Waduk di Batam juga dijaga semaksimal mungkin agar tidak terpapar limbah --termasuk limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga tidak ada yang dialirkan secara langsung ke dam seperti halnya kerap terjadi di sungai-sungai di Pulau Jawa. Terlebih limbah-limbah dari perusahaan.
Kualitas air baku dan ketinggian air baku juga selalu dipantau secara berkala. Sehingga, terus terkontrol. Maklum, bila kebablasan terlalu tercemar atau malah terlalu surut akan repot. Masyarakat maupun industri di Pulau Batam bisa-bisa tidak bisa beraktivitas karena tidak ada air.
Selain itu juga menjaga daerah resapan air. Setiap tahun, perusahaan pengelola air bersih yang mendapat konsesi dari BP Batam/Otorita Batam untuk mengelola air bersih di Batam melakukan penanaman pohon dengan menggandeng berbagai instansi yang ada di Kota Batam.
"Kehilangan" Satu Waduk
Meski BP Batam/Otorita Batam cukup ketat mengawasi waduk-waduk yang mereka bangun, tetapi tetap saja (pernah) kecolongan. Sejak 2012, ada satu waduk --Waduk Baloi-- yang tidak lagi difungsikan. Padahal Waduk Baloi merupakan waduk pertama yang di bangin Otorita Batam.
Waduk Baloi memang berada di pusat kota. Bila awalnya rumah liar yang dibangun disana umumnya hanya berupa bangunan untuk tempat tinggal, kini sudah semakin semarak dengan berbagai tempat usaha, mulai dari rumah makan hingga pengepulan. Bila dulu bangunannya tidak permanen, kini dibuat secara permanen. Semakin marak sejak waduk tersebut tidak lagi difungsikan.
Pemerintah memang harus tegas. Sejak awal bila tidak boleh dibangun untuk rumah-rumah liar, harus tidak boleh. Jangan "tutup mata". Jangan dibiarkan dan akhirnya semakin menyebar hingga sulit untuk ditertibkan. Alhasil Waduk Baloi sekarang lebih mirip seperti septic tank raksasa.
Rugi, Membiarkan Air Baku Tercemar
Air baku merupakan sumber air bersih yang nantinya akan kita gunakan untuk beraktivitas, mulai dari mencuci, mandi, hingga untuk memasak. Bila kita membiarkan air baku tercemar, sama saja kita mencemari sesuatu yang akan kita konsumsi. Sama seperti mencemari air yang akan kita minum.
Namun itu sih masih mending, mahal kalau barangnya masih ada, masih oke. Bagaimana kalau air baku semakin menyusut hingga tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat? Tidak ada air bersih ngeri lho, karena air bersih itu tidak tersubstitusi. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H