Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ini Tradisi Unik Menjelang Idulfitri di Pulau Belakangpadang, Batam

18 Mei 2020   21:47 Diperbarui: 18 Mei 2020   21:53 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu astaka yang dipamerkan. | Dokumentasi Pribadi

Salah satu astaka yang dipamerkan. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu astaka yang dipamerkan. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu astaka yang dipamerkan. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu astaka yang dipamerkan. | Dokumentasi Pribadi
FYI, pawai astaka ini dilombakan. Pesertanya adalah masjid dan musholla yang ada di Pulau Belakangpadang. Setiap peserta biasanya membuat replika masjid dari masjid yang mereka wakili. Meski hanya perlombaan setingkat pulau kecil, astaka yang ditampilkan cantik-cantik. Sangat mirip dengan masjid aslinya.

Salah satu astaka yang dipamerkan. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu astaka yang dipamerkan. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu astaka yang dipamerkan. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu astaka yang dipamerkan. | Dokumentasi Pribadi
Saat dibawa pawai berkeliling di jalan utama sekitar Lapangan Indera Sakti dan Pelabuhan Belakangpadang dengan menggunakan becak, astaka-astaka tersebut biasanya mengundang decak kagum siapapun yang melihat. Terlebih astaka itu juga dihiasi lampu kerlap-kerlip dan diiringi aneka musik yang berasal dari beduk yang dipukul secara berirama.

Beduk yang ditabuh sepanjang pawai. | Dokumentasi Pribadi
Beduk yang ditabuh sepanjang pawai. | Dokumentasi Pribadi
Beduk yang ditabuh sepanjang pawai. | Dokumentasi Pribadi
Beduk yang ditabuh sepanjang pawai. | Dokumentasi Pribadi
Berbeda dengan daerah lain, pawai astaka di Belakangpadang tidak menggunakan mobil atau truk. Meski diaspal mulus, jalan di Belakangpadang tidak dilalui mobil. Tidak ada kendaraan roda empat yang melintas dipulau ini, kecuali mobil ambulance dan truk sampah. Untuk transportasi sehari-hari warga setempat menggunakan sepeda motor dan becak.

Pawai dengan berjalan kaki. | Dokumentasi Pribadi
Pawai dengan berjalan kaki. | Dokumentasi Pribadi
Pawai dengan berjalan kaki. | Dokumentasi Pribadi
Pawai dengan berjalan kaki. | Dokumentasi Pribadi
Selain mengadakan pawai astaka, pada malam menjelang Idulfitri juga diadakan takbir pentas di Lapangan Indera Sakti. Lomba takbir pentas biasanya diadakan usai pawai astaka. Peserta yang ikut selalu membeludak, alhasil setiap tahun perlombaan ini selalu selesai lewat dari tengah malam.

Warga yang menonton. | Dokumentasi Pribadi
Warga yang menonton. | Dokumentasi Pribadi
Warga yang menonton. | Dokumentasi Pribadi
Warga yang menonton. | Dokumentasi Pribadi
Saya tidak pernah sanggup menonton hingga selasai. Ngantuk. Selain itu, anak saya biasanya meminta pulang. Mungkin letih berkeliling dan bermain sepanjang malam. Namun, warga Belakangpadang yang lain, umumnya setia memeriahkan acara hingga selesai. Mereka biasanya duduk-duduk di tribun sekitar Lapangan Indera Sakti. Beberapa ada juga yang memilih duduk di sepeda motor yang mereka bawa.

Satu Pulau Penuh Lampu

Selain lebih semarak dengan pawai astaka dan takbir pentas, setiap menjelang Hari Raya Idulfitri, Pulau Belakangpadang juga selalu terlihat lebih gemerlap. Lebih kerlap-kerlip. Hal tersebut dikarenakan, setiap Ramadan, di pulau tersebut diadakan lomba lampu hias antar kelurahan.

Kerlap kerlip lampu. | Dokumentasi Pribadi
Kerlap kerlip lampu. | Dokumentasi Pribadi
Setiap kelurahan biasanya membuat gapura yang dihias dengan aneka lampu. Selain itu, disepanjang jalan dan di depan rumah warga juga dipasang lampu yang bekedip-kedip seperti bintang yang bersinar terang di langit. Bedanya, lampu tersebut umumnya berwarna-warni, sehingga terlihat lebih menarik.

Kerlap kerlip lampu. | Dokumentasi Pribadi
Kerlap kerlip lampu. | Dokumentasi Pribadi
Perlombaan lampu hias ini diadakan untuk melestarikan tradisi Melayu. Setiap kali Ramadan tiba, orang-orang Melayu biasanya menghias lingkungan sekitar dengan lampu agar terlihat lebih semarak. Namun biasanya mereka menggunakan lampu colok. Lampu yang dinyalakan dengan minyak tanah dan api.

Kerlap kerlip lampu. | Dokumentasi Pribadi
Kerlap kerlip lampu. | Dokumentasi Pribadi
Hanya saja untuk kepraktisan dan agar lampu bisa menyala lebih lama, masyarakat Belakangpadang banyak yang lebih memilih menggunakan lampu hias. Lampu tersebut menggunakan bohlam kecil yang dinyalakan dengan energi listrik. Menjelang magrib, kerlip-kerlip lampu sudah terlihat di sepanjang jalan.

Deretan perahu boat di Pelabuhan Belakangpadang. | Dokumentasi Pribadi
Deretan perahu boat di Pelabuhan Belakangpadang. | Dokumentasi Pribadi
Sayangnya, efek pandemi Covid-19, tahun ini tidak ada lagi kemeriahaan menyambut Idulfitri seperti itu di Belakangpadang. Tak ada pawai astaka, takbir pentas, hingga kongkow-kongkow bersama kerabat dan keluarga. Bahkan menurut beberapa informasi, untuk menghindari warga yang tinggal di Pulau Batam mudik ke Pulau Belakangpadang, perahu boat yang mengangkut penumpang akan ditiadakan dulu pada Idulfitri tahun ini. Ah, ada tidak ada perahu boat, demi keselamatan bersama, tahun ini pun terpaksa kami tidak mudik dulu ke pulau tersebut. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun