Bila ragu dengan hasil diagnosis dokter yang kita datangi, sebaiknya cari saja second opinion dari dokter lain. Saya menyesal mengapa mengabaikan keragu-raguan kami. Untung hingga sekarang anak kami baik-baik saja.Â
Tidak ada efek samping juga dari rontgen tersebut. Namun, menjadi pelajaran juga. Bila ragu dengan diagnosis satu dokter. Lebih baik datang ke dokter lain untuk mendapat second opinion.
Namun setelah berlalu cukup lama, saya jadi mengambil sisi positifnya. Mungkin dokter tersebut hanya bertindak hati-hati. Khawatir bayi saya kenapa-kenapa. Takutnya bila disepelekan, nanti terlambat ditangani dengan tepat. Meski akhirnya dari hasil rontgen, anak kedua saya itu baik-baik saja. Memang hanya sembelit biasa.
"Diobati" dengan Trik Orang Tua Zaman Dulu
Sebelum dibawa ke dokter, mertua sebenarnya sudah menyarankan agar sembelit anak kami diobati dengan trik orang tua zaman dulu. Sabun dipotong memanjang, kemudian dimasukkan ke dalam (maaf) dubur bayi. Hanya beberapa kali dimasukan, (maaf) feses biasanya langsung keluar.
Mertua saya bilang, selain ASI diserap tubuh dengan sempurna, sembelit juga bisa dikarenakan bayi belum bisa mengejan dengan sempurna.Â
Sabun bisa membantu melancarkan BAB. Namun waktu itu, saya sudah antipati duluan. Gila saja, (maaf) dubur bayi saya dicoblos-coblos dengan menggunakan sabun.
Akhirnya kami bawa ke dokter dengan harapan mendapat obat pencahar atau prebiotik. Namun ternyata malah jauh panggang dari api. Si dokter anak yang kami datangi, terlalu "lebay" menanggapi. Akhirnya dengan sangat terpaksa, esok paginya setelah si kecil sembelit selama 15 hari, saya dan suami melakukan trik itu juga. Dan, berhasil.
Ikuti Anjuran Dokter
Saat bayi saya masih hitungan minggu, dokter spesialis anak yang membantu saat persalinan, memberikan prebiotik.Â
Saat itu ia mengatakan, anak kedua saya dilahirkan secara caesar sehingga imunitas dan proses penguatan pada saluran cerna tidak sebaik bayi yang dilahirkan secara normal.
Namun karena saat diberikan prebiotik itu bayi saya terus menerus BAB, akhirnya dihentikan tanpa konsultasi kembali ke dokter anak. Padahal bayi baru lahir hingga usia 30 hari memang normal BAB lebih dari tiga kali selama masih berampas. Namun, saat itu kami terlalu khawatir.
Mungkin salah satunya karena itu juga anak kedua saya mengalami sembelit lumayan parah. Wallahuallam. Setelah mengalami sembelit selama dua minggu, dokter anak yang biasa kami kunjungi kembali meresepkan prebiotik tersebut. Kali ini diberikan ke si bayi hingga habis. Kini usia anak kedua saya sudah 13 bulan. Sudah tidak pernah lagi sembelit.