Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya, Teman, dan "Blackout" Jawa-Bali 17 Tahun Lalu

5 Agustus 2019   12:44 Diperbarui: 29 Oktober 2019   09:39 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat sampai di kostan dan bertemu penjaga kost, saya sebenarnya sedikit deg-degan. Khawatir saat saya bilang mau bertemu Ella --nama teman yang baru dikenal itu, si penjaga kostan bilang tidak ada yang bernama Ella. Atau, saat saya bilang ke Ella numpang menginap karena listrik padam, ia bilang maaf tidak bisa.

Alhamdulillah kekhawatiran saya tidak terjadi. Sebelum kalimat saya yang panjang lebar selesai untuk meminta izin menginap, Ella sudah mengangguk, mengiyakan, memberi izin. Saya bahkan dipinjami pakaian, juga ponsel untuk menghubungi orangtua agar mereka tidak khawatir.

Waktu itu saya memang belum memiliki ponsel. Harga ponsel dan kartu perdana lumayan tinggi. Saya pun merasa masih belum butuh. Itu makanya, saya sedikit kesulitan mencari pertolongan baik dari teman maupun keluarga. Apalagi wartel yang biasa menjadi andalan di sekitar kampus juga mati total.

Saya selalu merinding ingat kejadian ini. Merinding ingat begitu baiknya teman saya itu, merinding juga bagaimana paniknya saya waktu itu. Semoga teman saya itu selalu diberikan kebaikan, keberkahan. Aamiin.

Kejadian tersebut memberi banyak pelajaran buat saya pribadi. Tidak ada kejadian yang kebetulan. Semua memang harus terjadi seperti itu. Berbuat baik secara spontan kepada orang yang sedang membutuhkan, tidak mengandalkan hanya satu moda transportasi, harus mampu membaca situasi dan kondisi, kenal dan menjalin hubungan baik dengan banyak orang. Saat situasi darurat kita tidak tahu siapa yang akan menolong kita.

Oiya sewaktu saya panik, di peron itu sebenarnya ada teman yang saya kenal cukup baik, saya sempat ingin meminta tolong kepada teman saya itu. Kebetulan ia kost tak jauh dari stasiun. Namun belum sempat saya mengucapkan permintaan tolong, dia sudah berkata, "that's your problem, not mine." Kata-katanya tidak persis seperti itu, tetapi kesimpulannya begitu. Saya akhirnya urung dan memilih "mengadu nasib" dengan meminta tolong orang yang baru saya kenal.

Esoknya, saat saya bertemu dengan dua teman yang naik kereta lebih dulu, entah mengapa saya jadi merasa beruntung karena tertinggal kereta. Untuk sampai ke rumah, mereka berdua ternyata harus berjalan kaki lumayan jauh. Kereta berhenti lumayan jauh dari stasiun. Mana mereka berdua menggunakan sepatu dan sandal yang berhak lumayan tinggi. Belum lagi rebutan angkutan umum. Mereka baru sampai rumah menjelang tengah malam. Saya sih waktu itu, sehabis salat isya langsung tidur hehe. Selalu ada hikmah dibalik peristiwa, selalu ada senyum setelah kejadian yang tak terduga. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun