Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mobil Pertamaku, Berkat Menjual Vespa dan Cincin

25 Juli 2017   10:45 Diperbarui: 25 Juli 2017   18:08 2239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, tapi mobil pertama saya beneran persis mirip seperti ini. | Dokumentasi mobil.waa2.co.id

Saat itu --sebelum memiliki mobil, Kol Mini L300 memang menjadi andalan kami untuk menempuh perjalanan Bogor-Sukabumi-Bogor. Saat itu kami tidak suka menggunakan bus karena lajunya lambat --sering berhenti di tengah jalan untuk mencari penumpang. Kami juga tidak suka menggunakan kereta api karena saat itu sering mogok di tengah jalan yang jauh dari keramaian. Apalagi beberapa tahun kemudian kereta api Bogor-Sukabumi-Bogor sempat berhenti beroperasi selama beberapa tahun.

Bisa Bewisata Kapan Saja, ke Mana Saja

Sejak memiliki mobil kami merasakan sedikit kemewahan, yakni bisa berwisata kapan saja dan kemana saja --tentu yang masih di sekitaran Pulau Jawa. Saat itu, kami sering berkunjung ke Bandung, Jawa Barat. Berkeliling melihat kebun binatang dan objek-objek wisata lain sambil mengunjungi beberapa keluarga yang memang menetap disana.

Namun di antara sekian banyak tempat wisata, Pantai Pelabuhan Ratu Sukabumi merupakan tempat wisata yang paling sering kami kunjungi. Mungkin karena keluarga besar lebih banyak menetap di Sukabumi, sehingga sebelum berangkat ke pantai, kami lebih dulu menjemput beberapa keluarga untuk menghabiskan waktu bersama.

Biasanya agar tidak terlalu ramai dan macet, kami pergi pada jam-jam ajaib --waktunya tetap hari libur. Kalau tidak sehabis shalat shubuh, kami pergi menjelang tengah malam. Terkadang bila pergi pagi atau sore, jalur sepanjang objek wisata tersebut penuh dengan kendaraan sehingga macet dan rawan tersenggol mobil atau motor lain.

Sesekali kami juga pergi ke beberapa tempat yang lebih jauh. Pernah kami rombongan pergi ke Pekalongan, Jawa Tengah. Jalan-jalan sambil menghadiri salah satu kerabat yang menikah. Seru rasanya, bisa menambah keakraban keluarga. Apalagi kami membawa semua perbekalan dari rumah --termasuk perbekalan makanan.

Menurut saya, berwisata dengan menggunakan mobil pribadi sangat menyenangkan. Selain lebih hemat, juga bisa menjelajah tempat wisata lebih banyak. Meski awalnya dari rumah hanya berniat berkunjung ke Borobudur dan Prambanan, bila ditengah jalan berubah pikiran ingin pergi lebih jauh, bisa lho tiba-tiba kami pergi ke Bali. Tinggal isi bensin banyak-banyak karena perbekalan biasanya sudah penuh tersedia. Biasanya dulu kami menjelajah seperti itu sehabis lebaran. Kebetulan cuti kerja sehabis Idul Fitri lumayan banyak, selain itu waktu libur anak sekolah juga lumayan panjang.

Sayang perjuangan Suzuki Carry 1000 menemani keluarga kami harus berakhir di akhir 1990-an. Hal tersebut dikarenakan harga mobil tiba-tiba melonjak naik akibat inflasi dan krisis moneter. Saat itu ada kenalan orangtua yang menawar si merah dengan harga yang lumayan tinggi, jauh dibanding harga saat membeli. Alhasil mobil itu dijual, dan kami beralih ke Daihatsu Espass yang tahun produksinya lebih baru dibanding Suzuki Carry 1000.  Sengaja kembali membeli mobil besar, biar bisa jalan-jalan rame-rame. Selain itu, dulu mobil sedan identik dengan pajak mahal.

Dulu saat awal-awal dijual, kami sering sengaja melintas di depan rumah orang yang membeli mobil pertama kami. Ingin melihat seperti apa mobil itu dirawat. Setelah mobil itu dijual kembali ke orang lain, kami masih sering "mengintip-ngintip" --entahlah, rasanya seperti ada ikatan batin. Namun setelah kembali berpindah tangan, kami tidak tahu lagi nasib si merah.

Kalau teman-teman Kompasianer yang lain seperti apa ceritanya dengan si mobil pertama? Yuk, berbagi cerita di kolom komentar. Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun