot). Terlebih bus dan angkot terkadang suka ngetem di titik-titik tertentu bila penumpang belum penuh atau jumlahnya belum sesuai harapan.
Selain itu, biaya transportasi dengan menggunakan Commuter Line juga jauh-jauh lebih terjangkau. Dulu biaya perjalanan KRL dengan tujuan Bogor-Pondok Cina hanya Rp2.000. Nah, kalau naik bus sekitar Rp5.000. Sementara kalau naik angkot bisa lebih besar lagi dari itu biayanya. Apalagi bisa turun-naik angkot lebih dari tiga kali dengan biaya Rp2.000 per angkot.
Terlebih, dulu di KAI Commuter juga ada kartu berlangganan (abonemen). Sehingga, bisa dibeli di muka setiap awal bulan dengan harga nyaris hanya sepertiga dari harga normal bila kita membeli karcis secara eceran. Bisa dipergunakan untuk perjalanan berkali-kali lagi.
Membuka Peluang Pertemanan
Berkat pergi dan pulang kuliah menggunakan KAI Commuter, saya punya banyak teman. Selain teman-teman satu jurusan dan satu kampus, juga teman-teman yang berbeda jurusan, bahkan yang berbeda kampus. Efek sering bareng satu gerbong. Lama-lama jadi berinteraksi, ngobrol, temenan.
Meski sempat merasakan era kereta api yang penuh sesak dan uwel-uwelan sangat parah saat pagi dan sore hari, tetap senang naik kereta api. Saya juga tetap merasa tenang dan aman kalau naik kereta api dibanding naik angkutan umum lain.
Apalagi rasa solidaritas sesama pengguna Commuter Line itu lumayan tinggi. Sejauh pengalaman saya, walaupun tidak kenal, saat melihat ada yang kesulitan, kesusahan, sesama penumpang suka berinisiatif membantu tanpa harus dimintai tolong terlebih dahulu.