Ibu rumah tangga yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah lebih rentan marah-marah dan merasa depresi dibanding dengan ibu yang bekerja. Hal tersebut terungkap melalui Gallup poll yang dikutip merdeka.com.
Meski bukan salah satu yang disurvei, dulu saya termasuk salah satu ibu rumah tangga yang seperti itu. Pasca memutuskan menjadi ibu rumah tangga penuh waktu setelah bertahun-tahun menjadi ibu bekerja, rasa stress dan insecure mulai mendera. Segitu, saya yang memutuskan menjadi full time mom. Tidak ada paksaan dari suami maupun anak-anak.
Mengapa Ibu Rumah Tangga Lebih Rentan Stress?
Berdasarkan keterangan Melinda Paige, Ph.D, profesor konseling kesehatan mental klinis dari Argosy University, Amerika Serikat, ibu rumah tangga lebih rentan terkena depresi karena mengalami perasaan terisolasi, kehilangan tujuan, dan identitas. Terlebih bagi ibu rumah tangga yang sebelumnya berstatus sebagai ibu bekerja.
Bagi ibu bekerja yang kemudian beralih profesi sebagai ibu rumah tangga penuh waktu, hidup rasanya menjadi lebih sunyi. Interakasi sosial berkurang drastis. Hidup terasa stagnan. Identitas sebagai seseorang dengan profesi tertentu lenyap, kemandirian di bidang finansial juga hilang. Terkadang timbul rasa rendah diri yang ujung-ujungnya memicu perasaan stress dan depresi.
Tetap Bisa Berkarya dan Berdaya
Namun, pada era digital seperti saat ini, seharusnya tidak ada lagi ibu rumah tangga penuh waktu yang merasa insecure, stress dan depresi hanya karena merasa bosan berkutat di ranah sumur, dapur, dan kasur.
Ibu rumah tangga penuh waktu zaman now bisa tetap berkarya dan berdaya seperti halnya ibu-ibu yang meniti karier di luar rumah. Bisa tetap produktif dan menghasilkan uang. Dapat terus berprestasi dan melakukan aktualisasi diri.