Pasar Ramadan Tanjung Uma
Ini juga salah satu lokasi ngabuburit warga Batam, terutama yang ingin berbuka puasa dengan makanan tradisional khas Melayu dan aneka seafood dengan harga yang "ramah kantong". Penjual di pasar yang buka setiap Ramadan tersebut memang warga sekitar yang sudah berpuluh tahun tinggal di Batam.
Ada ikan-ikan sebesar nampan yang sudah dipanggang dan diberi bumbu, sehingga tinggal disantap. Harganya cukup beragam tergantung dari jenis dan besar ikan, dan ssst terkadang bisa ditawar. Namun melihat kualitas ikan yang segar, dengan body yang cukup besar, rasanya tidak tega untuk menawar. Harga yang ditetapkan penjual rasanya sudah pas. Selain ikan ada juga sotong, udang dan kepiting. Ukuran mereka juga besar-besar.
Bila malas membeli seafood yang berukuran jumbo, bisa juga membeli yang berukuran lebih kecil, ukuran normal. Biasanya dikemas dalam wadah styrofoam. Ada ikan asam pedas, gong gong, udang, sotong kecil, hingga kerang. Bila enggan membeli yang sudah dimasak, bisa juga membeli yang masih mentah.
Saat saya berkunjung akhir pekan lalu, ibu itu merupakan penjual putu piring satu-satunya di pasar tersebut. Itu makanya sejak pasar beroperasi dari pukul 14:00 WIB pembeli tak henti datang. Jam baru menunjukan pukul 16:00 lewat sedikit saja kue yang rasanya agak mirip dodongkal tersebut sudah ludes. Padahal ibu penjual bilang ia sudah menyiapkan lima kilo tepung beras untuk dijual.
Selain putu piring, kita juga bisa menemukan laksa di Pasar Ramadan Tanjung Uma. Laksa yang ditawarkan ada dua macam, ada yang pedas, ada yang plain tanpa rasa. Rasa asin-gurih-pedas nanti akan didapat dari bumbu yang disimpan dalam kantong plastik. Kemarin saya tidak sempat nyoba, tapi suami bilang laksa yang pedas lebih juara rasanya.
Selain laksa dan putu piring, di pasar tradisional ini juga kita akan menemukan bingka. Makanan khas melayu yang selintas mirip bunga. Bentuk bingka tersebut besar, berwarna hijau terang. Harganya hanya Rp10.000/buah. Sebenarnya, ada juga yang dibuat kecil-kecil, namun di pasar tersebut tidak saya temukan.
Selain itu, semakin sore pengunjung semakin ramai, terlebih saat akhir pekan. Pengunjung bisa sampai berdesak-desakan. Sehingga, disarankan datang jangan terlalu sore. Apalagi juga makanan yang kita beli tidak bisa makan di tempat. Semuanya hanya dilayani untuk dibungkus, karena lokasinya seperti "pasar senggol", jadi harus diperhatikan juga waktu tempuh dari rumah ke pasar tersebut, dan sebaliknya. Jangan sampai, malah keburu beduk magrib.
Rumah Miniatur Batam