Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Mengobrol Tak Hanya "Ngalor-Ngidul"

22 Juni 2019   17:41 Diperbarui: 22 Juni 2019   18:22 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan apa yang umumnya disenangi para lanjut usia? Jawabannya adalah mengobrol. Mereka umumnya sangat suka berbagi cerita, mulai dari cerita mengenai kegiatan sehari-hari hingga cerita saat beliau masih muda. Saat bercerita umumnya mata mereka bersinar-sinar penuh semangat.

Mungkin tidak semua orang lanjut usia seperti itu. Namun saya melihat "letupan" semangat seperti itu kala mengobrol dengan nenek maupun nenek mertua. Begitu juga saat saya mengobrol dengan mendiang buyut saya, kala beliau masih hidup. Meski fisik sudah terlihat ringkih, tetapi saat bercerita tetap penuh semangat.

Saya sangat suka mengobrol dengan para orangtua. Pasalnya, bercakap-cakap dengan mereka tidak hanya "ngalor-ngidul" membicarakan hal "unfaedah". Namun, justru banyak obrolan menarik yang dapat dipetik manfaatnya. Para lanjut usia umumnya senang bernostagia. Menceritakan berbagai hal sewaktu beliau masih muda.

Bagi mereka, mengobrol dengan saya mungkin hanya sekadar mengisi waktu luang, mengusir kebosanan, sambil mengingat-ingat kenangan menyenangkan di kala silam. Namun bagi saya, mengobrol dengan beliau-beliau itu seperti sedang "mengorek" ilmu yang tidak bisa di dapat secara formal.

Saya paling suka mengobrol dengan nenek mertua. Hal tersebut dikarenakan beliau memiliki pikiran yang "out of the box" pada masanya. Lumayan kreatif sih menurut saya. Apalagi selama mengobrol, beliau tidak pernah sekalipun menggurui. Betul-betul hanya bercerita, mengenang masa lalu.

Jangan Menyerah dengan Keadaan

Nenek mertua menikah pada usia 14 tahun dengan pria berusia 18 tahun. Pria tersebut (baca: kakek mertua) saat itu hanya pegawai (maaf, rendahan) di sebuah perusahaan minyak di Pulau Sambu, Batam, Kepulauan Riau. Saat masih memiliki satu hingga dua buah hati, gaji bulanan kakek mertua masih cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Terlebih untuk rumah, listrik, air bersih sudah disediakan perusahaan.

Namun saat buah hati terus bertambah hingga sembilan orang, dengan jarak usia yang cukup berdekatan, nenek mertua bilang, gaji kakek mertua tak lagi cukup untuk menutupi kebutuhan selama satu bulan. Meski pengeluaran sudah dihemat sedemikian rupa, tetap tidak mencukupi.

Akhirnya nenek mertua "memutar" akal. Ia mencoba berjualan. Bila ada yang membawa hasil kebun, ia suka menawarkan diri untuk membantu menjual. Pintarnya ia tidak menjual sendiri. Ia biasanya jadi koordinator. Ia mengajak anak-anak muda yang tidak bekerja untuk menjual hasil kebun tersebut. Nanti bagi hasil. Sehingga ia tetap mendapat uang tambahan, tetapi tetap bisa mengerjakan pekerjaan lain.

Selain itu, ia juga belajar menjahit. Nah, agar orang-orang tahu ia pintar menjahit tanpa harus repot berpromosi, ia rutin menjahitkan baju untuk semua buah hati. Nanti saat si buah hati bermain, biasanya si teman bermain atau si ibu-ibunya "ngeh" dan bertanya, bajunya bagus, beli dimana? Nanti si anak akan bilang jahit sendiri. Setelah itu ada banyak yang meminta untuk dijahitkan pakaian.

Selain belajar menjahit, beliau juga belajar membuat kue dan memasak. Untuk menambah penghasilan, setiap minggu beliau membuat kue dan makanan ringan. Kue dan makanan ringan tersebut dititipkan untuk dijual ke pedagang lain yang berjualan di sekitar "bioskop" yang rutin memutar film terkini secara gratis untuk pegawai dan keluarga di perusahaan minyak tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun