Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa, Romantisme Keluarga Lebih Terjaga

23 Mei 2018   11:55 Diperbarui: 23 Mei 2018   11:56 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan umumnya identik dengan ibadah. Setiap umat muslim berlomba menjalankan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT, baik yang wajib maupun sunnah. Terlebih di bulan penuh rahmat ini, apapun kebaikan yang kita lakukan akan diberi pahala yang berlipat-lipat.

Selain menjalankan ibadah, kita juga bisa lho memanfaatkan bulan Ramadan ini  untuk lebih meningkatkan romantisme bersama keluarga. Ada banyak momen yang sangat mendukung untuk mengeratkan jalinan bersama suami/istri, anak, maupun dengan keluarga dan kerabat dekat.

Mungkin itu makanya banyak juga pasangan yang memilih untuk menikah di bulan Syaban. Alasannnya agar saat Ramadan menjelang, sudah memiliki pasangan sah sehingga lebih fokus untuk mendulang pahala dengan beragam ibadah. Selain itu, tentu sangat berbeda kan dibangunkan oleh istri untuk sahur, dibanding oleh ibunda tercinta.

Membangun Romantisme di Kala Sahur

Pada hari biasa belum tentu bisa untuk selalu sarapan bersama. Terkadang karena khawatir terlambat ke tempat kerja, lebih memilih membawa bekal. Terkadang malah lebih suka membeli sarapan di sekitar kantor. Kalaupun tetap sarapan di rumah terkadang tidak bersama-sama dalam satu meja dan waktu. Si istri masih sibuk menyiapkan keperluan untuk anak sekolah, atau malah keperluan sendiri, sementara suami yang biasanya lebih simple, sudah rapi jali dan siap sarapan.

Nah, saat sahur kita dituntut disiplin karena waktu yang terbatas. Umumnya 30 hingga 60 menit menjelang waktu imsak seluruh anggota keluarga sudah siap untuk "mengisi" perut. Tidak ada aktivitas lain selain duduk satu meja untuk mengudap  semua makanan yang dihidangkan.

Selama santap sahur, biasanya diselingi dengan beragam obrolan. Bisa hal-hal menarik yang terjadi di sekitar, bisa mengenai rencana kedepan --rencana mudik misalnya, rencana liburan saat libur lebaran, mengobrolkan kejadian yang dialami sehari-hari, hingga membahas beragam topik lain yang disukai oleh setiap anggota keluarga.

Selain agar komunikasi antar keluarga tetap "nyambung", bisa sekaligus untuk melatih anak berbicara secara urut dan runut. Selain itu, melatih mereka mengetahui banyak hal. Bila anak masih lumayan kecil, bagus juga untuk menambah pembendaharaan kosa kata. Terkadang saat mengobrol, anak saya suka nyeletuk sendiri, bila ada kata yang kurang paham. Setelah itu saya atau suami jelaskan.

Bila memungkinkan ajak juga anak dan suami untuk menyiapkan makanan untuk sahur. Suami yang mengiris, istri yang mengoseng, anak yang menyiapkan makanan tersebut di meja makan. Namun, hal ini sepertinya sedikit sulit. Anak dan suami umumnya lebih memilih tertidur lelap dan baru bangun usai semua makanan terhidang.

Mengeratkan Romatisme di Saat Berbuka Puasa

Saat Ramadan, setiap anggota keluarga umumnya lebih memilih untuk berbuka puasa bersama keluarga di rumah, terutama pada minggu-minggu awal Ramadan. Saat awal puasa, rasanya kurang afdol bila harus berbuka puasa di luar rumah. Apalagi bila dilakukan sendiri-sendiri oleh suami/istri.

Apalagi saat awal puasa, menu yang disajikan di rumah biasanya lebih spesial. Makanan favorit para anggota keluarga. Maklum, semangat memasak untuk menyiapkan makanan sahur dan berbuka masih menggebu-gebu. Terlebih Ramadan hanya datang satu kali dalam satu tahun.

Menjelang waktu berbuka, tanpa dikomando seluruh nggota keluarga yang ada di rumah umumnya bahu-membahu menyiapkan makanan untuk berbuka. Ada yang menyiapkan es batu untuk campuran kolak atau sup buah, ada yang menghamparkan tikar --karena biasanya berbuka puasa itu lebih enak lesehan di ruang keluarga, ada yang mengangkut aneka makanan yang sudah dimasak.

Kerjasama antar keluarga tersebut tentu dapat lebih mengeratkan romantisme di antara keluarga. Apalagi bila diselingi dengan memasak bersama, atau berbelanja kebutuhan bahan makanan untuk sahur dan berbuka di pasar tradisional atau supermarket dekat rumah. Sekaligus, berdiskusi juga menu apa yang mau dihidangkan.

Ramadan juga dapat dijadikan ajang untuk bersilaturhmi dengan keluarga besar dan rekan kerja. Apalagi saat Ramadan biasanya ada acara buka puasa antar keluarga besar, atau rekan-rekan kerja. Nah, hal ini dapat dimanfaatkan untuk lebih mengenal keluarga dan lingkungan kerja --terutama teman-teman, dari pasangan kita.

Tarawih Bersama

Tarawih bisa dilakukan di rumah ataupun di masjid. Bila dilakukan di masjid, kita bersama pasangan (dan anak) dapat berangkat bersama menjalankan ibadah sunah yang hanya ada di bulan Ramadan tersebut. Pulangnya bisa saling menunggu di pelataran masjid. Romantis kan? Seperti, janjian waktu pacaran, bedanya sekarang sudah halal.

Bila tidak memungkinkan tarawih di masjid karena satu dan lain hal, bisa juga dilakukan di rumah. Suami yang menjadi imam, istri dan anak yang menjadi makmum. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca Al-Quran bersama. Romantis kan? Pahala dapat, keakraban keluarga juga tetap terjalin.

Ngabuburit Sambil Berburu Makanan Berbuka Puasa

Salah satu kegiatan favorit saat Ramadan adalah berburu makanan untuk berbuka puasa. Apalagi setiap Ramadan biasanya ada makanan-makanan khusus yang dijual secara mendadak yang belum tentu ada di bulan-bulan di luar Ramadan. Diskuskan hal tersebut bersama suami/istri.

Bisa juga berkunjung ke suatu tempat yang ramah anak. Sambil menunggu waktu berbuka, sambil mengasuh anak. Rasanya tidak ada yang lebih romantis selain bahu-membahu menjaga si buah hati. Menyenangkan hati si malaikat kecil yang dititipkan Yamg Maha Kuasa dengan menemaninya bermain.

Kalau teman-teman Kompasianer, kegiatan apa yang dilakukan untuk lebih mengeratkan romantisme diantara pasangan selama Ramadan? Yuk, berbagi ceritanya di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun