Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Menyusuri Pulau Belakangpadang yang Lengang Saat Ramadhan

27 Mei 2018   22:57 Diperbarui: 28 Mei 2018   08:23 2532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap Ramadan selalu penuh dengan kerlap kerlip lampu seperti ini. | Dokumentasi Pribadi

Tutup, Bu.

Kalimat tersebut diucapkan salah satu pemilik toko di Pasar Belakangpadang, Batam, Kepulauan Riau, saat saya dan suami berniat mampir untuk membeli beberapa keperluan, siang tadi (27/5). Kami sampai saat pemilik toko tersebut menggembok rolling door toko yang kerap menjadi langganan mertua saat berbelanja keperluan sehari-hari.

Akhirnya saya dan suami melangkahkan kaki ke toko lain, melewati beberapa toko yang juga memilih menutup pintunya rapat-rapat. Ada setidaknya tiga toko yang kami lewati. Toko yang biasanya menjual produk yang sama dengan toko sebelumnya yang sempat akan kami singgahi.

Pelabuhan Sekupang yang menghubungkan Batam-Belakangpadang, sepi. Biasanya ramai banget. | Dokumentasi Pribadi
Pelabuhan Sekupang yang menghubungkan Batam-Belakangpadang, sepi. Biasanya ramai banget. | Dokumentasi Pribadi
Entahlah, siang tadi Pulau Belakangpadang terlihat sepi. Tak terlihat orang kongkow-kongkow seperti yang kerap dilakukan di bulan-bulan di luar Ramadan. Begitupula dengan pelabuhan, baik Pelabuhan Belakangpadang, maupun Pelabuhan Sekupang. Suasana terlihat lebih lengang.

Jalanan pun lengang. | Dokumentasi Pribadi
Jalanan pun lengang. | Dokumentasi Pribadi
Kami bahkan harus menunggu cukup lama hingga boat terisi penuh sehingga bisa berangkat, baik dari Pelabuhan Sekupang ke Belakangpadang, maupun sebaliknya. Padahal itu hari Minggu, yang biasanya setiap kali naik boat selalu hampir berebutan saking banyaknya yang mau naik.

Pelabuhan Sekupang yang menghubungkan Batam-Belakangpadang, sepi. Biasanya ramai banget. | Dokumentasi Pribadi
Pelabuhan Sekupang yang menghubungkan Batam-Belakangpadang, sepi. Biasanya ramai banget. | Dokumentasi Pribadi
Susana senyap sebenarnya sudah terasa sejak di parkiran Pelabuhan Sekupang. Lokasi parkir tetap dipenuhi beragam kendaraan roda dua maupun empat, namun jumlahnya tidak sebanyak akhir pekan di bulan biasa di luar Ramadan. 

Biasanya, mencari parkir untuk roda empat seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Susah, saking penuhnya. Namun tadi  lumayan banyak tempat parkir yang kosong, bahkan yang lumayan dekat dengan pintu keluar ke arah pelabuhan.

Banyak Kedai Lebih Memilih Beroperasi Menjelang Waktu Berbuka Puasa

Berdasarkan obrolan dengan salah satu warga Belakangpadang, suasana pulau yang berbatasan langsung dengan Singapura itu memang lebih sunyi saat Ramadan, khususnya di waktu siang. Kedai makan lebih memilih beroperasi menjelang waktu berbuka, apalagi di sekitar pasar juga ada Lang Lang Laut, pusat kuliner Pulau Belakangpadang yang hanya buka setiap malam.

Pelabuhan Belakangpadang yang menghubungkan Belakangpadang-Batam, sepi. Biasanya ramai banget. | Dokumentasi Pribadi
Pelabuhan Belakangpadang yang menghubungkan Belakangpadang-Batam, sepi. Biasanya ramai banget. | Dokumentasi Pribadi
Begitu juga dengan toko-toko lain, diluar kedai makan. Tidak sedikit yang buka pagi hingga menjelang dzuhur, setelah itu tutup dan buka kembali sore hari menjelang waktu berbuka puasa. Meski banyak juga toko-toko di Pasar Belakangpadang yang tetap buka seperti biasa, dari pagi hingga malam.

Lampu, kalau siang kerlipnya tidak terlihat. | Dokumentasi Pribadi
Lampu, kalau siang kerlipnya tidak terlihat. | Dokumentasi Pribadi
Namun pengunjung yang berwisata ke pulau tersebut drastis menurun, mungkin malah hampir tidak ada. Apalagi wisata unggulan Belakangpadang adalah pantai. Biasanya pengunjung berenang, atau sekadar bermain air. 

Begitupula dengan keluarga dan kerabat, tidak terlalu banyak yang berkunjung di kala Ramadan. Mungkin enggan juga ya, panas-panas, puasa, harus menyeberang dengan menggunakan boat. Bila tidak sangat terpaksa, sangat kangen dengan keluarga tercinta di Belakangpadang, atau memang ada keperluan yang harus disegerakan.

Kedai makan banyak yang memilih tuutp di siang hari. | Dokumentasi Pribadi
Kedai makan banyak yang memilih tuutp di siang hari. | Dokumentasi Pribadi
Sementara warga Belakangpadang sendiri pun saat puasa seperti itu, lebih memilih menghabiskan waktu di dalam rumah. Lagian tidak mungkin juga kan, sedang puasa nongkrong-nongkrong di warung kopi sambil ngopi hehe, meski terlihat ada beberapa kedai kopi juga yang buka.

Malam hingga Menjelang Imsak Ramai

Saat Ramadan, kehidupan di Belakangpadang mulai menggeliat sore menjelang waktu berbuka. Apalagi di waktu tersebut sudah banyak warung makan dan penjual takjil yang menjajakan makanan mereka. 

Penjual takjil favorit saya di Belakangpadang adalah yang disebelah Polsek Belakangpadang. Ada kedai dan gerobak-gerobak yang berjejer. Jajanan yang ditawarkan lumayan lengkap, mulai dari es hingga kue-kue.

Sebagian toko buka seperti biasa. | Dokumentasi Pribadi
Sebagian toko buka seperti biasa. | Dokumentasi Pribadi
Selain itu, Belakangpadang juga lebih semarak dengan lampu kerlap kerlip yang dipasang warga secara swadaya di sepanjang jalan. Ada yang berbentuk melengkung, ada yang berbentuk panjang. Lampu tersebut disusun sedemikian rupa sehingga terlihat sangat menarik.

Tahun lalu saya sempat berfoto ria, tahun ini sayang belum sempat menginap sehingga hanya sempat mengabadikan deretan lampu yang dipasang, namun belum dinyalakan. Kalau kata mertua dan beberapa kerabat, setiap malam selalu dinyalakan dan berkelap-kelip, cantik ditengah pekatnya malam.

Dokumentasi tahun lalu. | Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi tahun lalu. | Dokumentasi Pribadi
Sementara kalau sahur suasana ramai dengan para "pejuang sahur" yang membunyikan beragam alat untuk mengingatkan umat muslim untuk segera "mengisi perut", persiapan untuk berpuasa selama satu hari penuh. Biasanya mereka berkeliling pulau dengan menggunakan sepeda motor.

Lang Lang Laut, pusat kuliner di Belakangpadang. | Dokumentasi Pribadi
Lang Lang Laut, pusat kuliner di Belakangpadang. | Dokumentasi Pribadi
Suasana Ramadan di Belakangpadang juga biasanya lebih ramai saat Ramadan di minggu-minggu akhir. Para perantau biasanya sudah banyak yang pulang ke pulau tersebut. Selain itu juga banyak pengunjung dari daerah lain. Belum lagi acara untuk mengisi hari raya, biasanya ada pawai obor hingga acara lain yang cukup menarik.

Kalau di daerah teman-teman bagaimana suasana saat Ramadan? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)

Setiap Ramadan selalu penuh dengan kerlap kerlip lampu seperti ini. | Dokumentasi Pribadi
Setiap Ramadan selalu penuh dengan kerlap kerlip lampu seperti ini. | Dokumentasi Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun