Batam, Kepulauan Riau, memiliki satu pulau kecil bernama Pulau Belakang Padang. Pulau ini tidak terlalu luas, bila dikelilingi dengan menggunakan sepeda motor, paling sekitar 20 hingga 30 menit. Meski demikian, pulau yang berbatasan langsung dengan Singapura ini memiliki fasilitas yang sangat lengkap.
Ada kantor pos, kantor PLN --dulu bahkan memiliki pembangkit listrik sendiri, waduk dan instalasi pengolahan air bersih, kantor telkom, lapangan sepakbola, stadion, masjid dan mushalla, pengolahan sampah, hotel, areal pemakaman, sekolah dari tingkat TK sampai SMA, hingga kantor imigrasi sendiri.
Yup, Batam mungkin satu-satunya daerah di Indonesia yang berstatus kotamadya, namun memiliki dua kantor imigrasi sekaligus. Satu Kantor Imigrasi Kelas 1 yang terletak di Batamcentre --bedekatan dengan kantor Walikota dan DPRD Batam, satu lagi Kantor Imigrasi Kelas 2 yang terletak di Pulau Belakang Padang.
Apalagi saat itu, pengajuan pembuatan paspor lumayan banyak, mungkin karena menjelang akhir tahun. Terlebih karena Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Batam juga melayani pembuatan e-paspor, sementara di beberapa kota tetangga belum ada, tidak sedikit warga dari kota lain yang sengaja datang Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Batam untuk membuat paspor elektronik.
Saya sendiri lebih memilih membuat paspor biasa. Alasannya saya memang belum membutuhkan paspor elektronik. Negara-negara yang akan saya kunjungi pun paling negara-negara di sekitar Batam, kalau tidak Singapura ya Malaysia, paling jauh mungkin Thailand atau Vietnam.
Proses Cepat, Lancar, Tanpa Calo
Saat itu saya membuat paspor Kamis siang. Saya sudah khawatir tidak terkejar dan loket pendaftaran keburu tutup. Â Apalagi ada beberapa berkas yang lupa saya buat salinannya. Namun saat sampai disana, loket pendaftaran ternyata buka hingga sore sekitar pukul 15:00 WIB hingga 16:00 WIB.
Pada bagian pendaftaran tidak ada pertanyaan sama sekali, berkas saya juga langsung oke. Hanya saja pembuatan paspor anak saya harus ditunda. Saya lupa tidak membawa KTP asli suami. Saat itu, sempat diakali hanya memberikan fotocopy KTP hasil scan yang dikirim melalui aplikasi what's apps, namun tetap tidak bisa. Akhirnya waktu itu, hanya saya yang membuat paspor, paspor anak dibuat di hari lain.
Persyaratan untuk membuat paspor anak memang lebih banyak. Bila orang dewasa hanya memerlukan salinan dan menunjukan dokumen asli KTP, kartu keluarga, akta kelahiran/akta perkawinan/buku nikah/ijazah/surat baptis, dan paspor lama bagi yang sudah pernah memiliki paspor, untuk pembuatan paspor anak-anak harus dilengkapi KTP orangtua (ayah), kartu keluarga, akta kelahiran/surat baptis, buku/akta nikah orangtua, paspor orangtua, dan paspor lama bagi yang sudah pernah memiliki paspor.
Saat ini di Belakang Padang sudah ada cabang Bank BRI, tempatnya di dekat pintu masuk pelabuhan Belakang Padang, di sekitar pasar. Jadi semua pembayaran wajib dilakukan di bank, meski tidak selalu harus BRI. Dulu sebelum ada bank, pembayaran langsung dilakukan di kantor imigrasi.
Setelah, biaya pembuatan paspor dibayar, esok siangnya usai shalat Jumat, saya mengambil paspor di kantor imigrasi. Hanya tinggal menunjukan kertas pengambilan. Lumayan cepat bukan? Namun, itu bila kita melakukan pembayaran pada hari yang sama dengan proses pembuatan paspor. Bila kita membayar pada hari berikutnya, paspor baru bisa diambil satu hari setelahnya lagi.
Bila Ada Hambatan Ditelepon
Satu minggu kemudian saya kembali ke Belakang Padang, kali ini membuat paspor anak. Proses pembuatan paspor anak lebih cepat. Hal tersebut dikarenakan saya datang pada pagi hari. Apalagi saat itu juga antrean tidak terlalu banyak. Mungkin karena orang-orang sudah mulai banyak yang berlibur.
Setiap hari, pengajuan paspor paling banyak sekitar 50 orang. Umumnya dari warga Belakang Padang sendiri, sebagian dari Pulau Batam yang malas daftar dan mengantre di Kantor Imigrasi Batamcentre. Padahal katanya membuat paspor di Kantor Imigrasi Batamcentre pun sekarang tidak terlalu antre lho, sejak ada pembagian jadwal berdasarkan pendaftaran what's apps.
Namun pembuatan paspor anak saya ternyata ada kendala. Paspor anak saya tidak langsung jadi pada esok harinya. Saya tidak bertanya lebih lanjut apa penyebabnya, toh juga tidak akan dipakai buru-buru. Namun yang paling berkesan adalah sejak pagi hari kita ditelepon oleh petugas imigrasi bahwa paspor belum bisa diambil, sehingga tidak perlu bolak-balik ke kantor imigrasi dengan tangan kosong. Paspor tersebut baru saya ambil tiga hari kemudian.
Petugas Ramah dan Proses Sangat Efisien
Proses wawancara dan foto dilakukan bersamaan sehingga tidak perlu bolak-balik. Selain itu, tempat untuk foto dan wawancara berada di satu ruangan dengan tempat untuk menunggu. Ruangannya terbuka, hanya disekat dengan kayu-kayu agar terlihat lebih artistik, dan ada pembatas.
Saat pembuatan paspor anak, saya awalnya mengira hanya foto saja, tidak ada wawancara, namun ternyata tetap ada lho. Petugas langsung bertanya kepada si anak, meski kita mendampingi di samping anak. Mungkin karena anak saya juga sudah diatas lima tahun dengan postur yang lumayan tinggi.
Seperti sedang mengobrol ringan pada saat kita berjalan-jalan dan bertemu dengan orang yang mengobrol sepintas lalu. Mungkin hanya untuk memastikan keabsahan data.
Paling uang tambahan yang dibutuhkan hanya untuk membuat salinan dokumen di tempat fotokopi dan membeli materai. Jadi sudah siap membuat paspor? Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H