Meski sudah menjadi kebiasaan turun-temurun sejak zaman leluhur, khasiat kerokan ternyata masih relevan hingga saat ini. Khasiat kerokan bahkan sudah diteliti secara ilmiah oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo (UNS), Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes.
Berdasarkan penelitian beliau, kerokan merupakan pengobatan holistik yang mudah karena dapat dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja, murah karena memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat, mesra karena ada kontak sentuhan kasih --apalagi bila yang mengerok adalah keluarga terdekat, dan manjur karena masuk angin langsung bablas usai dikerok.
Kita juga bisa mengerok beberapa bagian tubuh sesuai kebutuhan. Sehingga pengobatan lebih efektif. Selain punggung, kita dapat mengerok lengan, perut hingga kaki. Namun untuk alasan keamanan dan kesehatan, jangan mengerok leher bagian depan karena mengandung banyak pembuluh darah dan syaraf penting tubuh.
Hal yang paling melegakan dari hasil penelitian Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes adalah kerokan tidak berbahaya dan tak menyebabkan kulit rusak. Warna merah pada kulit sehabis dikerok bukan karena pembuluh darah rusak atau pecah, melainkan pembuluh darah yang melebar. Kerokan membuat aliran darah lebih lancar dan pasokan oksigen bertambah. Itu makanya badan terasa lebih segar dan bersemangat. Terlebih bilur-bilur merah tersebut akan kembali ke warna asal setelah beberapa saat.
Jadi masih ragu untuk mencoba kerokan? Jangan! Rugi lho, menghindari pengobatan tradisional yang efektif ini. Apalagi masyarakat negara lain juga rutin menggunakan metode kerokan ini meski dengan istilah yang berbeda. Terlebih sekarang sudah ada Balsem Lang yang sangat cocok dipadankan untuk mengusuir masuk angin dengan kerokan. Ukurannya juga bervariasi dengan harga terjangkau. Sehingga bisa diselipkan di kantong ataupun tas kecil. Terlebih tidak semua "penyakit" harus melulu diusir dengan obat telan kan? Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H