Ikut lomba menulis itu seperti sedang mengasah kemampuan kita untuk menulis. Apalagi untuk artikel lomba biasanya panitia menentukan persyaratan-persyaratan khusus, mulai dari tema yang ditentukan, kalimat tertentu yang harus diselipkan di artikel, hingga sudut pandang penulisan yang diarahkan.
Saat artikel kita terpilih menjadi salah satu pemenang, bahagianya tidak terlukiskan. Senang kalau ternyata kemampuan menulis kita juga  bisa bersaing dengan penulis-penulis baik lainnya. Apalagi ada bonus hadiah.
Saat tidak beruntung, gagal juara, juga tetap tidak ada ruginya. Kita setidaknya sudah menantang diri sendiri untuk menulis sesuatu sesuai tema lomba. Terlebih bila tema lomba tersebut jarang-jarang kita tulis. Jadi belajar hal baru kan?
Biasanya kalau ada pengumuman pemenang blog competition di Kompasiana, saya suka mengupayakan untuk membaca tulisan-tulisan para pemenang, baik saya ikut lomba tersebut, ataupun tidak.
Biasanya tulisannya bagus-bagus, memang layak juara. Dengan membaca tulisan mereka saya mendapat insight baru, ilmu baru. Terkadang saya praktekan saat ikut blog competition berikutnya.
Akan Ada Lomba Berikutnya
Berdasarkan keterangan dari salah satu panitia saat menghubungi setelah saya dinyatakan sebagai pemenang, akan ada blog competition lagi yang diadakan oleh Mettasik.
Rencananya menjelang  Hari Raya Waisak Tahun depan. Tema lombanya mengenai moderasi dan toleransi. Perspektif dari sudut pandang berbagai agama dan keyakinan.
Duh, jadi ingin ikutan lagi. Terlebih hadiahnya diupayakan akan lebih besar katanya dibanding lomba "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati". Â Blog Competition "Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati" saja untuk juara I Rp2.500.000, terbilang besar untuk event komunitas. Apalagi ada enam juara utama, dan 10 juara hiburan, tentu dengan hadiah yang berjenjang.
Apalagi toleransi di bumi Indonesia sangat dibutuhkan. Kita hidup di negara yang kaya akan budaya dan agama.
Bila bisa ikut berpartisipasi menulis sesuatu yang bermanfaat, mengapa tidak, kan?