Â
Selain ngabuburit, Ramadan juga identik dengan sahur on the road. Kegiatan membagikan nasi dan lauk pauk yang dikemas secara khusus untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan saat waktu sahur berlangsung. Umumnya dibagikan dengan menggunakan beberapa kendaraan yang dilakukan oleh komunitas di suatu titik jalan.
Berdasarkan beberapa referensi, kegiatan tersebut mulai marak dilakukan pada tahun 2000-an. Tujuannya sangat mulia, yakni untuk berbagi, membantu umat muslim yang kurang beruntung agar tetap bisa "mengisi perut" sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadan selama satu hari penuh.
Tidak semua yang berniat berpuasa itu beruntung dapat menikmati sepiring nasi dan lauk pauk saat dinihari menjelang imsak. Ada juga yang terpaksa menguatkan diri untuk menjalankan ibadah wajib satu tahun sekali tersebut tanpa menjalankan kegiatan sunnah yang disarankan. Alasannya, karena tidak ada penganan untuk dimakan.
Oleh karena itu, menurut saya pribadi sahur on the road itu sangat bermanfaat. Terlebih diberikan langsung kepada orang yang membutuhkan di saat yang diperlukan, tanpa orang tersebut meminta. Terkadang tidak semua orang "berani" dan "mau" meminta, se-membutuhkan apapapun kondisinya. Selain karena harga diri, dalam Islam memang disarankan agar "tangan di atas, bukan di bawah".
Meski mirisnya beberapa tahun terakhir ini kegiatan sahur on the road dinodai oleh beberapa insiden, mulai dari tabrakan beruntun hingga tawuran. Sehingga, ada beberapa kota yang melarang melakukan kegiatan tersebut, beberapa hanya ada yang dibatasi, dengan aturan tertentu yang cukup ketat.
Peserta Sahur on the Road Sebaiknya Dibatasi dan Didampingi
Untuk keselamatan dan kelancaran acara, mungkin ada baiknya peserta sahur on the road dibatasi. Misalkan meski jumlah anggota suatu komunitas mencapai ratusan orang, saat membagikan penganan untuk sahur tersebut hanya dibatasi beberapa puluh orang saja untuk mewakili.
Selain itu, ada baiknya tidak setiap anggota komunitas membawa kendaraan sendiri. Akan lebih baik bila satu kendaraan digunakan oleh beberapa orang. Sehingga, bisa bergantian menyetir atau membawa kendaraan tersebut. Terlebih jam-jam menjelang sahur sangat rawan dengan serangan rasa kantuk.
Selain itu, bila pergi beramai-ramai dalam satu kendaraan, diharapkan dapat saling mengingatkan, bila ada salah satu anggota yang bertindak diluar rencana atau diluar batas yang sudah ditetapkan. Untuk mengoptimalkan hal tersebut, tentu harus dipahami dulu oleh setiap anggota aturan yang harus dipatuhi sebelum kegiatan sahur on the road dijalankan.
Bila sahur on the road diadakan oleh pihak sekolah atau kampus, ada baiknya setiap kendaraan didampingi oleh satu guru atau dosen. Bukan mendiskreditkan pelajar dan mahasiswa, namun semangat dan emosi yang meledak-ledak khawatir membuat mereka terlalu bersemangat untuk melakukan kegiatan lain diluar yang sudah direncanakan. Nah, bila didampingi guru atau dosen, diharapkan dapat "direm".
Jika lebih memungkinkan lagi, ada baiknya didampingi oleh petugas keamanan, terutama bila peserta dan makanan yang akan dibagikan cukup banyak, meliputi beberapa titik pembagian. Setidaknya ada satu polisi yang diajak untuk berkeliling. Polisi tersebut bisa berdasarkan rekomendasi dari Mapolsek yang menaungi wilayah yang akan dilakukan kegiatan sahur on the road tersebut. Agak ribet memang, karena harus melakukan pengajuan terlebih dahulu beberapa hari sebelum acara diadakan.
Namun menurut saya, hal tersebut bukan sesuatu yang mustahil. Terlebih bila kita mengadakan suatu acara --yang melibatkan massa lumayan banyak, kita pun kerap harus meminta izin dari kepolisian kan? Biasanya pihak kepolisian juga akan mengirimkan beberapa anggota untuk mengawal acara tersebut.
Berbagi di Sekitar Wilayah Tempat Tinggal
Beramal tidak harus pergi ke tempat jauh kan? Terlebih Islam juga menyarankan agar umatnya menyantuni dhuafa yang dekat kediaman kita terlebih dahulu, dibandingkan yang jauh. Jadi sebelum konvoi berkeliling kota membawa kotak makanan untuk dibagikan, coba di cek apakah di sekitar rumah masih ada yang membutuhkan?
Bila masih ada, lebih baik bungkusan-bungkusan nasi tersebut dibagikan kepada mereka. Bila semua yang membutuhkan di sekitar tempat tinggal kita sudah terbagi semua, baru beranjak ke tempat yang lebih jauh. Atau bisa juga membagikan kotak makan dengan jumlah yang tidak terlalu banyak, secukupnya, namun dilakukan secara kontinyu, misalkan setiap tiga hari sekali, satu minggu sekali, atau bahkan setiap hari. Dibanding langsung banyak, namun hanya dilakukan sekali selama Ramadan.
Menurut saya pribadi, membagikan makanan sahur di sekitar tempat tinggal lebih minim risiko. Pertama kita tidak letih menyetir telalu jauh --bahkan mungkin bisa ditempuh dengan berjalan kaki, kedua risiko tawuran juga bisa dihindari. Masa iya, sama orang yang tinggal di suatu wilayah gontok-gontokan?
Membuat Posko Makanan Gratis untuk Sahur
Bila khawatir dengan mudharat sahur on the road yang dilakukan dengan pawai dan konvoi, tidak ada salahnya juga membuat posko makanan gratis untuk sahur di sekitar lokasi yang akan dibagi. Buat pengumuman besar-besar di tenda tersebut jauh sebelum waktu sahur berlangsung.
Nanti biar kaum dhuafa yang datang langsung ke sana. Untuk menghindari satu orang mengambil lebih dari satu kotak makanan, panitia sebaiknya membagikan hanya kepada orang yang bersangkutan Bila hanya ada satu orang yang datang, beri nasi kotak atau nasi bungkusnya satu, bila yang datang dua, beri dua.
Meski membutuhkan, para kaum dhuafa biasanya tidak tamak. Saya pernah membagikan nasi bungkus kepada beberapa kaum dhuafa di  wilayah Jodoh, Batam, Kepulauan Riau. Mereka biasanya mengambil secukupnya. Bahkan untuk anak mereka yang masih kecil, mereka memilih tidak meminta dan menyuapi dengan nasi yang menjadi jatah orangtuanya, kecuali bila kita menawarkan diri untuk memberinya lebih.
Bila tidak mungkin membuat tenda sendiri, mungkin ada baiknya meminta kerjasama dengan pihak kepolisian. Beberapa titik lampu merah di kota besar, umumnya difasilitasi dengan pos polisi. Tidak ada salahnya menempatkan satu dua meja di dekat pos polisi tersebut untuk membagikan makanan untuk sahur kepada mereka yang membutuhkan.
Biasanya bapak-bapak polisi tersebut sangat baik. Tempat kerja saya dulu pernah beberapa kali meminta kerjasama untuk membagikan flyer dan melakukan sosialisasi terkait kebijakan perusahaan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat di Kota Batam di sekitar lampu merah dan pos polisi. Membagikan flyer dan melakukan sosialisasi saja boleh, masa membagikan makanan untuk sahur tidak. Apalagi itu dilakukan dinihari, saat kendaraan tidak lagi padat.
Menyumbang Melalui Masjid
Ini sih namanya bukan lagi sahur on the road ya. Namun tidak ada salahnya juga dipertimbangkan. Melalui donasi ke masjid, saat Ramadan kita tetap bisa berbagi kepada yang membutuhkan, namun tanpa risiko apapun. Biar nanti pihak masjid yang mengkoordinir untuk membagikan kepada para jamaah yang membutuhkan.
Apalagi saat ini banyak masjid yang memang menyalurkan bantuan dari umat, baik makanan dan minuman untuk berbuka puasa maupun untuk sahur. Tidak ada salahnya kita menjadi bagian dari orang-orang yang bersedekah tersebut melalui masjid.
Kalau teman-teman Kompasianer sendiri, setuju atau tidak sih dengan kegiatan sahur on the road? Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H