Hobi menyebar kabar negatif yang belum tentu benar? Bila jawabannya ya, sebaiknya Anda menyempatkan diri untuk menonton drama Korea Pinocchio. Setelah menonton serial tersebut, saya yakin Anda tidak lagi berkeinginan untuk menyebar berita yang tidak sesuai fakta.
Akibat berita hoax, satu keluarga yang awalnya hidup bahagia dan harmonis harus bubar jalan. Sang ayah meninggal dalam musibah kebakaran akibat informasi yang tidak akurat. Mirisnya, ia yang menjadi ketua tim difitnah sebagai penyebab meninggalnya seluruh petugas kebakaran yang saat itu sedang bertugas.
Sementara si ibu dan kedua anak mereka mendapat tekanan dari masyarakat akibat pemberitaan media. Mereka dituduh sebagai keluarga dari seorang petugas kebakaran yang tidak bertanggungjawab. Padahal semua itu hanya hoax. Akibat salah satu petinggi televisi yang memiliki kepentingan pribadi.
Alhasil karena tidak tahan dengan tekanan dari masyarakat, sang ibu bunuh diri bersama si adik –meski belakangan diketahui si adik akhirnya selamat dan dibesarkan oleh keluarga lain. Sang kakak hidup sebatang kara dengan dendam yang membara. Si kakak yang awalnya memiliki kepribadian baik hati, berubah menjadi pembunuh berdarah dingin.
Dua episode awal yang cukup tragis, sempat membuat saya mengusap air mata berkali-kali. Meski sudah menahan diri, tetap saja tetesan bening merembes tak terkendali. Air mata sedikit berubah menjadi tawa, setelah si pemeran utama beranjak dewasa. Walaupun tawa tersebut diselipi rasa kesal kepada si pemeran antagonis.
Bagi yang bercita-cita ingin menjadi jurnalis profesional, atau hobi menulis dan berbagi informasi faktual di blog keroyokan seperti Kompasiana sepertinya juga wajib menonton drama Korea ini. Tujuannya tentu saja agar tulisan atau berita yang kita buat tidak merugikan orang yang tidak bersalah.
Membuat Berita Itu Butuh Riset
Melalui serial drama 20 episode ini, kita belajar bahwa untuk membuat berita yang lengkap, utuh dan terpercaya, ada kalanya wawancara saja tidak cukup. Perlu riset tambahan agar berita yang nantinya disajikan lebih menarik dan tidak condong ke salah satu pihak.
Riset tersebut bisa didapatkan melalui banyak hal, mulai dari konfirmasi ke instansi terkait, mencari informasi tambahan dari sumber yang terpercaya, hingga menganalisis dari beragam bukti yang kita miliki terkait kasus tersebut –misalkan salinan rekaman cctv atau salinan dokumen. Menjadi jurnalis itu jangan hanya sekedar melihat dari apa yang tersurat, namun juga harus pandai mengungkap apa yang tersirat.
Jangan sampai karena ada data yang tidak utuh, membuat berita yang kita buat tidak akurat. Hal tersebut seperti yang terjadi saat Chio Dal Po memberitakan mengenai seorang ibu yang meninggal di fitness center. Chio Dal Po memberitakan bahwa ibu-ibu tersebut meninggal akibat diet yang terlalu ketat karena ingin terlihat lebih cantik dan menarik. Padahal faktanya, ibu-ibu itu ngebet ingin menurunkan berat badan karena ingin menolong putrinya yang memerlukan donor hati. Melalui drama tersebut, kita belajar bahwa berita itu seperti bawang. Semakin terbuka setiap lapisannya, akan semakin terlihat kebenarannya.
Informasi Sederhana, Bisa Jadi Awal Berita Besar
Ada kalanya kita menyepelekan informasi yang selintas terlihat sederhana. Saat pertama kali mendengar informasi mengenai seorang ibu yang meninggal di tempat fitnes, semua jurnalis yang diceritakan pada serial tersebut menganggap remeh, begitupula saat seorang polisi memberi informasi bahwa ada ledakan kecil di sebuah gudang, tidak ada yang antusias. Menurut mereka, apa menariknya ibu-ibu yang meninggal di tempat fitnes, begitu pula dengan ledakan kecil yang terjadi di gudang, ledakan tersebut hanya berasal dari bahan peledak rumah tangga yang berukuran kecil. Terlalu biasa untuk diberitakan. Namun ternyata, setelah disusuri lebih jauh. Informasi kecil itu bisa menjadi berita besar yang menarik perhatian masyarakat.
Jangan Memutarbalikan Fakta
Ini yang membekas dalam ingatan saya selama menonton serial yang dibintangi Lee Jong Suk dan Park Shin Hye tersebut. Buat kita yang hanya sekedar membuat atau menulis berita, mungkin tidak begitu krusial saat berita yang kita rilis tersebut sedikit menyimpang dengan kenyataan yang ada.
Namun ternyata, kata-kata yang menurut kita sederhana dan akan dilupakan orang dalam beberapa hari kedepan, bisa sangat mempengaruhi si objek yang diberitakan. Bahkan bisa jadi menghancurkan sebuah keluarga yang sebelumnya hidup bahagia. Kita bisa menjadi pemicu seseorang bunuh diri atau mengubah si baik hati menjadi seorang pembunuh sadis.
Itu makanya saat membuat berita harus cek dan ricek, jangan mudah terpengaruh. Selain itu, saat membuat berita jangan ada kepentingan apapun. Sebab, saat sudah ada kepentingan yang menghinggapi, semuanya akan berbeda. Buatlah berita sesuai fakta dan kebenaran yang ada.
Apapun yang Terjadi, Integritas Tetap yang Utama
Pada serial tersebut diceritakan bahwa ada salah satu kantor berita yang petingginya berkonspirasi dengan penguasa. Sehingga, ada beberapa berita yang “dibelokan” dan tidak sesuai dengan fakta yang ada. Kantor berita tersebut mem-blow up isu tertentu sehingga berita utamanya justru tidak “terkupas” dengan seharusnya.
Namun sebenarnya hanya dua petinggi yang kong-kalikong plus satu pemegang saham, para jurnalis dan produser lain tetap berintegritas. Sayangnya, dua petinggi tersebut memegang pucuk pimpinan di kantor berita itu sehingga mereka yang memiliki keputusan untuk menentukan arah dari berita yang akan disiarkan.
Alhasil, meski para jurnalis sudah mendapatkan bahan berita sesuai fakta, berita itu tidak dapat disiarkan. Namun pada akhirnya, kebenaran tetaplah kebenaran. Dua petinggi tersebut tidak lagi bekerja di kantor berita tersebut. Sementara si pemegang saham, dihukum sesuai dengan kejahatan yang sudah dia lakukan.
Selain sisi-sisi jurnalistik, saya juga suka serial drama tersebut karena memiliki plot yang bagus. Seperti drama Korea pada umumnya, setiap selesai satu episode kita tidak sabar untuk melihat episode yang lain. Selain itu, saya suka karena setiap karakter yang ditampilkan dalam drama tersebut memiliki hubungan cerita dengan karakter yang lain. Sehingga, tidak hanya sekali tampil atau sekedar pelengkap.
Bagaimana dengan teman-teman Kompasianer, sudahkah menonton serial drama tersebut? Terkesan jugakah seperti saya? Bila belum menonton, yuk sempatkan, lumayan buat menambah ilmu, khususnya di bidang jurnalistik. Salam Kompasiana! (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI