Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelakor Tak Melulu Berwujud Lajang yang Jalang

22 Februari 2018   14:21 Diperbarui: 22 Februari 2018   14:48 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara si pria merasa masih penasaran, bagaimana rasanya "jalan" dengan perempuan itu, menonton, makan, atau melakukan hal lain yang sering dilakukan pasangan yang sedang berpacaran. Sehingga saat mendapat lampu hijau, ia dengan sukarela "membagi hati". Apalagi saat itu ia lebih percaya diri karena memiliki jabatan yang jauh lebih tinggi di kantor baru.

Rasa Penasaran yang Belum Tuntas

Pernah punya gebetan? Pernah terobsesi dengan gebetan tersebut, namun tidak pernah kesampaian. Jangankan menikah, berpacaran saja tidak pernah. Namun suatu hari bekesempatan bertemu kembali dan tahu ternyata dulu sama-sama suka, namun tidak pernah terungkapkan. 

Atau pernah punya pacar yang sangat kita cintai, namun karena satu dan lain hal terpaksa putus. Saat bertemu kembali bertahun-tahun kemudian ternyata "rasa" itu masih ada.

Rasa penasaran ingin merasakan "hidup bersama" dengan orang yang kita cintai di masa lalu, atau yang kita anggap cinta sejati, terkadang membuat gelap mata. Tak sedikit akhirnya si suami menceraikan si istri, dan si istri menceraikan si suami. Hingga akhirnya mereka menjadi pasangan suami-istri baru. Walaupun masing-masing juga sudah dikaruniai buah hati yang lucu-lucu.

Itu makanya, jauh sebelum menikah memang sebaiknya menuntaskan semua obsesi, rasa penasaran. Lebih baik malu-maluin sebelum menikah untuk menuntaskan rasa penasaran, dibanding setelah menikah mengorbankan keluarga yang sudah kita bina. Apalagi setelah menikah dengan orang yang kita anggap sebagai cinta sejati itu belum tentu lebih baik dan bahagia. Pribadi dan kondisi setiap orang berubah, bisa jadi setelah lebih dekat dengan orang tersebut, si orang tersebut tidak sebaik yang kita bayangkan. Tidak segreget dulu.

Ah, membahas mengenai pelakor tidak pernah habis. Apalagi terkadang juga ada yang menjadi pelakor hanya karena hal sepele, misalnya si pria bekerja di perusahaan yang dia mimpikan selama ini, namun tidak berhasil ia tembus. Rasa kagum terkadang bisa berubah menjadi rasa cinta. Meski terkadang si suaminya sendiri juga tak kalah hebat. Semoga kita dijauhkan dari pelakor, ataupun menjadi pelakor. Amien! Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun