Apalagi bila jarak kota asal dengan kota perantauan sangat jauh dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Paling hanya mupeng saat foto berbuka puasa bersama berseliweran di whatsapp grup, atau lini masa media sosial. Saya salah satu yang merasakan hal tersebut. Terpaksa selalu absen berbuka puasa bersama keluarga besar dan teman sekolah/kuliah karena merantau dari Bogor, Jawa Barat ke Batam, Kepulauan Riau.
Nah, dengan adanya pandemi dan buka puasa bersama dilakukan secara virtual, kami yang tinggal lumayan jauh dari kota asal, bisa tetap ikut bersilaturahim. Bisa ikut berbagi cerita, melepas kangen, meski hanya melihat sosok saudara/teman-teman melalui layar ponsel/laptop, tidak secara langsung.
Kalau tidak ada pandemi seperti ini, mana mau mengadakan buka puasa bersama secara virtual. Atau mungkin malah juga tidak kepikiran. Sebab, sejak bertahun-tahun lalu, definisi berbuka puasa bersama itu ya ngumpul-ngumpul di suatu tempat, entah di hotel, restoran, atau di rumah salah satu peserta berbuka puasa. Apalagi berbuka puasa secara langsung sudah pasti lebih nyaman dibanding hanya melalui gadget.
Batasi Peserta
Berbuka puasa bersama secara virtual itu bisa kok tetap nyaman, tetap seru. Syaratnya, hanya berbuka puasa dengan orang yang benar-benar dekat dan akrab. Kalau tidak terlalu akrab pasti tidak akan greget. Apalagi kalau orangnya tidak asik. Bertemu langsung saja terkadang garing kan? Apalagi ini hanya melalui layar ponsel atau laptop.
Sesupel apapun kita, umumnya lebih nyaman berinteraksi dengan orang yang sudah kita kenal dengan baik, kecuali orang tersebut adalah artis idola atau tokoh populer yang membuat kita ingin sok kenal, sok dekat, aka SKSD.
Saat berbuka puasa secara langsung, kita bisa memilih mau duduk di dekat siapa, mau ngobrol dengan siapa. Bisa membuat obrolan kecil sendiri dengan beberapa orang. Malah terkadang janjian, kan? Atau lihat daftar peserta berbuka puasa bersama yang hadir, kalau ada yang lumayan dekat dan akrab, ikut, kalau tidak, pikir-pikir lagi.
Nah, saat berbuka puasa secara virtual tidak bisa seperti itu. Kita tidak bisa membuat obrolan sendiri dengan orang-orang tertentu. Kita juga mungkin tidak bisa leluasa mengobrol apapun. Jadinya memang lebih jaim, lebih terbatas. Khawatir ada yang merasa tidak nyaman atau malah terganggu dengan obrolan yang kita angkat.
Jadi kalau memang mau seru, berbuka puasa virtual ini memang harus dibatasi pesertanya. Jangan terlalu banyak. Selain itu, hanya orang-orang yang memang akrab. Jadi interaksinya lebih seru. Lebih nyambung juga. Ngobrolnya juga jadi tidak rebutan dan tidak ada yang merasa dicuekin, merasa belum kebagian bercerita.
Sebab, kalau sudah akrab, rasa ingin tahu kabar terbaru dari masing-masing juga tinggi. Kalau ada yang diam saja pun pasti ditanya. Tidak akan dibiarkan diam sepanjang acara berbuka puasa virtual. Selain itu, orang pendiam pun bila bertemu dengan orang yang cukup akrab dan dekat biasanya rame. Seru bercerita.