Tipuan melalui SMS seperti itu sekarang sepertinya sudah tak lagi mempan. Masyarakat sudah banyak yang pintar. Namun penipuan dengan mengatasnamakan instansi tertentu, terlebih bila disertai dengan data-data pribadi yang valid dan akurat, terkadang memakan korban.
Itu makanya kita jangan mudah percaya. Lakukan cek dan ricek. Tanya langsung kepada instansi yang bersangkutan. Bila instansi tersebut betul akan memberikan reward --seperti kasus mertua saya, pasti juga tidak akan mendadak seperti itu. Kalaupun ada biaya administrasi, tidak harus saat itu juga mentransfer uang. Mereka pasti mengabari jauh-jauh hari. Bahkan mungkin diberi tahu tidak hanya melalui telepon atau SMS, tetapi melalui surat resmi, atau setidaknya e-mail.
Melakukan Skimming
Saya termasuk tipikal orang yang berhati-hati, terutama yang menyangkut uang. Namun nyatanya pada pertengahan 2016 lalu, saya kena juga menjadi korban skimming. Uang saya yang disimpan di suatu bank nasional, ludes, hanya menyisakan dana minimal bank, yang memang tidak bisa ditarik, sebesar Rp100.000. Beruntung setelah melapor kepada pihak bank, uang saya bisa kembali utuh.
Saat tabungan saya dikuras habis, saya tidak menyadari sama sekali. Saya baru tahu saat si petugas bank menelepon sekitar pukul 20.00 WIB, menanyakan apakah Jumat sore tadi saya menarik uang di Italia, Eropa? Jelas saya jawab tidak. Saya sedang duduk santai di rumah, di Batam, Kepulauan Riau, sementara kartu ATM dan buku tabungan tersimpan rapi di laci kamar.
Setelah berkomunikasi dengan pihak bank, petugas mengatakan kemungkinan kartu ATM saya digandakan usai menarik uang di salah satu pusat perkantoran di Batam. Sebelum saya, katanya ada dua orang yang mengalami hal yang sama. Dua orang tersebut juga melakukan transaksi di mesin ATM yang sama.
Saat belum tahu uang saya akan diganti pihak bank, saya sempat lemas. Emosi juga. Saya bahkan sempat menuliskan artikelnya di Kompasiana. Beruntung uang tersebut ternyata masih rezeki saya. Sehingga, bisa tetap digunakan untuk keperluan yang memang sudah saya rencanakan jauh-jauh hari.
Agar kejadian tersebut tidak terulang, sekarang saya lebih berhati-hati. Tidak lagi terlalu sering bolak-balik mengambil uang di mesin ATM. Dulu saya sering kali mengambil uang secukupnya hanya untuk keperluan makan siang. Saking seringnya, saya bisa setiap hari mengambil uang di mesin ATM, tanpa peduli kondisi mesin ATM tersebut.
Ternyata semakin sering mengambil uang di mesin ATM, semakin meningkatkan risiko terkena kejahatan finansial perbankan. Terlebih bila kita teledor, tidak berhati-hati. Asal mengambil uang, tidak peduli kondisi mesin ATM tersebut seperti apa, lingkungan di sekitar bagaimana.
Mesin ATM yang berada di lingkungan yang sepi memiliki potensi tidak aman yang lebih besar. Selain takut setelah mengambil uang tiba-tiba ada yang menyergap, khawatir juga mesin ATM tersebut sudah dipasangi alat untuk skimming. Bila tidak ada petugas keamanan dari bank atau dari venue, jarang didatangi orang, bukan tidak mungkin menjadi target utama penjahat karena lebih leluasa dipasangi alat kan?
Oleh karena itu, sekarang saya lebih memilih mengambil uang di mesin ATM dekat rumah yang ada petugas keamanan. Selain itu, setiap kali memencet nomor PIN, tombol nomor di mesin ATM selalu saya tutupi. Tak hanya itu, saya juga mengganti kartu ATM saya yang tanpa chip, dengan yang disisipi chip agar tidak mudah digandakan.