Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tolak Angin, Membantu Saya Melewati Malam Paling "Horor"

14 Agustus 2018   14:41 Diperbarui: 14 Agustus 2018   16:06 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat bepergian menyisipkan TOlak Angin di dalam koper dan tas kecil. | Dokumentasi Pribadi

Melihat saya yang terus-menerus menangis, ditambah anak saya yang (maaf) tak henti memuntahkan seluruh isi perut, membuat nenek saya berinisiatif pergi ke rumah tetangga yang membuka warung. Beliau bilang, siapa tahu ada salah satu obat yang cocok untuk anak saya.

Pelajaran banget, jangan berenang dan beraktivitas sampai lupa waktu. | Dokumentasi Pribadi
Pelajaran banget, jangan berenang dan beraktivitas sampai lupa waktu. | Dokumentasi Pribadi
Setelah pergi selama beberapa menit, nenek saya kembali dengan membawa beberapa sachet Tolak Angin Anak. Beliau bilang, sudah mencoba untuk membeli obat penurun panas, namun tidak ada yang berbentuk sirup. Obat flu dan pilek untuk anak pun tidak ada, yang ada obat generik untuk orang dewasa yang berbentuk tablet.

Namun nenek saya bilang, ada tetangga yang memiliki kendaraan roda empat bersedia mengantar ke klinik bila diperlukan, bahkan tetangga tersebut bersedia mengantar ke rumah sakit yang jaraknya lebih jauh. Meski lumayan pelosok, ada satu-dua tetangga nenek saya yang memiliki kendaraan roda empat. Bahkan mobil-mobil yang mereka miliki tak kalah "mewah" dari orang kota.

Awalnya saya sempat "tergiur" untuk membawa anak saya ke rumah sakit. Namun saat melihat Tolak Angin Anak yang dibawa nenek, saya memilih menangguhkan keinginan tersebut. Saya bilang, akan mencoba mengobati anak saya dengan Tolak Angin terlebih dahulu.

Tolak Angin Anak si penyelamat. | Dokumentasi Pribadi
Tolak Angin Anak si penyelamat. | Dokumentasi Pribadi
Apalagi saya akhirnya "ngeh" penyebab anak saya panas dan (maaf) muntah-muntah sepertinya karena masuk angin. Sore hari menjelang magrib, saya dan anak melakukan perjalanan dengan menggunakan ojek selama hampir dua jam dari rumah salah satu kerabat ke rumah nenek saya.

Saat itu anak saya tidak menggunakan helm, maupun jaket, dan duduk di depan pengemudi ojek. Parahnya lagi, selama dua hari berturut-turut kami berenang hampir satu hari penuh. Merasa sedang liburan, merasa kapan lagi bisa berkumpul bersama kerabat, terlebih dengan anak-anak yang seusia dengan anak saya.

Anak saya sepertinya tidak terbiasa diporsir seperti itu. Apalagi kami tinggal di Batam, Kepulauan Riau. Sangat jarang menempuh perjalanan hingga berjam-jam, karena satu lokasi dengan lokasi yang lain begitu berdekatan, terlebih dengan menggunakan motor yang "mengundang" angin cukup kencang.

Agar liburan nyaman sebaiknya sedia Tolak Angin. | Dokumentasi Pribadi
Agar liburan nyaman sebaiknya sedia Tolak Angin. | Dokumentasi Pribadi
Setelah memaksa anak menelan satu-dua sendok bubur nasi yang dibuat seadanya, saya memberi Tolak Angin Anak. Namun, agar anak lebih mudah meminum obat herbal tersebut, saya mencampurkan satu sachet Tolak Angin Anak dengan setengah gelas air hangat. Sebenarnya bisa saja langsung dimasukan ke dalam mulut dari kemasan, namun kondisi anak saya sepertinya saat itu tidak memungkinkan. Ia harus minum sedikit demi sedikit.

Entah Tolak Angin Anak yang "cespleng", entah perpaduan doa, baluran bawang putih, dan gelontoran air mineral, ditambah beberapa suap bubur nasi, kondisi anak saya berangsur pulih. 

Saat pagi menjelang, anak saya sudah sehat. Kejadian "horor" di tengah malam seolah tak bersisa. Usai sarapan, ia bahkan langsung bermain bersama anak tetangga. Tak hanya bermain boneka di dalam rumah, namun juga menjelajah ke pematang sawah.

Selalu Membawa Bekal Tolak Angin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun