Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Pawai Astaka hingga Takbir Pentas, Kemeriahan Sambut Idulfitri di Belakangpadang

31 Mei 2019   11:42 Diperbarui: 31 Mei 2019   19:44 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap tahun, Ramadan dan Idulfitri selalu dirayakan dengan semarak di Pulau Belakangpadang, Batam, Kepulauan Riau. Selama bulan suci, pulau yang sepelemparan batu dari Singapura tersebut selalu terlihat lebih gemerlap. Hal tersebut dikarenakan, setiap tahun ada lomba lampu hias antar kelurahan.

Lampu hias. | Dokumentasi Pribadi
Lampu hias. | Dokumentasi Pribadi

Lampu tersebut berkerlap-kerlip aneka warna, mulai dari merah, orange, hingga ungu. Ada yang dililitkan di gapura yang dibuat aneka bentuk, ada juga yang dibentangkan sepanjang jalan. Beberapa ada yang dipasang persis di depan rumah warga. Sehingga, rumah terlihat berpendar-pendar.

Lampu hias  diadakan untuk melestarikan tradisi Melayu. Setiap kali Ramadan tiba, orang-orang Melayu biasanya menghias lingkungan sekitar dengan lampu agar terlihat lebih semarak. Namun biasanya mereka menggunakan lampu colok. Lampu yang dinyalakan dengan minyak tanah dan api.

Lampu Hias. | Dokumentasi Pribadi
Lampu Hias. | Dokumentasi Pribadi

Hanya saja untuk kepraktisan dan agar lampu bisa menyala lebih lama, masyarakat Belakangpadang banyak yang lebih memilih menggunakan lampu hias. Lampu tersebut menggunakan bohlam kecil yang dinyalakan dengan  energi listrik. Menjelang magrib, kerlip-kerlip lampu sudah terlihat di sepanjang jalan.

Semakin Meriah dengan Pawai Astaka

Selain lomba lampu hias yang diadakan sepanjang Ramadan, malam menjelang Idulfitri juga ada pawai Astaka yang diikuti oleh setiap masjid dan musholla yang ada di Belakangpadang. Pawai yang menyusuri jalan mulai dari Lapangan Indera Sakti , pasar, Masjid Raya Belakangpadang, hingga kembali ke Lapangan Indera Sakti tersebut juga dilombakan.

Lomba Astaka. | Dokumentasi Pribadi
Lomba Astaka. | Dokumentasi Pribadi

Alhasil replika yang ditampilkan pada lomba astaka juga sangat menarik. Tak hanya itu, peserta juga menambahkan pernak-pernik lain, mulai dari lampu yang berkerlap-kerlip, beduk yang ditabuh bertalu-talu sepanjang pawai, huruf hijaiyah, hingga replika aneka masjid dan mushalla.

Replika masjid. | Dokumentasi Pribadi
Replika masjid. | Dokumentasi Pribadi

Tak hanya orang dewasa yang terlibat pada pawai tersebut. Anak-anak juga ikut memeriahkan. Uniknya, karena Belakangpadang merupakan pulau kecil yang jalan utamanya hanya dilintasi sepeda motor dan becak, pawai tersebut juga hanya mengandalkan becak dan sepeda motor. Beberapa malah ada yang ditenteng begitu saja.

Pawai. | Dokumentasi Pribadi
Pawai. | Dokumentasi Pribadi

Namun justru karena pawai berlangsung secara perlahan, membuat suasana lebih meriah. Pengunjung dan masyarakat Belakangpadang yang sedang asyik ngopi atau berwisata kuliner di sepanjang pelabuhan, langsung brkerumum melihat para peserta pawai yang tampil dengan maksimal.

Semarak dengan Lomba Takbir Pentas

Selain pawai astaka, pengunjung dan masyarakat Belakangpadang umumnya langsung melanjutkan kemeriahan malam takbiran dengan menonton lomba takbir pentas yang start dan finish di lapangan yang sama dengan pawai astaka. Usai peserta berkeliling, pengunjung juga ikut peserta menuju Lapangan Indera Sakti. Biasanya mereka duduk di tribun yang ada disekitar lapangan. Tribun mini yang dibuat dari bahan semen.

Dimeriahkan anak-anak. | Dokumentasi Pribadi
Dimeriahkan anak-anak. | Dokumentasi Pribadi

Beberapa ada yang memilih duduk langsung di atas sepeda motor yang mereka bawa. Biasanya yang duduk di atas sepeda motor adalah pengunjung yang tidak menonton hingga akhir. Jadi agar praktis, dan kapan saja bisa pulang, memilih menonton sambil duduk diatas sepeda motor.

Dimeriahkan dengan beduk yang bertalu. | Dokumentasi Pribadi
Dimeriahkan dengan beduk yang bertalu. | Dokumentasi Pribadi

Peserta yang lumayan banyak, mengharuskan lomba berakhir hingga tengah malam. Bagi saya yang memiliki anak kecil, biasanya hanya menonton tidak lebih dari pukul 22.00 WIB. Kasihan si kecil yang harus menahan kantuk, terlebih esok harinya harus menjalankan shalat Idulfitri di lapangan yang sama.

Banyak warga Belakangpadang saat malam takbiran justru makan di luar bersama keluarga dan kerabat. | Dokumentasi Pribadi
Banyak warga Belakangpadang saat malam takbiran justru makan di luar bersama keluarga dan kerabat. | Dokumentasi Pribadi

FYI, tradisi shalat Idulfitri di Belakangpadang itu lumayan unik. Saat shalat Idulfitri seluruh masjid di pulau tersebut kosong melompong. Hal tersebut dikarenakan, kegiatan shalat Idulfitri dipusatkan di Lapangan Indera Sakti yang letaknya hanya beberapa meter dari Pelabuhan.

Penonton di Lapangan Indera Sakti. | Dokumentasi Pribadi
Penonton di Lapangan Indera Sakti. | Dokumentasi Pribadi

Saya pribadi sebenarnya ingin menonton hingga akhir acara. Lomba takbir pentas sangat menarik. Peserta umumnya didominasi anak-anak dan remaja. Setiap peserta lomba menurunkan lebih dari 50 personel sambil membawa alat musik. Hanya saja memang perlu rem dari diri sendiri, menyesuaiakan dengan kondisi.

Kalau tradisi menjelang Idulfitri di daerah teman-teman seperti apa? Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun