Selama pandemi Covid-19, ini kali kedua sekolah anak saya mengadakan PTM. Tahun ajaran lalu sempat juga melakukan pertemuan tatap muka, tetapi hanya berlangsung selama tiga minggu.
Kasus Covid-19 yang semakin merebak di Kota Batam, Kepulauan Riau, membuat pihak sekolah saat itu terpaksa menghentikan pertemuan tatap muka. Apalagi juga ada imbauan dari Dinas Pendidikan Kota Batam untuk menghentikan PTM karena kasus Covid-19 yang terus meningkat.
Saat melepas anak belajar di sekolah, awalnya was-was. Khawatir. Sempat ingin menolak opsi untuk melepas anak belajar tatap muka di sekolah. Namun, seiring waktu rasa khawatir tersebut bisa dikikis. Apalagi pihak sekolah juga menerapkan protokol kesehatan yang lumayan ketat.
Saat pagi, ada dua guru yang berjaga di pintu gerbang. Guru-guru tersebut akan mengarahkan anak-anak yang baru datang untuk mencuci tangan dengan sabun dan mengecek suhu tubuh.
Selain itu, guru yang mengajar di kelas juga akan terus mengingatkan agar anak-anak tetap mengenakan masker dan menjaga jarak.
Upayakan Menjemput Anak Tepat Waktu
Anak SD itu pada dasarnya suka jajan dan bergerombol. Oleh karena itu, bila anak biasa diantar dan dijemput, sebaiknya orangtua menjemput anak di sekolah tepat waktu. Bila memungkinkan malah lebih cepat dari jam pulang.
Bukan apa-apa, terlambat sedikit menjemput, anak-anak biasanya sudah menclok jajan ke tukang jualan keliling di depan sekolah. Atau berkerumun dengan teman-teman yang dikenalnya yang sama-sama belum dijemput. Apalagi usai jam sekolah usai, pengawasan dari guru sedikit longgar.
Agar anak tidak jajan di tukang jualan depan sekolah, sebenarnya bisa diakali dengan tidak memberi anak bekal uang jajan. Apalagi sekolah juga tidak menyarankan anak membawa uang jajan selama PTM terbatas. Namun, biasanya ada saja anak yang suka membawa uang, dan mereka suka berbaik hati mentraktir teman (teman)nya.