Sampah plastik kerap menjadi momok. Pasalnya, sampah jenis ini menimbulkan dampak negatif yang lebih banyak. Masih ingat kan akhir April 2019 lalu, saat DKI Jakarta banjir? Menurut sang gubernur yang dikutip beberapa media, salah satunya akibat (kiriman) sampah (plastik) yang beratnya mencapai 170 ton.
Selain mengakibatkan banjir, sampah plastik juga dapat menyebabkan kanker. Sampah plastik yang dibuang ke laut, tidak bisa terurai sepenuhnya. Bila tidak diambil, diolah, atau dibuang ke tempat lain, sampah plastik akan bertahan di lautan hingga bertahun-tahun. Sampah plastik tersebut tidak akan musnah, hanya akan berubah menjadi butiran yang lebih kecil.
Itu pun dalam waktu yang sangat lama, gelas plastik yang biasa kita gunakan untuk wadah jus atau kopi/teh, baru akan hancur sekitar 50 tahun, botol bekas air minum kemasan bahkan baru bisa hancur setelah 450 tahun. Sementara kantong plastik yang biasa kita gunakan untuk membawa belanjaan, baru bisa hancur sekitar 10 hingga 20 tahun kemudian.
Saat sampah plastik terurai menjadi butiran-butiran kecil, jangan senang dulu. Mikroplastik itu justru sangat berbahaya. Bila mikroplastik dikonsumsi oleh ikan karena disangka fitoplankton, kemudian ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia, akan rentan menyebabkan penyakit yang paling ditakuti, yakni kanker.
Sedihnya, berdasarkan studi yang dilakukan Ocean Conservancy dan McKinsey Center for Business and Environment, setiap tahun ada 8 juta ton plastik yang dibuang ke laut. Bila tidak ada pengurangan pemakaian plastik, pada tahun 2025, diperkirakan akan ada 155 juta ton plastik yang beredar di lautan.
Mirisnya, Indonesia termasuk satu dari lima negara yang menyumbang 60 persen dari sampah plastik itu, selain Tiongkok, Filipina, Thailand dan Vietnam. Oleh karena itu, sebelum kita "dililit" sampah plastik yang sangat sulit terurai, ayo kita mulai mengurangi penggunaan sampah plastik.
Ramadan yang penuh berkah ini, dapat kita jadikan momen untuk mengurangi penggunaan produk plastik sekali pakai. Bila sanggup menahan haus, lapar, dan amarah, pasti tidak sulit menahan diri agar tidak keenakan menggunakan produk plastik sekali pakai.
Berbelanja Sedikit-sedikit
Ramadan ini, coba deh menahan diri untuk tidak kalap berbelanja. Barang yang kita butuhkan, beli sedikit-sedikit di supermarket dekat rumah, sesuai dengan kebutuhan yang mendesak pada saat itu. Jangan berbelanja keperluan rumah tangga secara sekaligus untuk satu bulan.
Selain itu, bila hanya berbelanja dua atau tiga barang yang masih bisa ditenteng, lebih baik dibawa langsung tanpa dimasukan ke dalam kantong. Namun terkadang, para penjual di negeri kita ini terlalu sopan. Mereka tidak enak bila pembeli menenteng belanjaannya begitu saja.
Mereka biasanya berkali-kali membujuk agar kita menggunakan kantong plastik sekali pakai. Alasannya kurang elok dilihat menenteng begitu saja barang belanjaan. Perlu keteguhan hati untuk menolak. Saya pernah beberapa kali mengalami situasi seperti itu, biasanya bila berbelanja di minimarket dekat rumah yang non jaringan.
Sayur dan Buah Langsung Dimasukan ke Tas Belanja
Saat Ramadan, salah satu produk yang banyak dibeli adalah sayur dan buah. Dua jenis bahan makanan ini lebih banyak dibeli masyarakat kala bulan suci tiba. Buah dan sayur memang cukup ampuh mengatrol stamina tubuh. Tubuh rasanya lebih segar bila mengkonsumsi dua jenis makanan ini dengan cukup, tentu tanpa mengabaikan untuk mengkonsumsi bahan makanan lain yang bernutrisi.
Terkadang, karena harga kantong plastik sekali pakai yang sangat terjangkau, pedagang sangat royal memberi kantong plastik kepada si pembeli. Setiap satu kilo buah yang dibeli, terkadang diberi satu kantong plastik, padahal jenisnya sama, yang beli juga orangnya sama. Kalau dibilang plastiknya kebanyakan, dijawab tidak apa-apa, memang sudah disiapkan kok kantong plastiknya.
Namun tips ini mungkin hanya berlaku di pasar tradisional ya. Bila kita berbelanja di supermarket, umumnya buah harus dimasukan terlebih dahulu ke kantong plastik bening sebelum ditimbang. Nah, kalau sayuran, sudah banyak yang diikat begitu saja tanpa harus menggunakan kantong plastik sekali pakai saat ditimbang.
Membawa Wadah Makan Sendiri
Ramadan itu identik dengan street food. Banyak penjual makanan dan minuman dadakan untuk berbuka puasa. Beberapa kawasan berubah menjadi pusat kuliner. Para penjual musiman tersebut tak hanya menjual kudapan, tetapi juga aneka lauk yang menggugah selera siapapun yang melihat.
Tak heran bila Ramadan itu tak hanya boros uang belanja, tetapi juga boros produk plastik sekali pakai. Apalagi biasanya setelah makanan dan minuman itu dikemas dalam plastik sekali pakai, nanti dimasukan ke dalam kantong plastik. Khawatir kantong plastik tiba-tiba robek saat di jalan, penjual terkadang menggunakan dua kantong kresek sekaligus. Niat penjual tersebut sangat baik, tetapi sayangnya tidak baik untuk lingkungan.
Nah, agar Ramadan ini kita tidak ikut berpartisipasi menggandakan sampah plastik, untuk membeli makanan dan minuman untuk berbuka puasa, sebaiknya membawa sendiri tempat makan dan tempat minum dari rumah. Terlebih sekarang banyak produk yang menyediakan wadah makan aneka ukuran dalam jumlah banyak untuk satu setnya.
Selain membantu mengurangi sampah plastik, membawa wadah makanan sendiri sebenarnya lebih praktis. Saat sampai rumah tak perlu lagi, memindahkan lauk yang dibeli dari kantung plastik sekali pakai ke wadah yang kita miliki. Terlebih bila kita berbelanja sudah mepet ke waktu berbuka.
Selain itu, bila dimasukan ke wadah makan yang kita bawa dari rumah, tampilan lauk atau makanan yang kita beli tetap menarik. Bila dimasukan ke kantong plastik bening atau styrofoam tampilannya jadi berubah. Tak lagi menarik karena berantakan. Belum lagi bila berkuah, jadi berceceran.
Kalau teman-teman Kompasianer, apa yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai pada Ramadan tahun ini? Salam Kompasiana! (*)
Sumber 1 | Sumber 2 |Â Sumber 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H