Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengenang Lembar-Lembar Kisah Menyenangkan bersama KAI Commuter Line

4 September 2023   13:31 Diperbarui: 4 September 2023   13:53 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Commuter Line Bogor-Jakarta-Bogor. | Foto Dokumentasi kompas.com/Nabilla Tashandra. 

Saya mulai rutin menggunakan Commuter Line jurusan Bogor-Jakarta-Bogor saat duduk di bangku kuliah sekitar dua dasawarsa lalu. Alasannya karena mudah dan murah. Rumah saya tidak begitu jauh dari stasiun Bogor, Jawa Barat. Jarak tempuh dengan menggunakan kendaraan umum sekitar 20 hingga 30 menit.

Sementara kampus tempat saya belajar hanya berjarak beberapa meter dari stasiun Pondok Cina, Depok, Jawa Barat. Untuk kampus utama bisa ditempuh dengan berjalan kaki, sedangkan dua kampus lainnya tinggal menggunakan angkutan umum dengan jarak tempuh sekitar lima hingga 10 menit.

Durasi perjalanan dari Stasiun Bogor ke Stasiun Pondok Cina juga hanya sekitar 45 menit. Jauh lebih cepat daripada saya menggunakan bus atau turun-naik angkutan kota (angkot). Terlebih bus dan angkot terkadang suka ngetem di titik-titik tertentu bila penumpang belum penuh atau jumlahnya belum sesuai harapan.

Selain itu, biaya transportasi dengan menggunakan Commuter Line juga jauh-jauh lebih terjangkau. Dulu biaya perjalanan KRL dengan tujuan Bogor-Pondok Cina hanya Rp2.000. Nah, kalau naik bus sekitar Rp5.000. Sementara kalau naik angkot bisa lebih besar lagi dari itu biayanya. Apalagi bisa turun-naik angkot lebih dari tiga kali dengan biaya Rp2.000 per angkot.

Terlebih, dulu di KAI Commuter juga ada kartu berlangganan (abonemen). Sehingga, bisa dibeli di muka setiap awal bulan dengan harga nyaris hanya sepertiga dari harga normal bila kita membeli karcis secara eceran. Bisa dipergunakan untuk perjalanan berkali-kali lagi.

Membuka Peluang Pertemanan

Berkat pergi dan pulang kuliah menggunakan KAI Commuter, saya punya banyak teman. Selain teman-teman satu jurusan dan satu kampus, juga teman-teman yang berbeda jurusan, bahkan yang berbeda kampus. Efek sering bareng satu gerbong. Lama-lama jadi berinteraksi, ngobrol, temenan.

Naik kereta membuka peluang pertamanan. | Foto Dokumentasi Pribadi.
Naik kereta membuka peluang pertamanan. | Foto Dokumentasi Pribadi.

Meski sempat merasakan era kereta api yang penuh sesak dan uwel-uwelan sangat parah saat pagi dan sore hari, tetap senang naik kereta api. Saya juga tetap merasa tenang dan aman kalau naik kereta api dibanding naik angkutan umum lain.

Apalagi rasa solidaritas sesama pengguna Commuter Line itu lumayan tinggi. Sejauh pengalaman saya, walaupun tidak kenal, saat melihat ada yang kesulitan, kesusahan, sesama penumpang suka berinisiatif membantu tanpa harus dimintai tolong terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun