Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Awalnya Was-was, Saat Anak Mulai PTM di Masa Pandemi

28 Agustus 2021   23:31 Diperbarui: 29 Agustus 2021   16:31 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telat dijemput, khawatir jajan seperti ini. | Dokumentasi Pribadi

Sejak pertengahan Agustus 2021 lalu, SD swasta tempat anak saya bersekolah sudah melakukan pertemuan tatap muka (PTM). Siswa sudah mulai datang ke sekolah untuk belajar secara terbatas.

PTM Dibagi Dua

Siswa di setiap kelas dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I dan kelompok II. Minggu pertama, kelompok I belajar Senin dan Rabu dari pukul 07.15 sampai dengan 10.45, sedangkan kelompok II belajar Selasa dan Kamis dengan jam yang sama. Minggu berikutnya, jadwal PTM dirolling, Kelompok I belajar Selasa dan Kamis, kelompok II Senin dan Rabu.

Siswa dibagi dua. | Dokumentasi Pribadi
Siswa dibagi dua. | Dokumentasi Pribadi

Penggiliran dilakukan agar setiap siswa bisa tetap belajar tatap muka dengan setiap guru. Apalagi untuk pelajaran-pelajaran tertentu yang memang lebih optimal bila dijelaskan secara langsung melalui tatap muka, dibanding hanya dijelaskan secara daring melalui layar ponsel atau laptop.

Saat tidak PTM, dari Senin sampai Jumat, siswa tetap belajar secara daring melalui Google Classroom. Bedanya tidak ada lagi penjelasan dari guru secara virtual melalui Google meet atau Zoom. Penjelasan dilakukan secara tertulis, atau melalui video, yang diunggah di Google Classroom.

Tidak Ada Paksaan Ikut PTM

Setiap orangtua berhak menentukan apakah mengizinkan si buah hati PTM, atau tetap memilih belajar secara daring. Meski sudah melakukan PTM, absensi, tugas, dan evaluasi siswa tetap dilakukan secara daring melalui Google Classroom. PTM di sekolah benar-benar hanya dimanfaatkan untuk menjelaskan materi setiap pelajaran.

Bila masih was-was melepas anak PTM di sekolah, tidak masalah tetap belajar di rumah. Sekolah tidak memaksa. Beberapa orangtua ada yang tetap memilih anaknya belajar di rumah, dibanding mulai belajar di sekolah.

Menerapkan Prokes Ketat

Selama pandemi Covid-19, ini kali kedua sekolah anak saya mengadakan PTM. Tahun ajaran lalu sempat juga melakukan pertemuan tatap muka, tetapi hanya berlangsung selama tiga minggu.

Kasus Covid-19 yang semakin merebak di Kota Batam, Kepulauan Riau, membuat pihak sekolah saat itu terpaksa menghentikan pertemuan tatap muka. Apalagi juga ada imbauan dari Dinas Pendidikan Kota Batam untuk menghentikan PTM karena kasus Covid-19 yang terus meningkat.

Saat melepas anak belajar di sekolah, awalnya was-was. Khawatir. Sempat ingin menolak opsi untuk melepas anak belajar tatap muka di sekolah. Namun, seiring waktu rasa khawatir tersebut bisa dikikis. Apalagi pihak sekolah juga menerapkan protokol kesehatan yang lumayan ketat.

Menerapkan protokol kesehatan ketat. | Dokumentasi Pribadi
Menerapkan protokol kesehatan ketat. | Dokumentasi Pribadi

Saat pagi, ada dua guru yang berjaga di pintu gerbang. Guru-guru tersebut akan mengarahkan anak-anak yang baru datang untuk mencuci tangan dengan sabun dan mengecek suhu tubuh.

Selain itu, guru yang mengajar di kelas juga akan terus mengingatkan agar anak-anak tetap mengenakan masker dan menjaga jarak.

Upayakan Menjemput Anak Tepat Waktu

Anak SD itu pada dasarnya suka jajan dan bergerombol. Oleh karena itu, bila anak biasa diantar dan dijemput, sebaiknya orangtua menjemput anak di sekolah tepat waktu. Bila memungkinkan malah lebih cepat dari jam pulang.

Bukan apa-apa, terlambat sedikit menjemput, anak-anak biasanya sudah menclok jajan ke tukang jualan keliling di depan sekolah. Atau berkerumun dengan teman-teman yang dikenalnya yang sama-sama belum dijemput. Apalagi usai jam sekolah usai, pengawasan dari guru sedikit longgar.

Telat dijemput, khawatir jajan seperti ini. | Dokumentasi Pribadi
Telat dijemput, khawatir jajan seperti ini. | Dokumentasi Pribadi

Agar anak tidak jajan di tukang jualan depan sekolah, sebenarnya bisa diakali dengan tidak memberi anak bekal uang jajan. Apalagi sekolah juga tidak menyarankan anak membawa uang jajan selama PTM terbatas. Namun, biasanya ada saja anak yang suka membawa uang, dan mereka suka berbaik hati mentraktir teman (teman)nya.

Bawa Cadangan Alat Tulis

Untuk meminimalisir tertular Covid-19 selama PTM, sebaiknya anak kita menghindari pinjam-meminjam alat tulis. Oleh karena itu, sebaiknya membawa cadangan alat tulis yang diperlukan.

Saat PTM, jangan hanya membawa satu atau dua pensil/pena, bawa tiga atau empat sekaligus. Kita tidak tahu nanti pensilnya hilang atau patah. Bila membawa cadangan, bisa menggunakan yang cadangan.

Semoga pandemi Covid-19 ini segera berlalu agar lebih tenang melepas anak belajar di sekolah. Agar anak-anak juga bisa kembali belajar normal seperti biasa. Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun