Tidak hanya nama, media sosial dan website SPAM Batam juga sebaiknya tidak berganti-ganti akun seiring dengan bergantinya pengelola. Jadi saat pengelola SPAM Batam berganti, website dan media sosial diwariskan ke pengelola yang baru.
Tidak semua pelanggan selalu mendapatkan informasi terbaru. Bisa jadi saat ada pergantian pengelola air perpipaan pelanggan tidak tahu, sehingga masih menyampaikan saran dan keluhan melalui media sosial sebelumnya.
Menurut saya, peran media sosial saat ini cukup krusial. Meski tidak sepenuhnya bisa menggantikan kantor pelayanan, tetapi setidaknya bisa mempermudah pelanggan menyampaikan keluhan atau mendapatkan informasi.
Tak hanya media sosial, beragam teknologi yang dikembangkan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, sebaiknya juga diwariskan kepada pengelola baru. Jadi pengelola baru tinggal melanjutkan, tidak lagi membangun dari awal. Perkara nanti pengelola baru memiliki teknologi yang lebih baik, itu lain hal.
Apalagi bila biaya untuk mengembangkan teknologi tersebut juga diambil dari keuntungan mengelola SPAM Batam, karyawannya juga digaji dari anggaran SPAM Batam. Kecuali, mereka memang mengembangkan sendiri tanpa ada kontribusi apapun dari SPAM Batam. Pakai dana dari perusahaan induk misalnya. Atau keuntungan yang sudah disisihkan yang memang murni menjadi bagian mereka.
Memiliki Kantor (Pusat) Sendiri
Hal krusial lain yang sebaiknya dicantumkan dalam poin kerjasama adalah kantor (pusat) yang dimiliki sendiri. Jangan lagi deh kantor pusat sewa seperti operator sebelumnya. Apalagi "ngontrak" di geduk milik si perusahaan induk yang mengelola perusahaan air perpipaan di Pulau Batam.
Kantornya mungkin tidak harus langsung bagus dan besar. Namun, setidaknya ada dan milik sendiri. Pelan-pelan, selama masa konsesi, bisa secara bertahap diperbesar dan diperbagus sesuai kebutuhan. Agar tidak terlalu memberatkan operator baru, BP Batam mungkin bisa mengalokasikan lahan untuk kantor tersebut. Jadi mereka tinggal membangun bangunannya saja.
Ingat lho air bersih itu kebutuhan krusial yang akan selalu dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup. Jadi, secara logika pengelola SPAM di Batam akan terus ada. Hanya saja mungkin pengelolanya yang akan berganti. Entah itu kembali dikelola oleh swasta, atau suatu hari nanti dikelola sendiri oleh pemerintah.
Jadi sudah seharusnya SPAM Batam memiliki gedung pusat sendiri. Jadi nanti saat ada pergantian pengelola, hanya pengelola saja yang keluar dari gedung tersebut. Pengelola yang baru tinggal melanjutkan mengisi gedung itu beserta isinya. Bukan, ganti pengelola SPAM, sibuk cari kontrakan baru. Alhasil butuh waktu dan tenaga lagi untuk menyiapkan semuanya.
Analogi pengelola SPAM yang baru itu seharusnya seperti orang yang resign, keluar dari pekerjaan. Dia yang keluar dari kantor, tanpa membawa komputer dan meja kerjanya. Hanya membawa diri saja dan barang-barang pribadi. Setelah itu pengelola baru yang menggantikan tinggal melanjutkan pekerjaan orang yang resign tersebut dengan fasilitas lama yang sudah tersedia.