Terkadang juga membahas yang lebih serius, seperti mengenai siksa kubur, takdir, warisan, zakat, salat, puasa, dan ibadah-ibadah lainnya.
Ssst... terkadang membahas hubungan pernikahan juga lho. Bagaimana menghindari/mengatasi konflik dengan suami, istri, atau mertua? Bagaimana bila istri tidak bisa memberikan keturunan, lebih baik mengangkat anak atau suami menikah lagi?
Serunya, acara Mamah Dedeh di televisi ini selalu mengundang ibu-ibu dari berbagai kelompok pengajian. Alhasil, banyak pertanyaan aktual yang memang kerap dialami oleh kita pada umumnya.
Menggunakan Bahasa yang Mudah Dimengerti
Hal lain yang saya sukai dari ceramah Mamah Dedeh adalah bahasa yang digunakan saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penonton.
Beliau selalu menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti. Kalau pun menyitir ayat Al-Quran, ustazah kelahiran Ciamis, 5 Agustus 1951 itu selalu menambahkan penjelasan dengan rinci.
Menurut saya, gaya ceramahnya yang blak-blakan dan kerap disisipi candaan khas Sunda memberi daya tarik tersendiri. Terkadang mendengar ceramah Mamah Dedeh serasa sedang mendengarkan nasihat dari keluarga dekat.
Solusi dan nasihat yang diberikan juga tidak mengawang-ngawang, applicable. Selain itu, tidak terkesan menggurui.
Bersedia Meminta Maaf
Efek gaya ceramahnya yang ceplas-ceplos Mamah Dedeh sempat tersandung beberapa masalah. Salah satunya saat beliau menjawab pertanyaan dari salah satu penonton. Saat itu ia menggunakan kata "autis" untuk orang-orang yang gemar bermain gadget.