Jarak Pulau Batam dan Pulau Belakangpadang, Batam, Kepulauan Riau, sangat dekat. Waktu tempuh kedua pulau tersebut hanya sekitar 15 hingga 20 menit. Meski demikian, pemudik dari Pulau Batam yang pulang kampung ke Pulau Belakangpadang tak kalah heboh.Â
Mereka tak hanya membawa pakaian ganti dan buah tangan yang dimasukan ke dalam koper ataupun tas. Beberapa bahkan ada yang sengaja membawa sepeda motor.
Sebenarnya, membawa sepeda motor dari tempat perantauan ke kampung halaman merupakan hal yang sangat biasa. Banyak pemudik di Indonesia yang melakukan hal tersebut. Hanya saja fenomena tersebut terlihat sedikit berbeda bila dilakukan oleh pemudik yang akan balik ke Belakangpadang.
Menyewa Perahu Boat
Para pemudik yang membawa sepeda motor umumnya menyewa boat untuk menyebrangkan sepeda motor mereka. Harga sewa boat bervariasi. Namun umumnya sekitar Rp200.000/satu kali jalan. Dari Pulau Batam ke Pulau Belakangpadang, atau sebaliknya dari Pulau Belakangpadang ke Pulau Batam.
Ongkos becak Rp25.000 per satu kali perjalanan. Sementara ongkos ojek Rp10.000/sekali perjalanan. Sementara kegiatan silaturahmi di Belakangpadang itu sangat kental. Setiap Idulfitri, mereka berkunjung dari satu kerabat ke kerabat yang lain, dari satu tetangga ke tetangga yang lain.Â
Bila rumah yang dikunjungi lumayan banyak, atau pada hari pertama dan kedua lebaran cuaca kurang bersahabat (baca: hujan), kunjungan dilanjutkan pada hari berikutnya. Tak heran open house di Belakangpadang dilakukan selama berhari-hari. Kue lebaran juga selalu siap tersaji, minimal selama tiga hari.
Apalagi bila tidak hujan, shalat Idulfitri juga tidak dilakukan di masjid dekat rumah, tetapi di Lapangan Indera Sakti yang dekat Pelabuhan. Bila rumah di Kampung Jawa atau Kampung Bugis ujung, lumayan juga lho jaraknya. Apalagi saat pagi hari kala lebaran hari pertama, tidak ada ojek ataupun becak yang beroperasi. Sehingga, bila tidak memiliki motor sendiri harus berjalan kaki sekitar 20 menit.
Becak dan ojek mudah ditemui di sekitar pasar dan pelabuhan. Namun bila sudah sedikit jauh dari dua pusat keramaian tersebut agak susah.Â
Saat hari ketiga lebaran kemarin, saya terpaksa jalan kaki dari rumah nenek mertua ke pasar karena sepanjang jalan tidak menemukan ojek ataupun becak. Ada becak dari arah pasar ke Kampung Jawa, tetapi itupun berpenumpang.
Bisa Sambil Melihat-lihat
Bagi saya yang bukan penduduk lokal, berjalan kaki bisa sekalian dimanfaatkan untuk melihat-lihat dan menikmati suasana. Apalagi ada banyak ornamen seru khas Ramadan dan Idulfitri di sepanjang jalan. Sesekali saya juga mengambil gambar. Lumayan untuk "melupakan" pegal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H