Jadi bila kami pergi bertiga hanya mengeluarkan uang kurang dari Rp50.000. Itu sudah termasuk biaya membilas diri usai bermain air laut sepuasnya seharga Rp3.000/orang. Namun lain hal bila ikut menikmati wisata bahari kekinian ya, misalkan snorkeling, diving, atau island hoping.Biaya yang dikeluarkan pasti lebih dari itu.
Saat terpepet waktu, untuk bekal sarapan dan makan siang, saya dan suami biasanya memesan catering dari salah satu rekan. Terkadang juga memutuskan sarapan di kopitiam yang banyak tersebar di setiap titik Kota Batam. Sementara untuk makan siang, memilih menikmati aneka makanan yang ditawarkan di sekitar pantai tempat kami berwisata.
Namun terkadang merasa hambar juga berwisata tanpa menyiapkan bekal sendiri. Itu makanya tak jarang kami memilih memasak sendiri di rumah untuk bekal makanan, terutama makanan berat, nasi dan lauk-pauk. Apalagi zaman sekarang memasak tidak serepot dulu. Memasak nasi tinggal menggunakan magic jar, memasak lauk tinggal cekrek-cekrek kompor gas yang sudah terhubung dengan bright gas.
Biasanya suami membantu mengiris, anak membantu mengupas. Sehingga, memasak seolah menjadi ajang untuk lebih mengeratkan kerjasama antar keluarga. Ssst, jujur walaupun mungkin masakannnya tak selezat rumah makan ternama, namun karena disiapkan bersama tetap saja terasa lebih nikmat.
Apalagi bila ingat kalau memasak sendiri dapat lebih hemat. Uang yang tadinya untuk berwisata kuliner makanan yang sebenarnya hanya masakan rumah biasa, dapat dialokasikan untuk keperluan lain. Mengungkep ayam misalnya, bisa banyak-banyak, sisanya dapat disimpan di lemari pendingin dan digoreng untuk keesokan harinya.
Keuntungan lain dengan berwisata pantai adalah dapat berbagi cerita sepanjang jalan. Apalagi bila tujuan kami adalah pantai-pantai di sekitar Nongsa atau Barelang yang cukup jauh dari rumah. Bisa berjilid-jilid cerita dapat kami bagikan sepanjang perjalanan tersebut, mulai dari curhat bocah hingga objek-objek yang kami lihat sepanjang perjalanan yang terkadang luput diceritakan bila sedang berada di rumah.
Kelebihan lain adalah dapat menambah bahan tulisan di Kompasiana, walaupun beberapa cerita pantai di Batam masih menumpuk di ide dan belum sempat ditulis. Foto-fotonya juga masih tersusun rapi di folder komputer, sebagian malah ada yang masih tersimpan di kamera. Pelan-pelan harus mulai ditulis nih.
Ah, kalau teman-teman Kompasianer lebih memilih cara apa untuk tetap menjaga kehangatan keluarga? Berwisata pantai juga kah seperti saya? Salam Kompasiana! (*)