Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan, Lebih Nikmat di Tengah Keberagaman

30 Mei 2019   21:52 Diperbarui: 30 Mei 2019   22:36 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja dan masjid yang dibangun berdampingan di Batuaji, Batam, Kepulauan Riau. | Dokumentasi Pribadi

Silakan diambil, Bu?

Dua orang perempuan berwajah oriental menyodorkan dua kotak makanan saat kendaraan yang saya kemudikan berhenti di lampu merah perempatan Sei Panas, Batam, Kepulauan Riau, beberapa hari lalu. Dengan sedikit bingung saya menerima kotak makanan tersebut seraya bertanya, "Ini apa ya?"

"Takjil, Bu, untuk berbuka puasa," jawab salah satu dari mereka.

Jujur saya merasa takjub. Mendapat pembagian takjil gratis di jalan raya menjelang berbuka puasa bukan kali pertama. Sudah beberapa kali saya mendapat rezeki dari para relawan yang bersedia menyisihkan rezeki mereka untuk masyarakat yang kesorean di jalan. Namun biasanya tampilan mereka sangat Islami.

Saya sebenarnya ingin bertanya lebih lanjut. Sayang lampu keburu berubah warna menjadi hijau. Mau tidak mau saya harus melajukan kendaraan. Selintas saya melihat, selain dua perempuan itu ada beberapa orang lagi yang berwajah oriental menghampiri satu persatu kendaraan untuk memberikan takjil.

Saat sampai rumah dan mengobrol dengan suami, suami bilang setiap Ramadan memang ada banyak warga non muslim di Kota Batam yang berbaik hati membagikan takjil gratis di jalan. Ia pun sempat beberapa kali mendapatkan penganan untuk berbuka puasa gratis tersebut dari warga non muslim.

Selain sukarela membagikan takjil gratis, non muslim di Batam juga ternyata tak sedikit yang ikut serta meramaikan bazar Ramadan dengan menjual aneka makanan untuk berbuka puasa. Saya menemukan beberapa keturunan Tionghoa yang menjual aneka makanan untuk berbuka puasa di Bazar Ramadan di depan Khazanah Plaza, Sukajadi, Batam.

Tahun-tahun sebelumnya kerap menemukan penjual takjil non muslim di sekitaran pasar Mitra Raya, Batam. Mereka tak hanya menjual kolak, atau olahan lauk-pauk untuk berbuka puasa, tetapi juga menjual makanan-makanan ringan tradisional. Umumnya makanan-makanan manis.

Toleransi Dijunjung Tinggi

Batam merupakan salah satu kota di Indonesia yang sangat menjunjung tinggi toleransi. Hal tersebut dikarenakan, hampir semua suku di Indonesia ada yang tinggal di pulau yang berbentuk kalajengking ini.

Para pendatang tersebut terdiri dari berbagai agama. Tak hanya Islam, namun juga agama-agama lain yang ada di Indonesia. Itu makanya tak heran bila berkunjung ke Batam, akan ditemukan deretan rumah ibadah yang berdekatan. Gereja bisa bersebelahan dengan masjid, atau hanya berjarak beberapa ratus meter. Demikian juga dengan vihara, jaraknya bisa sangat dekat dengan masjid dan gereja.

Rumah-rumah ibadah tersebut tak hanya terpusat di satu tempat, namun juga sudah menyusup ke pemukiman-pemukiman penduduk. Terlebih di Batam tidak ada sentralisasi pemukiman penduduk untuk suku dan agama tertentu. Semua berbaur, sehingga rumah ibadah pun tersebar di setiap pemukiman.

Sekitar daerah tempat saya tinggal, ada banyak masjid dan gereja yang berdiri berdampingan kurang dari 300 meter, baik yang didalam pemukiman penduduk, maupun yang ada di sepanjang jalan utama. Begitupula dengan klenteng, meski memang tidak sebanyak masjid dan gereja. Namun masyarakat yang tinggal, tidak sekalipun bergesekan. Masing-masing saling menghormati ibadah dari agama masing-masing.

Terlebih, meski berbeda agama kami tinggal di satu kawasan. Alih-alih mengedepankan ego dari masing-masing agama, kami lebih memilih saling menghormati. Terlebih mereka adalah tetangga, yang sudah seharusnya kita perlakukan dengan baik, apapun latar belakang budaya dan agama mereka.

Agama tidak pernah menjadi isu utama yang menjadikan friksi antar penduduk. Sama-sama berstatus pendatang, mayoritas penduduk Kota Batam justru bahu-membahu menjadikan kota yang didiami menjadi kota yang aman dan nyaman untuk ditinggali. Kami lebih mengedepankan rasa saling hormat menghormati.

Lokasi Batam yang berbatasn langsung dengan Singapura dan Malaysia juga menjadikan penduduk Batam sangat toleran. Banyak para wisatawan mancanegara yang menghabiskan waktu di Batam hampir setiap akhir pekan, membuat para penduduk lebih bisa menerima perbedaan.

Terlebih kehadiran para pelancong asing tersebut juga membuka kesempatan kerja baru, khususnya di bidang pariwisata yang menjadi salah satu unggulan Kota Batam. Sehingga, alih-alih memperuncing perbedaan dan memusuhi suku dan bangsa yang berbeda, lebih baik justru dimanfaatkan untuk kemaslahatan seluruh warga.

Lebih Semarak dengan Perayaan Dua Hari Besar Agama Lain

Ramadan tahun ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini sedikit spesial karena umat dari agama lain juga merayakan hari besar di bulan suci umat muslim ini. Hari ini umat Kristiani merayakan Kenaikan Yesus Kristus. Sementara umat Buddha merayakan Hari Raya Waisak 2563 pada 19 Mei lalu.

Meski umat muslim sedang khusu menjalankan ibadah puasa, umat Kristiani dan umat Buddha tetap leluasa menjalankan hari besar mereka. Perayaan Waisak di Vihara Duta Maitreya beberapa waktu lalu, tetap semarak. Ribuan umat Buddha tetap memadati vihara terbesar di Kota Batam --beberapa sumber bahkan menyatakan terbesar di Asia Tenggara tersebut, untuk beribadah dan menjalankan ritual.

Begitupula dengan umat Kristiani, tetap leluasa menjalankan ibadah untuk merayakan Kenaikan Yesus Kristus. Setiap umat saling menghormati. Tak jarang malah saling bantu agar masing-masing dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agama mereka dengan lebih nyaman.

Ah, menikmati keberagaman memang lebih semarak. Lebih indah. Perbedaan bukan untuk diperuncing, tetapi untuk membuat hidup kita lebih "berwarna". Salam Toleransi. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun