Walaupun hidup seribu tahun...
Kalau tak sembahyang apa gunanya...
Salah satu lagu religi favorit saya adalah "Sepohon Kayu" yang dinyanyikan oleh grup nasyid Saujana pada tahun 1997, yang kemudian lebih dipopulerkan lagi di Indonesia oleh mendiang Ustadz Jefri Al Buchori. Saya suka sekali dengan lagu ini, selain iramanya yang enak didengar, juga karena makna di setiap lirik lagunya sangat dalam.
Lagu ini mengingatkan kita agar selalu taat kepada Allah SWT. Menjalankan semua perintah-Nya, terutama salat lima waktu. Salat wajib yang merupakan tiang agama (Islam). Amalan utama yang wajib dikerjakan setiap muslim yang berakal sehat dan baligh. Amalan yang akan dihisab pertama kali di hari kiamat kelak.
Sepohon kayu daunnya rimbun...
Lebat bunganya serta buahnya...
Walaupun hidup seribu tahun bila tak sembahyang apa gunanya...
Walaupun hidup seribu tahun bila tak sembahyang apa gunanya.
Bila tidak menjalankan salat, selama apapun hidup tidak akan berguna. Bahkan walaupun hidup hingga 1.000 tahun seperti lirik dalam lagu "Sepohon Kayu". Punya harta banyak, jabatan tinggi juga tak ada manfaatnya bila tidak salat.
Nah, terkadang saat saya malas salat wajib, suka terngiang-ngiang lirik lagu ini. Walaupun hidup seribu tahun... kalau tak sembahyang apa gunanya... akhirnya saya buru-buru salat hehe.
Kami bekerja sehari-hari...
Untuk belanja rumah sendiri...
Walaupun hidup seribu tahun bila tak sembahyang apa gunanya...
Walaupun hidup seribu tahun bila tak sembahyang apa gunanya.
Dalam Islam ibadah itu tidak hanya salat. Mencari nafkah yang halal juga ibadah, menafkahi istri dan anak juga ibadah, bahkan mencari ilmu juga ibadah, baik ilmu agama maupun ilmu lain yang bermanfaat. Namun salat merupakan ibadah yang utama dalam Islam. Tidak ada ibadah lain yang bisa menggantikan salat.
Bahkan orang sakit pun harus salat. Bila tidak bisa salat sambil berdiri, bisa sambil duduk, bila tidak kuat sambil duduk, bisa sambil berbaring, bila tidak kuat sambil berbaring bisa hanya dengan gerakan mata, bila tidak bisa juga dengan gerakan mata, bisa hanya dengan niat dalam hati. Begitu pentingnya salat fardu, hingga ada begitu banyak keringanan yang diberikan Allah.
Kami sembahyang fardhu sembahyang...
Sunah pun ada bukan sebarang...
Supaya Allah menjadi sayang...
Kami bekerja hatilah riang.
Salat adalah komunikasi kita secara langsung dengan Allah, baik salat wajib maupun salat sunah. Bila tidak salat, bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan Allah? Mungkin ada yang menjawab dengan doa. Namun, (sebagian) bacaan salat pun isinya adalah doa. Doa diberi jalan yang lurus, doa diampuni dari segala dosa, doa diberi rezeki, doa dicukupkan dari segala kekurangan, doa diberi kesehatan, hingga doa diangkat derajat.
Kalau kita mau disayang oleh Allah, mendapat Ridho Allah, harus mendekatkan diri kepada Allah. Salah satu caranya dengan salat. Baik dengan menjalankan salat wajib lima waktu, maupun salat sunah.
Kami sembahyang limalah waktu...
Siang dan malam sudahlah tentu...
Hidup di kubur yatim piatu...
Tinggalah seorang dipukul dipalu.
Salat wajib lima waktu itu wajib dikerjakan seluruhnya, tidak pilih-pilih, hanya salat magrib saja, atau subuh saja, atau ashar saja, atau isya saja, atau malah dzuhur saja. Salat wajib lainnya diabaikan. Atau mengerjakan salat subuh, salat dzuhur, salat ashar, salat magrib, tapi tidak mengerjakan salat isya karena keburu ngantuk.
Saya pernah mendengarkan tausyiah dari salah satu ustadz di Batam, Kepulauan Riau. Kata beliau, kalau mau berkomunikasi secara optimal dengan Allah, harus mengerjakan seluruh salat fardu. Tidak ada yang terlewat.
Salat itu seperti kita sedang menelepon. Nomor telepon harus dipencet seluruhnya, kan? Tidak boleh ada yang terlewat, tidak boleh ada yang salah nomor. Kalau tidak, tidak akan terhubung, kalaupun terhubung bisa salah sambung. Nah, begitu juga saat berkomunikasi dengan Allah. Seluruh salat fardu harus dikerjakan.
Dipukul dipalu sehari-hari...
Barulah ia sadarkan diri...
Hidup di dunia tiada berarti...
Akhirat di sana sangatlah rugi.
Saat kita sudah meninggal nanti, di alam kubur akan ditanya oleh malaikat Munkar dan Nakir terkait keimanan kita kepada Allah dan amal ibadah kita selama di dunia. Bila tidak menjalankan perintah Allah, salah satunya salat, akan disiksa. Melalui Al Quran dan hadist, banyak diceritakan bagaimana orang-orang yang sudah meninggal menyesal karena tidak menjalankan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya.
Oleh karena itu, mumpung kita masih hidup, masih diberi kesempatan untuk mempersiapkan bekal di akhirat kelak, yuk secara bertahap menjalankan segala perintah Allah, dan menjauhi semua larangan-Nya.
Wallahualam. Bila ada kesalahan dalam tulisan ini karena keterbatasan ilmu yang saya miliki, mohon dimaafkan dan diluruskan. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H