Membandingkan menulis dengan memasak mungkin sedikit berlebihan bagi sebagian orang. Namun bagi saya pribadi, ada banyak persamaan antara kegiatan menulis dengan memasak. Ini beberapa alasan yang membuat saya menarik kesimpulan bahwa menulis dan memasak itu hampir sama.Â
Sama-sama Mengolah
Persamaan utama dari menulis dan memasak adalah mengolah, namun bila yang satu mengolah kata, yang satunya lagi mengolah makanan. Bila menulis dituntut untuk menyajikan kalimat-kalimat yang enak dibaca, memasak dituntut untuk menghidangkan penganan yang nikmat untuk dikonsumsi.
Harus Menggunakan Bahan Segar
Menulis maupun memasak disarankan untuk menggunakan bahan-bahan segar agar hasil olahannya lebih lezat. Tak terbayang kan mencicipi sup yang dagingnya sudah diolah menjadi semur sebelumnya. Rasanya pasti kurang endess--ada rasa-rasa manis yang berasal dari kecap. Padahal rasa sup kan seharusnya asin, gurih, segar. Begitupula dengan tulisan.Â
Saat kita copy-paste tulisan orang lain yang sudah berbentuk artikel, pasti hasil tulisan tersebut tidak "selezat" bila kita menulis sendiri dari awal. Tulisan kita pasti terpapar gaya tulisan orang tersebut.
Menduplikasi ide tema/topik yang akan ditulis sebenarnya sah-sah saja --sama seperti kita pernah "mengintip" resep masakan orang lain. Akan tetapi harus ada sesuatu hal baru yang ditawarkan, entah itu dalam cara penyajian, entah dari sisi content. Apalagi setiap orang pasti pernah mengalami hal yang sama, namun dengan rincian kejadian yang berbeda. Artikel penulis lain sebaiknya hanya dijadikan referensi, bukan dijiplak untuk diklaim sebagai tulisan kita.
Masakan jenis baru yang lezat, pasti akan lebih disukai dibanding masakan yang sudah banyak ditawarkan oleh orang lain. Begitu juga dengan tulisan, tulisan baru yang enak dibaca pasti akan lebih disukai dibandingkan dengan tulisan seragam yang sudah ditawarkan beragam websitedan blog.
Semakin Cepat Dibuat Semakin Baik
Rasa olahan kacang panjang yang baru dipetik, pasti akan berbeda dengan rasa olahan kacang panjang yang sudah disimpan selama beberapa hari. Rasa manis-segar dari kacang tersebut akan berkurang. Begitu juga dengan menulis. Membuat tulisan yang bahan-bahannya diendapkan selama beberapa waktu pasti hasilnya kurang "menggigit" --kecuali novel/cerpen/fiksi/drama, karena tulisan fiksi umumnya justru memerlukan waktu untuk diendapkan sesaat agar bisa direvisi secara optimal oleh si penulis.Â
Apalagi bila jenisnya adalah reportase suatu peristiwa atau tulisan mengenai suatu acara yang sudah berlangsung. Sebaiknya bila bahan-bahan yang akan ditulis sudah terkumpul semua, segerakan untuk ditulis sebagai artikel.