Mengapa ya kalau mengajari anak sendiri, suka berubah jadi orang yang tidak sabaran, jadi si "sumbu pendek"?
Saat musim ujian anak Sekolah Dasar beberapa waktu lalu, status tersebut cukup banyak berseliweran di timeline facebook. Ada lumayan banyak daftar teman saya di media sosial tersebut yang menggunggah status yang mirip-mirip seperti itu.
Waktu itu, saya pun nyaris membuat status yang sama. Namun urung. Saya akhirnya lebih memilih ikut berkomentar (berbalas-balasan) di status yang sudah lebih dulu dibuat teman-teman saya di facebook.
Ada Banyak yang Mengalami
Saya mulai merasa tidak sabaran mengajari anak sendiri saat si sulung masuk SD. Waktu itu saya berpikir mungkin pengaruh hormon.
Kala anak paling besar mulai belajar di SD saya memang sedang hamil anak kedua. Saya menyalahkan hormon karena saat buah hati saya masih duduk dibangku TK, tidak pernah seemosi itu kala mengajari pelajaran sekolah.
Namun ternyata, setelah melahirkan pun saya tetap suka emosi saat menemani anak sendiri belajar pelajaran sekolah. Kadang suka sesak sendiri karena menahan luapan emosi. Sesekali bahkan tak jarang suara meninggi beberapa oktaf sambil menunjuk-nunjuk buku paket atau buku tulis sekolah.
Saya bahkan sempat merasa, apa saya berubah kepribadian menjadi ibu yang pemarah. Ibu yang tidak sabaran. Hingga akhirnya saya mengobrol dengan salah satu kerabat suami.
Ia dan suami terkenal sangat sabar kepada seluruh buah hatinya. Akan tetapi, saat mengajari anak pelajaran sekolah, ia dan suami katanya sering terpancing emosi.
Sang suami bahkan pernah menyiramkan air yang ada di dalam gelas yang kebetulan ada di atas meja belajar ke muka sang anak saking emosinya.
Setelah mengobrol dengan beberapa kawan dan kerabat, membaca status beberapa teman di media sosial, emosi saat mengajari anak sendiri pelajaran sekolah ternyata dialami banyak orang tua.