Menjelajah bakau. | Dokumentasi Pribadi
Padahal setelah saya berkeliling kawasan wisata seluas 12 hektar itu,
spot-spot instagenic yang ditawarkan pengelola sebenarnya sudah lebih dari cukup. Apalagi ditambah dengan rimbunnya pohon bakau yang dapat dikelilingi pengunjung melalui pelantar yang lumayan kokoh, atau dengan menggunakan boat yang disediakan. Belum lagi rumah pohon yang bisa dinaiki anak-anak sambil melihat pemandangan sekitar.
Berjalan bergandengan tangan di pelantar. | Dokumentasi Pribadi
Namun pertunjukan berbau budaya khas daerah-daerah di Indonesia memang dapat membuat suasana di Pasar Mangrove Kampung Terih lebih semarak. Terlebih pengunjung tempat wisata yang menjadi salah satu andalan Kementrian Pariwisata di wilayah Kepulauan Riau ini juga tidak sedikit yang berasal dari mancanegara, khususnya dari negara tetangga --Singapura dan Malaysia.
Rumah pohon. | Dokumentasi Pribadi
Melihat Penyu hingga Menikmati Kalimat  "Nyeleneh" "Pesek Itu Maniz" hanya satu dari sekian kalimat nyeleneh yang dipasang pengelola di sebuah papan panjang yang bisa dijadikan background untuk ber-selfie ria di tempat wisata di kawasan Nongsa tersebut. Ada juga tulisan "Mantan Kembang Desa", "Masuk Pak Ekooo", hingga "Delete Mantan, Download Gebetan."
Masuk Paak Ekoo! | Dokumentasi Pribadi
Namun dari sekian banyak kalimat
nyeleneh yang dipasang di beragam papan kayu berwarna-warni itu, ada satu kalimat yang menurut saya paling edukatif, yakni "Cinta Boleh Mati, Hutan Jangan." Kalimat itu dipasang di areal hutan kecil di antara "rumah" untuk dua penyu yang berukuran lumayan besar dengan pelantar untuk menikmati wisata
mangrove.
Kalimat favorit nih.| Dokumentasi Pribadi
Bila dibandingkan dengan tempat wisata alam lain yang pernah saya kunjungi, pengelola Pasar Mangrove Kampung Terih memang cukup intens mengedukasi pengunjung agar lebih peduli lingkungan melalui papan-papan kecil bertuliskan kalimat-kalimat unik, termasuk mengajak pengunjung agar tidak membuang sampah sembarangan.
Ada papan himbauan. | Dokumentasi Pribadi
Mereka juga cukup rajin memberi nama setiap pohon yang ada di areal wisata tersebut, sehingga pengunjung bisa tahu pohon apa yang sedang mereka ajak untuk berswa foto. Namun sayang, pengelola hanya sebatas memberi nama pohon-pohon itu, tidak ada penjelasan terperinci.
Pohon diberi papan nama. | Dokumentasi Pribadi
Padahal bila ada penjelasan --walaupun hanya secara singkat, lumayan juga kan bisa menambah wawasan, atau menggugah rasa ingin tahu, terlebih banyak anak-anak juga yang berkunjung ke tempat wisata tersebut. Jadi, sambil berwisata, bisa sekaligus belajar mengenai botani.
Pengunjung berfoto dengan background tulisan
Bisa Mencicip Jajanan Khas MelayuSaya dan suami sebenarnya sangat tertarik mampir ke salah satu kedai di objek wisata tersebut. Kami ingin mencicip aneka makanan yang ditawarkan sekaligus mengisi perut yang mulai kriuk, kriuk. Suasana yang sedikit lembab dan berangin, membuat perut mudah lapar. Namun sayang rintik hujan menyurutkan niat kami.
Salah satu kedai makan.| Dokumentasi Pribadi
Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk mengisi perut di tempat lain, sekaligus makan siang. Apalagi setelah berkeliling saya melihat hanya ada dua kedai yang buka. Sisanya, lapak-lapak kosong tanpa penjaga. Menurut salah satu petugas, lapak-lapak tersebut memang hanya diisi pada waktu-waktu tertentu, umumnya saat hari libur nasional.
Lihat Trip Selengkapnya