Ramadan yang penuh berkah, tak lantas membuat pelaku kejahatan finansial perbankan jengah. Intensitas kejahatan di bulan paling istimewa bagi umat muslim ini, justru berpotensi semakin berlipat dibanding bulan lain. Kebutuhan sandang dan papan yang meningkat di kala Ramadan dan menjelang Hari Raya Idulfitri, membuat nasabah lebih sering melakukan transaksi perbankan.
Nasabah lebih sering bolak-balik ke mesin ATM, buka-tutup aplikasi e-banking, hingga berkali-kali gesek kartu debit /kartu kredit di mesin EDC. Apalagi sejak pertengahan Ramadan, umat muslim biasanya mendapatkan tunjangan hari raya, yang besarannya mencapai satu kali gaji.
Sementara itu, si penjahat juga semakin kreatif mencari kelengahan nasabah. Kini kejahatan tak melulu dilakukan secara langsung, seperti merampok usai nasabah mengambil uang dari ATM/bank, atau mencopet saat nasabah lengah, tetapi juga dilakukan dengan cara yang lebih canggih.
Mengiming-imingi Uang Tunai dengan Jumlah Besar
Ramadan tahun lalu mertua saya nyaris tertipu. Jumat sore menjelang magrib, tiba-tiba beliau ditelepon oleh seorang bapak-bapak. Orang tersebut mengaku dari bagian kepegawaian suatu instansi dimana mertua saya pernah bekerja. Penipu itu bilang mertua saya akan mendapat uang tambahan pensiun. Tambahan uang kadeudeuh sebesar Rp30 juta.
Saat pensiun, mertua saya memang mendapat uang kadeudeuh. Itu makanya mertua saya sempat percaya. Terlebih orang tersebut tahu data-data pribadi dari mertua saya, mulai dari nama lengkap, tanggal lahir, nomor pegawai, masa kerja, hingga nomor rekening bank tempat mertua saya biasa menerima uang pensiun.
Saat orang tersebut meminta sejumlah dana untuk biaya pengurusan uang kadeudeuh tersebut, mertua saya tetap percaya. Mertua bahkan sempat meminta tolong adik ipar untuk mentransfer dana sesuai dengan jumlah yang diminta. Beruntung saat itu adik ipar sedang tidak bisa melakukan transaksi perbankan. Hingga akhirnya, mertua menyadari kalau itu adalah penipuan.
Mertua menyadari kalau itu penipuan karena orang tersebut terus menelepon mertua untuk segera mentransfer dana yang diminta. Orang tersebut bahkan menelepon mertua hingga malam hari. Saat mertua bilang beliau tidak bisa mentransfer sendiri karena tidak memiliki ATM, orang tersebut meminta agar mertua meminta tolong pada orang lain, selain adik ipar.Â
Orang itu mengancam bila tidak ditransfer, tambahan uang kadeudeuh itu akan hangus. Belakangan, setelah mertua mengobrol dengan (mantan) rekan sejawat, ternyata tak pernah ada tambahan uang seperti itu.
Penipu memang kerap mengiming-imingi uang dengan jumlah yang menggiurkan untuk mendapatkan keuntungan dari kita. Mereka juga kerap mengancam, bila tidak mentransfer dana hingga waktu tertentu, uang yang seharusnya akan kita dapatkan akan hangus. Dulu pada pertengahan tahun 2000-an saya kerap mendapatkan iming-iming uang seperti itu. Biasanya mereka menelepon secara langsung dengan gaya resmi seolah dari suatu instansi.
Belakangan, mereka tak lagi menelepon, namun mengirim pesan singkat melalui SMS. Mereka terkadang mengaku dari provider, terkadang dari bank, atau instansi lain. Mereka menginformasikan kita mendapatkan uang tunai karena beruntung menjadi salah satu pemenang undian.