Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pernikahan dan "Kerikil" dalam Rumah Tangga

4 Juli 2019   11:07 Diperbarui: 4 Juli 2019   18:44 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa ada campur tangan pihak luar pun terkait pola pengasuhan anak terkadang menjadi permasalahan yang cukup besar. Apalagi bila kita dan suami dibesarkan dengan pola asuh yang berbeda. Terlebih bila masing-masing suami/istri merasa pola asuh dari keluarga besarnya merupakan pola asuh yang tebaik.

Di satu sisi terkadang pernikahan itu terasa rumit, tetapi di sisi lain juga terkadang terlihat sederhana. Semua tergantung kita menyikapinya. Meski suami setia, bertanggungjawab, tidak kasar dan tak suka memukul, selalu ada ujian di setiap pernikahan. Bentuknya beragam dan berbeda-beda.

Bagi pasangan lain hal tersebut mungkin adalah berkah, tapi bagi pasangan yang lainnya bisa menjadi musibah. Pikiran setiap orang berbeda-beda, begitu juga dengan sudut pandang. Selain itu, situasi dan kondisi yang dialami setiap pasangan juga cukup berpengaruh menilai sesuatu itu anugrah atau malah menjadi musibah.

Perceraian terkadang tidak bisa dihindari. Namun saat niat itu terbersit dalam hati, coba pikirkan ulang. Coba kita ingat saat jomblo dulu, bagaimana khusyunya berdoa pada Allah SWT agar diberi pendamping hidup. Selama masalah tersebut bukan sesuatu yang prinsipil, coba pikirkan ulang.

Kalaupun kita berpisah dengan pasangan yang sekarang dan menikah lagi dengan orang lain yang saat ini kita nilai lebih baik, bukan tidak mungkin ke depan kita akan menghadapi masalah yang sama. Ujung-ujungnya masa bercerai lagi?

Apalagi seburuk-buruknya sebuah pernikahan pasti ada sisi membahagiakan. Apalagi bila kita menikah dengan pilihan kita sendiri tanpa paksaan. Bila menikah hanya berisi hal buruk, pasti sudah tidak ada lagi orang di dunia ini yang mau menikah. Buktinya, malah semakin banyak yang berdoa agar segera diberi pasangan hidup hehe.

Ini sebenarnya mengingatkan diri saya sendiri. Tidak ada niat untuk menggurui. Apalagi pernikahan saya juga masih seumur jagung. Perjalanan masih jauh dan panjang. Semoga dimudahkan. Aamiin. Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun