Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

5 Tempat Ngabuburit Favorit di Batam

24 Mei 2018   08:39 Diperbarui: 24 Mei 2018   12:35 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan itu identik dengan ngabuburit. Menyenangkan rasanya menghabiskan waktu menunggu waktu berbuka puasa di suatu tempat dengan orang-orang terdekat. Ada banyak tempat ngabuburit favorit di Batam, mana saja yang paling favorit? Yuk, disimak ulasannya.

Masjid Jabal Arafah

Ini lokasi ngabuburit paling favorit versi saya. Masjid ini terletak di tengah kota, di Nagoya, tepatnya di samping pusat perbelanjaan Nagoya Hill. Selain itu juga tidak begitu jauh dari rumah. Waktu tempuh dari rumah ke masjid ini sekitar lima hingga 10 menit. Apalagi sekarang ada jalan masuk/keluar dari samping I Hotel, tidak harus melalui samping gedung Bank Mandiri.

Masjid ini menjadi favorit karena sarat dengan kegiatan keagamaan. Setiap kali selesai shalat wajib ada tausyiah yang disampaikan oleh imam. Tema yang disampaikan berbeda-beda, namun sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari. Meski sudah tahu sunah dan hukumnya, terkadang kita sebagai manusia memang harus diingatkan kembali.

Baca buku sambil ngabuburit. | Dokumentasi Pribadi
Baca buku sambil ngabuburit. | Dokumentasi Pribadi
Saat saya berkunjung akhir pekan lalu, tausyiah yang disampaikan saat shalat dzuhur mengenai berbakti kepada orangtua. Bagaimana kita sebaiknya memperlakukan orangtua, terutama setelah kita sendiri berkeluarga. Terkadang setelah kita memiliki keluarga inti sendiri, orangtua sedikit terabaikan.

Usai shalat dan mendengarkan tausyiah yang tidak lebih dari 10 menit, ada banyak kegiatan yang dapat diikuti. Saat saya berkunjung ada beberapa anak yang sedang belajar mengaji dibimbing oleh salah satu ustadz. Sementara orang-orang dewasa mengaji sendiri, kebetulan Al-Quran tersedia cukup banyak di masjid tersebut.

Bisa baca tips menjadi suami-istri mempesona hehe. | Dokumentasi Pribadi
Bisa baca tips menjadi suami-istri mempesona hehe. | Dokumentasi Pribadi
Saat itu, saya sendiri lebih memilih berkeliling masjid, menikmati sepoinya angin dari pohon-pohon yang berada di sekitar masjid. Apalagi di samping masjid juga ada kolam ikan yang airnya sangat jernih sehingga kita dapat melihat dengan jelas ikan-ikan mas sebesar telapak tangan orang dewasa.

Bosan melihat ikan, saya dan anak menuju Masjid Jabal Arafah Tower. Kami melihat suasana Kota Batam melalui menara masjid. Lumayan seru, meski tidak maksimal. Hal tersebut dikarenakan saat itu hujan mengguyur cukup deras sehingga pemandangan sedikit berkabut. Selain itu, teropong yang biasa digunakan untuk "mengintip" dari atas tidak lagi tersedia karena rusak.

Setelah itu kami kembali ke dalam masjid untuk menjalankan shalat ashar. Setelah shalat, mendengarkan tausyiah dan berdoa, kami kemudian berkunjung ke perpustakaan yang terletak di samping masjid. Kami membaca buku hingga senja hampir berlalu. Bila tidak ingat buka puasa hampir menjelang, hingga perpustakaan tutup kami mungkin masih disana.

Koleksi bukunya banyak bingits. | Dokumentasi Pribadi
Koleksi bukunya banyak bingits. | Dokumentasi Pribadi
Koleksi buku di perpustakaan Masjid Jabal Arafah sangat banyak, ada lebih dari 8.000 judul buku. Tak hanya buku mengenai Islam, banyak juga buku-buku pengetahuan umum, biografi, ekonomi, komunikasi, beragam kamus, motivasi, hingga buku-buku anak. FYI, jam operasional perpustakaan dari pukul 09:00 hingga 20:00 WIB, setiap hari kecuali saat Idulfitri. Gratis, siapapun boleh mengakses. Namun buku hanya boleh baca di tempat.

Sebenarnya di bagian bawah masjid juga ada kedai makan yang selalu buka saat buka puasa menjelang. Namun, saat itu kami memang sedang tidak merencanakan berbuka puasa di luar rumah. Apalagi waktu itu juga kami hanya pergi berdua, saya dan anak, suami tidak ikut. Bila membiarkan suami berbuka puasa sendiri di rumah rasanya tidak tega.

Pasar Ramadan Tanjung Uma

Ini juga salah satu lokasi ngabuburit warga Batam, terutama yang ingin berbuka puasa dengan makanan tradisional khas Melayu dan aneka seafood dengan harga yang "ramah kantong". Penjual di pasar yang buka setiap Ramadan tersebut memang warga sekitar yang sudah berpuluh tahun tinggal di Batam.

Ada ikan-ikan sebesar nampan yang sudah dipanggang dan diberi bumbu, sehingga tinggal disantap. Harganya cukup beragam tergantung dari jenis dan besar ikan, dan ssst terkadang bisa ditawar. Namun melihat kualitas ikan yang segar, dengan body yang cukup besar, rasanya tidak tega untuk menawar. Harga yang ditetapkan penjual rasanya sudah pas. Selain ikan ada juga sotong, udang dan kepiting. Ukuran mereka juga besar-besar.

Bila malas membeli seafood yang berukuran jumbo, bisa juga membeli yang berukuran lebih kecil, ukuran normal. Biasanya dikemas dalam wadah styrofoam. Ada ikan asam pedas, gong gong, udang, sotong kecil, hingga kerang. Bila enggan membeli yang sudah dimasak, bisa juga membeli yang masih mentah.

Ikan yang dijual di Pasar Ramadan Tanjung Uma. | Dokumentasi Pribadi
Ikan yang dijual di Pasar Ramadan Tanjung Uma. | Dokumentasi Pribadi
Selain seru berburu seafood, di pasar ini juga sangat seru berburu makanan tradisioanl khas Melayu. Saya sampai terbengong-bengong saat melihat seorang ibu yang sedang membuat putu piring. Tepung beras yang diberi bumbu berwarna kuning, dikukus disebuah wadah yang berisi air mendidih dengan menggunakan kain segi empat kecil yang juga berwarna kuning dan tutup gelas. Unik melihatnya. Apalagi dikerjakan dengan sangat cepat karena pembeli sudah mengantre.

Saat saya berkunjung akhir pekan lalu, ibu itu merupakan penjual putu piring satu-satunya di pasar tersebut. Itu makanya sejak pasar beroperasi dari pukul 14:00 WIB pembeli tak henti datang. Jam baru menunjukan pukul 16:00 lewat sedikit saja kue yang rasanya agak mirip dodongkal tersebut sudah ludes. Padahal ibu penjual bilang ia sudah menyiapkan lima kilo tepung beras untuk dijual.

Selain putu piring, kita juga bisa menemukan laksa di Pasar Ramadan Tanjung Uma. Laksa yang ditawarkan ada dua macam, ada yang pedas, ada yang plain tanpa rasa. Rasa asin-gurih-pedas nanti akan didapat dari bumbu yang disimpan dalam kantong plastik. Kemarin saya tidak sempat nyoba, tapi suami bilang laksa yang pedas lebih juara rasanya.

Selain laksa dan putu piring, di pasar tradisional ini juga kita akan menemukan bingka. Makanan khas melayu yang selintas mirip bunga. Bentuk bingka tersebut besar, berwarna hijau terang. Harganya hanya Rp10.000/buah. Sebenarnya, ada juga yang dibuat kecil-kecil, namun di pasar tersebut tidak saya temukan.

Penjual putu piring. | Dokumentasi Pribadi
Penjual putu piring. | Dokumentasi Pribadi
Berkeliling di Pasar Ramadan Tanjung Uma sangat menyenangkan. Bisa sekalian cuci mata dengan aneka kuliner yang disajikan. Hanya satu kurangnya, minim tempat parkir karena berada di pemukiman warga dengan ruas jalan yang terbatas. Kalau kita parkir di lapangan, lumayan jauh jalan kaki ke dalamnya. Anak saya sempat mengeluh beberapa kali, capek Bu, masih jauh ya tempatnya? Kebetulan saat itu karena khawatir sulit mencari tempat parkir di sekitar pasar, kami memarkirkan kendaraan di sekitar lapangan.

Selain itu, semakin sore pengunjung semakin ramai, terlebih saat akhir pekan. Pengunjung bisa sampai berdesak-desakan. Sehingga, disarankan datang jangan terlalu sore. Apalagi juga makanan yang kita beli tidak bisa makan di tempat. Semuanya hanya dilayani untuk dibungkus, karena lokasinya seperti "pasar senggol", jadi harus diperhatikan juga waktu tempuh dari rumah ke pasar tersebut, dan sebaliknya. Jangan sampai, malah keburu beduk magrib.

Rumah Miniatur Batam

Lokasi ini juga menjadi favorit untuk ngabuburit. Selain bulan puasa, lokasi ini memang sudah menjadi favorit untuk berkunjung. Rumah Miniatur menghadirkan rumah-rumah mungil dari seluruh provinsi di Indonesia, mulai dari Melayu hingga Papua. Ada juga rumah-rumah ibadah setiap agama yang ada di Indonesia.

Salah satu rumah adat. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu rumah adat. | Dokumentasi Pribadi
Meski hanya miniatur, namun bentuk yang ditampilkan lumayan mirip lho, selain itu juga dicat berwarna-warni sehingga sangat menarik perhatian. Hal yang paling seru adalah tidak dipungut biaya apapun untuk masuk ke objek wisata ini, aka gratis. Selain itu juga buka selama 24 jam, namun karena tidak ada lampu penerang dikala malam, disarankan berkunjung sebelum hari mulai gelap.

Salah satu replika rumah ibadah di Rumah Miniatur. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu replika rumah ibadah di Rumah Miniatur. | Dokumentasi Pribadi
Serunya ngabuburit disini, ada banyak bertebaran tempat jajan dan rumah makan. Ada Golden Prawn yang merupakan salah satu restoran seafood favorit di Batam, ada juga Rumah Makan Sunda. Bila malas makan di restoran, bisa mampir ke foodcourt yang berada beberapa meter dari Rumah Miniatur tersebut.

Masjid Cheng Ho. | Dokumentasi Pribadi
Masjid Cheng Ho. | Dokumentasi Pribadi
Kalau mau shalat juga mudah. Sejak beberapa tahun lalu, pengelola sudah membangun Masjid Cheng Ho. Masjid tersebut dapat digunakan pengunjung untuk shalat. Masjidnya tidak terlalu besar, namun memiliki design yang sangat unik. Merah, berbaur dengan ukiran yang khas bangunan Tionghoa.

Alun Alun Engku Putri

Ini juga salah satu tempat ngabuburit favorit. Selain memiliki lapangan yang cukup luas lengkap dengan deretan kursi dari beton untuk ngumpul-ngumpul atau sekedar mengobrol, juga ada banyak arsitektur mirip Masjid Nabawi. Maklum dulu alun alun ini sempat digunakan untuk lokasi MTQ nasional.

Astaka bekas MTQ Nasional. | Dokumentasi Pribadi
Astaka bekas MTQ Nasional. | Dokumentasi Pribadi
Sehingga, karena keunikan bangunan astaka dan arsitekturnya, bangunan tersebut urung dihancurkan usai acara berlangsung. Bangunan itu dimanfaatkan untuk keperluan lain, terkadang untuk pameran foto, katanya sih kedepan akan dijadikan museum Kota Batam secara permanen.

Lapangan terbukanya lumayan luas. | Dokumentasi Pribadi
Lapangan terbukanya lumayan luas. | Dokumentasi Pribadi
Nah karena arstiketurnya yang cukup unik --termasuk menara-menara yang menjulang, banyak yang ngabuburit sambil berfoto bersama atau hanya sekedar selfie. Ada juga yang jogging, atau menemani sang buah hati bersepeda atau bermain sepatu roda. Kebetulan lapangan di alun alun tersebut sangat luas.

Mega Wisata Ocarina

Saat Ramadan, Mega Wisata Ocarina juga menjadi salah satu tempat favorit untuk ngabuburit. Selain letaknya di tengah kota, juga menawarkan permainan yang cukup menarik, terutama bagi anak-anak. Beneran deh, anak-anak yang sedang belajar berpuasa, dan sebentar-sebentar melirik jam, bila ngabuburit ke sini tidak akan terasa. Tahu-tahu sudah mau magrib.

Ada beragam macam permainan untuk anak. | Dokumentasi Pribadi
Ada beragam macam permainan untuk anak. | Dokumentasi Pribadi
Objek wisata ini menawarkan taman bermain. Anak-anak dapat bermain perosotan, sepeda, sepatu roda, naik becak, atau sekedar duduk-duduk di hamparan rumput. Sementara si orangtua bisa sambil berfoto-foto ria. Apalagi juga disediakan sudut-sudut narsis, baik di sekitar pantai maupun taman bermain.

Mega Wisata Ocarina. | Dokumentasi Pribadi
Mega Wisata Ocarina. | Dokumentasi Pribadi
Namun ngabuburit di tempat ini ada biaya masuk yang harus dikeluarkan. Biaya untuk dua orang dewasa Rp20.000, anak-anak Rp5.000/anak, dan biaya untuk masuk roda empat Rp5.000. Meski demikian, cukup sesuai kok dengan apa yang ditawarkan oleh objek wisata ini.

Jadi sudah tidak bingung lagi kan mau ngabuburit dimana bila sedang di Batam? Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun