Allaahu akbar...Allaahu akbar...Allaahu akbar... Laa illaa haillallahuwaallahuakbar... Allaahu akbar walillaahil hamd...
Miniatur masjid saat pawai takbiran di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Suara takbir bergema di sepanjang penjuru Pulau Belakangpadang, Batam, Kepulauan Riau, Kamis Malam (14/6). Alunan khas hari raya tersebut berasal dari iring-iringan warga yang berkeliling pulau sambil membawa beduk, miniatur astaka  replika masjid, hingga beragam simbol Islam dan huruf hijiayah.
Miniatur masjid saat pawai takbiran di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Miniatur masjid dan replika astaka tersebut dihias sedemikian rupa dengan aneka lampu yang berwarna-warni membuat siapa pun ingin melihat lebih dekat. Itu makanya tak heran, sepanjang jalur pawai yang dimulai dari Lapangan Indera Sakti, pelabuhan, pasar, Masjid Raya Belakangpadang, hingga kembali lagi ke Lapangan Indera Sakti, penuh oleh warga yang ingin melihat dan mengabadikan momen tersebut.
Beduk yang dibawa berkeliling saat pawai takbiran di Belakangpadang, Batam. | Dokumentasi Pribadi
Terlebih di titik utama Lapangan Indera Sakti. Banyak warga yang memilih untuk duduk di tribun lapangan tersebut yang terbuat dari semen. Beberapa ada yang memilih duduk di atas sepeda motor yang mereka bawa masing-masing. Mereka rela berdesakan untuk melihat acara yang rutin diadakan dua kali dalam setahun tersebut, yakni setiap malam Idulfitri dan Iduladha.
Dimanfaatkan untuk Ajang Berwisata
Selain sebagai ajang silaturahmi, Idulfitri juga biasanya dimanfaatkan oleh umat muslim sebagai momen untuk berlibur bersama keluarga. Biasanya tempat wisata yang banyak dikunjungi adalah objek-objek yang tak jauh dari rumah, atau yang berada di sekitar kampung halaman.Â
Bawa huruf hijaiyah berwarna-warni. | Dokumentasi Pribadi
Pada malam lebaran, selain menonton pawai takbiran banyak warga Belakangpadang yang memilih menghabiskan waktu di pusat kuliner Lang Lang Laut yang berada persis di samping pelabuhan. Anak-anak bermain kembang api, sementara orang dewasa duduk-duduk santai sambil menikmati kuliner dan suasana pantai.
Beberapa ada juga yang lebih memilih menikmati aneka makanan dan minuman di kopitiam yang tersebar di sekitar pelabuhan. Warga biasanya hanya memesan makanan ringan, kopi dan teh tarik. Mereka umumnya duduk bermeja-meja dengan keluarga dan kerabat sambil mengobrol akrab, khas orang Melayu.
Bermain kembang api di Lang Lang Laut. | Dokumentasi Pribadi
Saya yang biasa menghabiskan waktu malam Idulfitri bersama keluarga di rumah sedikit tercengang. Apalagi suasananya memang sangat ramai. Mereka seolah melupakan sejenak makanan-makanan khas hari raya yang biasa disiapkan jauh-jauh hari.
Saya dan keluarga biasanya lebih suka berkeliling objek wisata usai Idulfitri hari pertama berlalu. Saya dan suami biasanya berkunjung ke Lang Lang Laut pada malam kedua Idulfitri. Begitupula dengan kunjungan ke objek wisata lain, seperti Pantai Pasir Putih. Biasanya kami pergi pada hari kedua lebaran.
Menikmati kuliner dengan suasana pantai di Lang Lang Laut. | Dokumentasi Pribadi
Kami pergi ke Pantai Pasir Putih untuk berenang dan menikmati suasana pantai. Kebetulan tempat wisata tersebut hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah nenek mertua. Kami hanya tinggal berjalan kaki, menyusuri jalan kecil.
Meski memiliki pemandangan yang cukup menarik, Pantai Pasir Putih sebenarnya hanya sebuah pantai yang belum dikelola secara maksimal. Pantai tersebut hanya dikelola oleh sebuah keluarga. Meski cukup banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, tidak ada tiket masuk ke objek wisata tersebut.
Pantai Pasir Putih. | Dokumentasi Pribadi
Pengunjung hanya diwajibkan membeli aneka jajanan di sebuah kedai kecil yang juga dikelola oleh keluarga pemilik pantai tersebut. Nominal minimal berbelanja pun tidak ditentukan. Pengunjung bisa membeli kelapa muda, indomie rebus, atau bila tidak memiliki
budget lebih bisa hanya membeli sebuah permen.
Meski demikian, pengunjung umumnya membeli aneka jajanan. Terlebih pengunjung yang membawa anak kecil. Apalagi makanan-makanan yang dijual di kedai tersebut juga harganya cukup terjangkau. Mereka tetap menawarkan harga normal, tidak ditawarkan dengan harga yang lebih tinggi.
Pantai Pasir Putih. | Dokumentasi Pribadi
Meski masih terkesan seadanya, cukup seru juga menghabiskan waktu di pantai tersebut. Terlebih Pantai Pasir Putih merupakan satu-satunya pantai di Belakangpadang yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk bercengkrama. Dulu ada beberapa titik pantai, namun sekarang sudah ditutup.
Pantai Pasir Putih. | Dokumentasi Pribadi
Suasana pantai cukup nyaman, angin bertiup sepoi. Pasir di pantai tersebut juga sangat halus dan berwarna putih. Sehingga, cukup menyenangkan anak-anak untuk bermain istana pasir.
Wisata Kuliner
Saat Idulfitri. kami juga memanfaatkan untuk berburu kuliner di Belakangpadang. Pada pagi hari kami sangat suka mencoba sarapan di kedai-kedai kopi yang tersebar di areal pasar. Apalagi menu yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari makanan Melayu hingga makanan Sunda, dengan harga yang cukup terjangkau.
Malam takbiran kopitiam penuh. | Dokumentasi Pribadi.
Saat Idulfitri hari pertama, mereka biasanya tidak beroperasi. Namun pada hari kedua Idufitri hampir semua kedai makan mulai buka. Pengunjungpun lumayan membeludak. Mungkin mereka mulai bosan menyantap aneka hidangan lebaran yang tak jauh-jauh dari daging dan santan.
Penonton malam takboran di Lapangan Indera Sakti. | Dokumentasi Pribadi
Para pengunjung kedai juga sepertinya tidak hanya didominasi oleh penduduk sekitar Belakangpadang, namun juga para pemudik. Cukup banyak memang warga asli Belakangpadang yang merantau ke lain pulau, bahkan ke "pulau" tetangga, seperti Singapura. Biasanya saat hari raya mereka pulang.
Menikmati Indahnya Pulau
Selain wisata kuliner dan pantai, saya dan suami juga biasanya berkeliling pulau. Hanya sekadar melihat-lihat sambil menikmati sepoinya angin. Terkadang kami menggunakan sepeda motor yang dipinjam dari keluarga yang tinggal di Belakangpadang, terkadang memilih dengan menggunakan becak.
Belakangpadang. | Dokumentasi Pribadi
Seru rasanya menikmati pemandangan dari pulau kecil tersebut. Apalagi fasilitas Pulau Belakangpadang lumayan lengkap untuk ukuran pulau kecil yang berada di perbatasan. Pulau tersebut memiliki waduk dan pengolahan air bersih sendiri, areal pemakaman, tempat pengolahan sampah, stadion olahraga, Â hotel hingga aneka kantor pemerintah dan BUMN. Satu-satunya yang tidak tersedia adalah SPBU dan angkutan umum berupa mobil roda empat. Transportasi di Belakangpadang hanya berupa sepeda motor dan becak.
Belakangpadang. | Dokumentasi Pribadi
Kami sepertinya bukan satu-satunya pengunjung yang menikmati kegiatan tersebut. Saat Idulfitri tidak sedikit juga para wisatawan lokal maupun mancanegara yang sengaja berkunjung ke pulau tersebut. Biasanya mereka berkeliling dengan menggunakan becak. Berombongan, beriringan.
Senja saat menuju ke Belakangpadang. | Dokumentasi Pribadi
Sepanjang jalan di pulau tersebut juga banyak rumah-rumah Melayu yang dicat beraneka warna, sehingga sangat cantik, bahkan untuk latar belakang berslfie atau berwefie ria. Terlebih juga penduduk di pulau tersebut sangat ramah.
Salah satu rumah khas Melayu di Belakangpadang. | Dokumentasi Pribadi
Kalau teman-teman Kompasianer, apa saja kegiatan di hari raya selain shalat ied dan bersilaturahmi dengan keluarga tercinta? Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Kurma Selengkapnya