Kami sebenarnya bukan termasuk keluarga yang gemar merayakan hari istimewa. Terlebih bila hari-hari spesial tersebut jatuh saat hari kerja. Saya dan suami memilih lebih fleksibel. Kami tidak ngoyo harus candle light dinner saat Valentine's Day, atau bertukar kado saat perayaan ulang tahun pernikahan.
Valentine's Day lalu, kami hanya duduk-duduk di pelataran parkir sebuah minimarket dekat rumah sambil menikmati jajanan khas nusantara. Kebetulan minimarket tersebut membuat panggung khusus, lengkap dengan round table yang dapat dimanfaatkan para pengunjung untuk duduk-duduk santai sambil menikmati live music.
Kami berkunjung ke minimarket itu pun sebenarnya tidak sengaja. Bukan secara khusus datang dan berdandan rapi untuk "berpacaran ulang" di hari kasih sayang. Malam itu, entah mengapa saya ingin sekali memakan buah. Satu-satunya penjual buah terdekat dari rumah adalah minimarket tersebut.
Alhasil karena sudah malam, serombongan kami pergi ke sana. Pergi sendiri kok rasanya tidak nyaman karena sudah mulai larut, sementara bila meminta tolong suami khawatir salah membeli jenis buah yang ingin saya konsumsi. Maklum saya sedikit pemilih untuk hal makanan, bila tidak suka ya tidak dimakan.
Namun ternyata ada hikmahnya juga pergi dengan formasi lengkap. Saat tahu ada perayaan Valentine's Day dan masih ada kursi kosong yang dapat kami tempati, kami pun ikut berbaur dengan para pengunjung lain. Lumayan dapat menikmati lagu-lagu romantis sambil mencicip aneka makanan tradisional, mulai dari cilok, tahu sumedang, hingga moci.
![Bila sedang beruntung dapat menikmati fasilitas seperti ini juga. | Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/15/ydxj0188-5aaa925d16835f32062515c2.jpg?t=o&v=770)
Ada banyak cara untuk menjaga kehangatan keluarga. Setiap keluarga pasti memiliki "resep" tersendiri yang mungkin berbeda dengan keluarga lain. Terlebih tak akan ada keluarga yang persis sama --karena setiap keluarga itu unik. Kalaupun sama di tingkat ekonomi, mungkin berbeda di sisi minat. Sebaliknya, saat memiliki persamaan dalam hal minat, justru berbeda dari sisi latar belakang.
Saya dan suami memilih menjaga kehangatan keluarga dengan berwisata pantai secara berkala. Sejak tahun lalu, kami berkomitmen untuk berkunjung dari satu pantai ke pantai lain di Kota Batam setiap akhir pekan. Meski terkadang, pada kenyataannya suka "mangkir" juga karena ada kegiatan lain yang tidak dapat ditinggalkan.
Alasan kami memilih wisata pantai untuk menjaga kehangatan keluarga adalah karena anak semata wayang kami sangat hobi berenang dan bermain pasir. Alasan lain karena Batam, Kepulauan Riau, memiliki banyak pantai yang sangat menarik di setiap titik. Sepertinya, belum tentu dapat habis terkelilingi dalam waktu satu tahun.
![Salah satu fasilitas yang disukai anak saya adalah bersantai seperti ini di sekitar pantai. | Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/15/img-2997-5aaa929cf13344124429c992.jpg?t=o&v=770)
Namun alasan utama dari semua itu adalah, berwisata pantai tidak menguras kantong. Sehingga, kalaupun pergi setiap akhir pekan, jatah bulanan untuk keperluan dapur tidak terganggu. Umumnya uang masuk untuk menikmati fasilitas pantai di Kota Batam Rp10.000/orang, sementara untuk kendaraan roda empat sekitar Rp2.500/kendaraan.
Jadi bila kami pergi bertiga hanya mengeluarkan uang kurang dari Rp50.000. Itu sudah termasuk biaya membilas diri usai bermain air laut sepuasnya seharga Rp3.000/orang. Namun lain hal bila ikut menikmati wisata bahari kekinian ya, misalkan snorkeling, diving, atau island hoping.Biaya yang dikeluarkan pasti lebih dari itu.
![Hubungan ayah anak juga dapat terjalin lebih dekat. | Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/15/img-5111-1-5aaa9559cf01b46e5e351302.jpg?t=o&v=770)
Saat terpepet waktu, untuk bekal sarapan dan makan siang, saya dan suami biasanya memesan catering dari salah satu rekan. Terkadang juga memutuskan sarapan di kopitiam yang banyak tersebar di setiap titik Kota Batam. Sementara untuk makan siang, memilih menikmati aneka makanan yang ditawarkan di sekitar pantai tempat kami berwisata.
Namun terkadang merasa hambar juga berwisata tanpa menyiapkan bekal sendiri. Itu makanya tak jarang kami memilih memasak sendiri di rumah untuk bekal makanan, terutama makanan berat, nasi dan lauk-pauk. Apalagi zaman sekarang memasak tidak serepot dulu. Memasak nasi tinggal menggunakan magic jar, memasak lauk tinggal cekrek-cekrek kompor gas yang sudah terhubung dengan bright gas.
![Makanan ruimahan seperti ini terasa lebih lezat kan? | Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/15/ydxj0058-5aaa938ddd0fa84dd226a635.jpg?t=o&v=770)
Biasanya suami membantu mengiris, anak membantu mengupas. Sehingga, memasak seolah menjadi ajang untuk lebih mengeratkan kerjasama antar keluarga. Ssst, jujur walaupun mungkin masakannnya tak selezat rumah makan ternama, namun karena disiapkan bersama tetap saja terasa lebih nikmat.
Apalagi bila ingat kalau memasak sendiri dapat lebih hemat. Uang yang tadinya untuk berwisata kuliner makanan yang sebenarnya hanya masakan rumah biasa, dapat dialokasikan untuk keperluan lain. Mengungkep ayam misalnya, bisa banyak-banyak, sisanya dapat disimpan di lemari pendingin dan digoreng untuk keesokan harinya.
![Sepanjang jalan dapat berbagi cerita. | Dokumentasi Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/03/15/img20171226133913-5aaa96d0cf01b46ec1203b84.jpg?t=o&v=770)
Keuntungan lain dengan berwisata pantai adalah dapat berbagi cerita sepanjang jalan. Apalagi bila tujuan kami adalah pantai-pantai di sekitar Nongsa atau Barelang yang cukup jauh dari rumah. Bisa berjilid-jilid cerita dapat kami bagikan sepanjang perjalanan tersebut, mulai dari curhat bocah hingga objek-objek yang kami lihat sepanjang perjalanan yang terkadang luput diceritakan bila sedang berada di rumah.
Kelebihan lain adalah dapat menambah bahan tulisan di Kompasiana, walaupun beberapa cerita pantai di Batam masih menumpuk di ide dan belum sempat ditulis. Foto-fotonya juga masih tersusun rapi di folder komputer, sebagian malah ada yang masih tersimpan di kamera. Pelan-pelan harus mulai ditulis nih.
Ah, kalau teman-teman Kompasianer lebih memilih cara apa untuk tetap menjaga kehangatan keluarga? Berwisata pantai juga kah seperti saya? Salam Kompasiana! (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI