Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mendadak Narsis di Pasar Mangrove Kampung Terih Batam

27 Oktober 2018   13:13 Diperbarui: 28 Oktober 2018   11:56 1238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan Pasar Mangrove Kampung Terih Batam. | Dokumentasi Pribadi
Pemandangan Pasar Mangrove Kampung Terih Batam. | Dokumentasi Pribadi
Biasanya ada banyak makanan khas Melayu yang ditawarkan oleh penduduk sekitar dengan harga yang sangat terjangkau. Pengunjung hanya perlu berkeliling, untuk memilih dan mencicip aneka makanan-makan lezat khas daerah pesisir. Perut dijamin kenyang, tanpa harus menguras kantong.

Pemandangan Pasar Mangrove Kampung Terih Batam. | Dokumentasi Pribadi
Pemandangan Pasar Mangrove Kampung Terih Batam. | Dokumentasi Pribadi
Entah karena berada di ujung Batam, atau karena daerah wisata yang dikelola langsung oleh masyarakat --bukan korporasi, harga tiket masuk yang ditetapkan pengelola juga sangat terjangkau. Setiap orang dewasa hanya dikenakan tiket masuk Rp 5.000, biaya parkir kendaraan roda empat Rp 2.000, sementara anak-anak tidak dikenakan biaya apapun, alias gratis.

Pakai alas kaki yang nyaman. | Dokumentasi Pribadi
Pakai alas kaki yang nyaman. | Dokumentasi Pribadi
Harga tiket tersebut bahkan lebih terjangkau dibandingkan kita berkunjung ke pantai-pantai di sekitaran Nongsa yang juga dikelola oleh masyarakat sekitar. Untuk biaya parkir kendaraan roda empat di tepi pantai saja, biasanya pengunjung dikenakan biaya Rp10.000 per kendaraan. Padahal yang dinikmati hanya air laut dan pasir, tidak ada perkakas-perkakas lain yang instagramable.

Bawa bekal, terus ngariung begini dengan keluarga. | Dokumentasi Pribadi
Bawa bekal, terus ngariung begini dengan keluarga. | Dokumentasi Pribadi
Namun ada beberapa hiasan yang memang terlihat sudah usang dan tidak terawat di Pasar Mangrove Kampung Terih. Tidak sekinclong saat pertama kali ditetapkan sebagai kampung wisata. Sebaiknya perkakas-perkakas itu diganti, atau malah dipindahkan ke luar areal wisata sekalian. Tujuannya tentu saja agar tidak mengganggu pemandangan yang terlihat sudah cukup cantik itu.

Saya dan si sulung yang mendadak hobi di foto. | Dokumentasi Pribadi
Saya dan si sulung yang mendadak hobi di foto. | Dokumentasi Pribadi
Ah, tetapi tak ada gading yang tak retak kan? Secara keseluruhan, tempat wisata itu sudah cukup baik. Saya dan keluarga cukup menikmati menghabiskan waktu di tempat tersebut. Apalagi akses ke Pasar Mangrove Kampung Terih tersebut cukup mudah dijangkau. Jalan mulus dan rata. Selain itu, rute dapat menyontek melalui GPS. Dijamin tidak akan nyasar ke gang-gang sempit. Hehe namanya juga wisata kekinian, bila tidak terdeteksi GPS, Terlalu.

Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun