TK yang bagus di mana sih?
Kalau SD mana tuh sekolah yang bagus?
Meski tahun ajaran baru, baru akan dimulai pertengahan tahun, beberapa teman sudah ada yang menanyakan pertanyaan tersebut, baik melalui WhatsApp maupun media sosial. Maklum, untuk beberapa sekolah swasta pendaftaran sudah dimulai sejak awal tahun, beberapa sekolah bahkan mungkin sejak akhir tahun lalu.
Memilih sekolah anak memang gampang-gampang susah. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan orangtua, mulai dari lingkungan sekolah, kualitas tenaga pengajar, hingga muatan pelajaran, apakah memilih sekolah negeri, sekolah nasional plus, atau sekolah yang berbasis agama. Namun di antara semua pertimbangan, menurut saya ini dua hal yang harus dipertimbangkan secara matang sebelum memutuskan pilihan untuk sekolah si buah hati.
Pikirkan Waktu Tempuh Rumah-Sekolah-Rumah
Setiap orangtua pasti ingin memilihkan sekolah terbaik (versi mereka) untuk si buah hati. Namun, waktu tempuh dari rumah ke sekolah --menurut saya-- harus menjadi pertimbangan utama. Apakah memerlukan waktu yang lumayan lama.Â
Terkadang jarak dari rumah ke sekolah tidak begitu jauh, tetapi memerlukan waktu yang lumayan panjang, misalnya karena harus mengambil jalan yang memutar, melewati beberapa lampu merah yang durasinya lumayan lama, atau karena melewati jalan besar yang lumayan macet.
Bagi anak sekolah yang sudah beranjak remaja mungkin tidak terlalu masalah. Anak bisa berangkat lebih pagi. Anak sudah mulai dapat mengatur waktu. Namun, bagi anak yang baru masuk TK atau SD, lumayan membuat "sakit kepala". Orangtua sudah mempersiapkan waktu berangkat yang cukup, tiba-tiba setelah anak sudah rapi dengan seragam dan siap berangkat, anak tiba-tiba bilang, "Ibu, mau (maaf) ee."
Belum lagi anak juga terkadang susah dibangunkan, sarapan memerlukan waktu yang lumayan lama --saya membiasakan anak sarapan, sebelum berangkat sekolah--- apalagi bila lauknya bukan selera si anak. Alhasil sudah bangun subuh, tetap saja mepet datang ke sekolah. Beberapa kali bahkan datang terlambat.
Bila anak masih TK mungkin tidak terlalu masalah --meski itu bukan kebiasaan yang baik, tetapi bila sudah SD akan menjadi masalah yang lumayan serius. Apalagi bila sekolah menerapkan disiplin yang ketat. Tidak mau kan kegiatan belajar anak terganggu hanya karena anak sering terlambat datang ke sekolah?
Bila memilih sekolah yang lumayan jauh dari rumah, pikirkan juga anak diantar dengan menggunakan kendaraan apa. Jangan sampai sekolah anak jauh, namun hanya mengandalkan sepeda motor untuk mengantar dan menjemput.Â
Tidak bermaksud apa-apa, saya juga mengatarkan anak dengan menggunakan sepeda motor. Namun, cuaca terkadang sulit ditebak. Pagi-pagi terkadang hujan deras. Jalanan terkadang tergenang, bahkan banjir. Jangan sampai anak jadi bolos sekolah hanya karena terjebak hujan. Kalau sekali dua kali mungkin tidak apa-apa, bila berkali-kali, kasihan juga kan si anak. Nanti tertinggal pelajaran.
Pertimbangkan Besaran Uang SPP Anak
Siapa sih orangtua yang tidak ingin anaknya sekolah di sekolah terbaik? Meski demikian kita harus jernih berpikir saat memutuskan sekolah untuk anak. Jangan terlalu memaksakan diri bila sekolah yang kita anggap baik biaya SPP yang harus dibayarkan setiap bulan terlalu jauh dari kemampuan finansial kita. Terlebih bila kita tidak ikut tabungan atau asuransi pendidikan.
Untuk uang masuk kita mungkin bisa menabung jauh-jauh hari karena dibayarkan satu kali di muka, tetapi untuk SPP kita harus mempersiapkan setiap bulan. Bila besaran SPP jauh diatas kemampuan finansial, khawatirnya akan memberatkan. Apalagi kita juga harus mempersiapkan biaya-biaya lain untuk keperluan sekolah anak. Kecil sih mungkin, tapi kan lumayan bila dikalkulasi secara keseluruhan.
Jangan sampai anak malah putus sekolah hanya karena kita terlalu berambisi menyekolahkan anak di sekolah swasta terbaik (versi kita) yang menetapkan biaya lumayan tinggi dari kemampuan "kantong". Kalau masih TK mungkin tidak apa-apa putus sekolah, toh tidak wajib, nah kalau sudah SD? Bisa sih pindah sekolah, tetapi kan ada uang pangkal juga biasanya yang harus dibayarkan di sekolah baru, terutama yang swasta. Nah, biaya lagi kan.
Bila sekolah terbaik versi kita terlalu jauh atau dirasa terlalu mahal, coba pilih sekolah lain yang masih mudah dijangkau --baik dari sisi jarak maupun kantong, bila dirasa masih ada muatan pelajaran yang dirasa kurang karena bukan menjadi perhatian utama sekolah tersebut, bisa kita ajari sendiri di rumah. Toh, menyekolahkan anak di sekolah terbaik pun hasilnya tidak akan maksimal bila tidak ada dukungan dari orangtua.Â
Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H