Itu makanya, agar tetap bisa melanjutkan pendidikan tanpa terlalu membebani mama --bahkan akhirnya hingga jenjang magister, saya memutuskan kuliah di salah satu universitas swasta yang menawarkan biaya lebih terjangkau. Namun tentu, tetap memperhatikan legalitas dan akreditasi dari perguruan tinggi tersebut.
Pendidikan, Warisan Terbaik untuk Seorang Anak
Setelah mama meninggal dan saya pun berpindah domisili ke luar kota, saya baru merasakan manfaat dari pendidikan yang selalu disokong mama. Warisan terbaik bagi seorang anak memang pendidikan, bukan rumah, sawah, ataupun harta benda lain yang sifatnya tidak melekat.
Saat orangtua mewariskan harta berlimpah, mungkin kita sebagai anak dapat menjualnya lalu bisa hidup bermewah-mewah. Namun setelah itu apa? Setelah habis apa yang bisa kita lakukan? Apalagi bila sudah tidak ada lagi keluarga terdekat yang bisa kita minta tolong untuk berbagi suka dan duka.
Orangtua saya mewariskan pendidikan, karena mereka sadar, mereka bukan hartawan. Warisan ada, tapi jumlahnya tidak banyak. Mereka sadar, bila saya tidak dibekali pendidikan, belum tentu warisan yang mereka tinggalkan cukup untuk memenuhi kebutuhan saya hingga akhir hayat.
Namun saat diberi pendidikan, kita bisa berusaha sendiri untuk mendapatkan penghasilan. Setidaknya bisa untuk bertahan hidup. Apalagi keahlian yang kita miliki melalui pendidikan, tidak akan bisa dicuri oleh siapapun. Keahlian tersebut akan tetap melekat, kecuali kita sendiri yang menolak memanfaatkannya.
Jadi sudahkah kita memberikan pendidikan maksimal untuk anak-anak tercinta kita? Saya belum, namun semoga bisa. Amien. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H